Anda di halaman 1dari 34

Laporan Studi

Kasus – PT. ITI


Kelompok 3 : Keselamatan Kerja
4 – 9 Juli 2023
Anggota Kelompok
• dr. Nurainun Siagian
• dr. Paulus Sidharta
• dr. Radya Andhika Bagaskara
• dr. Rafly Abdurrasyid
• dr. Ratna Dwi Puji Astuty
• dr. Regina Islamia Mugopal
• dr. Ribka Melisa Elisabeth Anggraeni
• dr. Salwa Kamilah
• dr. Sangapta Jelita Agustina Purba
• dr. Shintia Maharani
• dr. Surya Wijaya Putra
• dr. Syifa Salsabila
• dr. Thiara Haifa Kuntara Putri
• dr. Vinta Utami Amri
• dr. Windi Yani Putri Utami
• dr. Yaser Mahendra
• dr. Zakiyatul Fukairoh
2
DASAR HUKUM
1. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
2. UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
3. PP No. 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
4. Perpres No. 7 Tahun 2019 Penyakit Akibat Kerja;
5. Permenaker No. Per-05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, pembayaran
Iuran;
6. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI No.PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung
Diri;
7. Peraturan perundang UU no. 1 tahun 1970 (pasal 10 ayat 1,2) Yang mewajibkan perusahaan untuk
membentuk P3K;
8. Permenakertrans RI No. 4/MEN/1980 tentang syarat – syarat pemasangan dan pemeliharan APAR;
9. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja jo. Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor Per-03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja;
10.Permen RI No.Per-15/Men/VIII/2008, tentan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja;
11.Keputusan Dirjen, Kep 53/DJPPK/VIII/2009, tentang Pelatihan dan Pemberian Lisensi Petugas
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Tempat Kerja.
3
Profil PT. ITI • Sektor Usaha

• Alamat : Jawa
Barat
• Jam Kerja : 07.30 s.d
15.30
• Pegawai • Sertifikasi Perusahaan
• Komisaris, direksi dan staf : 17
• Pegawai : 305 orang (annual ISO ISO
report 2021) 14001:2015
9001:2015
• Asuransi Pegawai : BPJS
Ketenagakerjaan dan BPJS CIQS
Kesehatan SMK3 2000:
2018

ISO Kecelakaan
45001:2018 Nihil

4
Alur Produksi
Pressing 200 Hidrostatik
Shot blasting
ton test

Pressing 250 Circumfrencial Pemasangan


ton welding valve

Neckring
Flanching Leak test
welding

Footring Hand guard


Numerator
welding welding

5
Pengamatan Tempat Kerja

Keselamatan Kerja

6
Mesin dan Alat Kerja

Mesin Pressing Mesin Flanching Alat Welding Alat Welding


(footring, handguard, neckring) (circumfrencial welding)

Mengepress lembaran plat proses pembengkokan di Untuk proses pengelasan Untuk proses pengelasan
menjadi berbentuk mangkuk mana bagian ujung lembaran bagian-bagian tabung LPG upper dan lower body tabung
logam ditekuk

7
Mesin dan Alat Kerja

Alat Hydrostatic Test Mesin Shotblasting Mesin Assy Valve Alat Leak Test

Menguji tabung terhadap Membersihkan permukaan Pemasangan valve pada Menguji ada/tidaknya
tekanan sebesar 31 kg/cm2, tabung dari kotoran/karat tabung kebocoran pada tabung
tidak boleh ada rembesan air setelah pemasangan valve (
atau kebocoran dan
perubahan bentuk

8
Mesin dan Alat Kerja

Numerator

menambahkan nomor atau


angka berurutan pada
tabung

9
Bahan dan Proses Kerja
• Badan tabung (SNI 07-3018-2006)
• Material plat baja SG 295 o
• Diamater plat blanking : ∅365
• Tebal plat : 2.3 mm
• Diameter luar badan tabung : ∅260 mm

• Hand Guard (SNI 07-0722-1989)


• Material plat baja : SS 400
• Tebal plat : 2.5 mm
• Diameter : ∅182 mm

• Neck Ring (JIS G 4051 kelas 517C- S 45C)


• Baja karbon S 17 C
• Diameter luar : ∅38 mm
• Tinggi : 16 mm
• Ulir/Drat : ½ NGT 14 TPI ketirusan 1/6

• Foot Ring (SNI 07-0722-1989)


• Material plat baja : SS 400
• Diameter luar cicin : ∅190 mm
• Tinggi : 30 mm o Tebal plat : 2.5 mm
10
LANDASAN KERJA

Lantai bangunan yang digunakan adalah lantai semen polos, lantai tidak
terlihat licin atau retak sehingga pekerja dapat bekerja dengan aman.

Pada ruangan hidrostatik test terdapat drainase penutup parit sehingga


dapat mencegah kelicinan pada lantai akibat air. Bila sambungan antar
drainase tidak rapat maka air dapat keluar sehingga pekerja beresiko
terpeleset/terjatuh karena licin dan dapat membentur tabung gas.
SOP KERJA
PROSES KERJA KEMUNGKINAN KECELAKAAN KERJA UPAYA PENCEGAHAN

Pressing (200 dan Tangan terjepit mesin, gangguan pendengaran Maintenance alat, Penggunaan APD sarung tangan dan masker,
250 Ton) (NIHL), varises penggunaan earplug, penyesuaian pressing time

Flanching Luka akibat benda tajam, tangan terjepit mesin, Penggunaan APD (sarung tangan dan masker), adanya pressing
gangguan pendengaran (NIHL) time, penggunaan earplug

Footring Welding Trauma gram gerinda pada mata, luka bakar, luka Penggunaan APD (sarung tangan, goggles, masker/respirator),
akibat benda tajam, gangguan pendengaran penggunaan earplug
(NIHL), trauma inhalasi

Handguard Welding Trauma gram gerinda pada mata, luka bakar, luka Penggunaan APD (sarung tangan, goggles, masker/respirator),
akibat benda tajam, trauma inhalasi, varises adaya tempat duduk untuk istirahat, prosedur awas

Necking Welding Trauma gram gerinda pada mata, luka bakar, luka Penggunaan APD (sarung tangan, goggles, masker/respirator)
akibat benda tajam, trauma inhalasi

Circumferential Trauma mata, tangan terjepit mesin, luka bakar, Penggunaan APD (sarung tangan, goggles, masker), maintenance
Welding luka akibat benda tajam, trauma inhalasi alat

12
SOP KERJA
PROSES KERJA KEMUNGKINAN KECELAKAAN KERJA UPAYA PENCEGAHAN

Hydrostatic Test Tertimpa tabung gas, jatuh Penggunaan APD (sarung tangan, sepatu boots)
terpeleset, varises prosedur awas, rotasi duduk/berdiri

Short Blasting Tangan terjepit mesin, luka akibat Penggunaan APD (sarung tangan, goggles,
benda tajam, trauma mata, masker), maintenance alat, rotasi berdiri/duduk,
keracunan, varises, Low Back Pain prosedur awas

Pasang Valve Tangan terjepit mesin Penggunaan APD (sarung tangan, goggles,
masker, sepatu boots), prosedur awas,
maintenance alat

Leak Test Tertimpa tabung gas, jatuh terpeleset Penggunaan APD (sarung tangan, sepatu boots)
prosedur awas

Numerator Tertimpa tabung gas, jatuh Penggunaan APD (sarung tangan, goggles,
terpeleset, tangan terjepit mesin masker, sepatu boots), prosedur awas

13
INSTALASI LISTRIK
Instalasi listrik → susunan perlengkapan listrik yang
bertalian satu dengan yang lain serta memiliki ciri terorganisir
untuk memenuhi satu atau sejumlah tujuan tertentu.
3 prinsip dasar:

1. Handal → sistem instalasi dirancang dengan baik agar


jarang terjadi gangguan atau saat ada gangguan dari luar,
sistem dapat mengatasinya dengan baik.

2. Aman → tidak membahayakan bagi manusia, instalasi dan


lingkungan sekitar

3. Ekonomis → menerapkan keamanan dan keselamatan kerja


tanpa mengabaikan nilai ekonomis suatu instalasi listrik

14
PRASARANA KERJA LAINNYA

Kegiatan Kerja Lain Kemungkinan Upaya yang Dilakukan

Pengangkut Tabung (Forklift)


● Memperhitungkan jumlah dan posisi tabung yang
akan diangkut
● Tabung terjatuh mengenai
● Menentukan kapasitas beban maksimal yang
pekerja atau alat kerja
dapat diangkut oleh forklift
● Kecelakaan operator forklift
● Melakukan perawatan forklift secara berkala
● Melakukan pelatihan bagi operator forklift

Roller Conveyor
● Spesifikasi roller conveyor disesuaikan dengan
● Tabung terjatuh mengenai dimensi dan beban tabung
pekerja ● Melakukan pelatihan bagi operator roller
conveyor

15
PRASARANA KERJA LAINNYA

Kegiatan Kerja Lain Kemungkinan Upaya yang Dilakukan

Troli
● Memperhitungkan jumlah dan posisi tabung yang
● Tabung terjatuh mengenai akan diangkut
pekerja ● Menentukan kapasitas beban maksimal yang dapat
diangkut oleh troli

Kendaraan Angkut ● Memperhitungkan jumlah dan posisi tabung yang


● Tabung terjatuh mengenai akan diangkut
pekerja maupun pengendara ● Memastikan keamanan kendaraan angkut sebelum
lalu lintas berangkat
● Kecelakaan pada operator ● Melakukan pelatihan bagi driver kendaraan
kendaraan ● Melakukan pemeriksaan dan perawatan kendaraan
secara berkala

16
KONSTRUKSI TEMPAT KERJA
Permasalahan Dasar Hukum Saran
oKurangnya pencahayaan dilokasi kerja oUU No. 1 Tahun 1970 Tentang oPerlu dilakukan pengukuran cahaya
sehingga lokasi kerja masih terlihat gelap Keselamatan Kerja apakah sudah termasuk standar
terutama dibagian flanching,cyrcumferensial oPermenaker No. 01/Men/1980 penerangan dan perlu penambahan
welding,dan pasang valve oPermen PU No. 5 Tahun 2014 tentang pencahayaan
oTidak tampak adanya rambu peringatan Pedoman SMK3 Konstruksi Bidang oMenyediakan rambu tanda-tanda
tanda bahaya di dinding ruangan dan juga Pekerjaan Umum bahaya di setiap dinding ruangan dan
tidak terlihat adanya APAR oSKB MENAKER DAN MENTERI tanda dilarang merokok bagi pekerja
oRuangan tempat proses pengelasan kurang PEKERJAAN UMUM No.174/MEN/1986
memadai yaitu kurang lebar dan atap kurang omenyediakan APAR terutama di lokasi
DAN No.104/KPTS/1986
tinggi yang berpotensi menyebabkan
oSKB Menaker & Men PU 174/104/1986
oPada ruangan proses hydrostatik test akses kebakaran
oUU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
keluar masuk sangat sempit kara penuh oPerlu dilakukan perbaikan sistem
Konstruksi
dengan tumpukan tabung konstruksi dan menjalin kerjasama
oVentilasi diruangan terlihat kurang memadai dengan jasa konstruksi sehingga dapat
meminimalisir kecelakaan kerja

17
SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Pengamatan Kemungkinan Kecelakaan Pencegahan


Kerja

● Tidak ditemukan Terjadi kebakaran ● Pemasangan APAR pada


ketersediaan APAR tempat terjangkau
● Tidak terpasang alat ● Pemasangan alat otomatis
penanda kebakaran penanda kebakaran
otomatis ● Pembuatan pintu darurat
● Tidak terlihat adanya pintu ● Pembuatan rambu larangan
darurat ● Pembuatan petunjuk jalur
● Tidak ada rambu larangan evakuasi
merokok
● Tidak ada jalur evakuasi

18
KLASIFIKASI
KEBAKARAN

19
KLASIFIKASI
KEBAKARAN

20
CARA PENGGUNAAN APAR
Berdasarkan Permenaker No. PER.04/Men/1980

Tata cara (Prosedur) penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) /


Tabung Pemadam Kebakaran :
1. Tarik/Lepas Pin pengunci tuas APAR / Tabung Pemadam.
2. Arahkan selang ke titik pusat api.
3. Tekan tuas untuk mengeluarkan isi APAR / Tabung Pemadam.
4. Sapukan secara merata sampai api padam.

Hal yang perlu diketahui dalam penggunaan APAR :


Perhatikan arah angin (usahakan badan/muka menghadap searah dengan
arah angin) supaya media pemadam benar-benar efektif menuju ke pusat
api dan jilatan api tidak mengenai tubuh petugas pemadam.
Perhatikan sumber kebakaran dan gunakan jenis APAR yang sesuai dengan
klasifikasi sumber kebakaran. 21
CARA PEMASANGAN APAR
Berdasarkan Permenaker No. PER.04/Men/1980

1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api


ringan harus ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil
serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
2. Pemberian tanda pemasangan tersebut harus
sesuai dengan tanda untuk menyatakan tempat alat
pemadam api ringan yang dipasang pada dinding.
3. Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut
adala 125 cm dari dasar lantai tepat diatas satu
atau kelompok alat pemadam api ringan
bersangkutan.
4. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api
ringan harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran. 22
CARA PEMASANGAN APAR
Berdasarkan Permenaker No. PER.04/Men/1980

5. Penempatan alat pemadam api ringan yang satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh
melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
6. Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang ( ditempatkan ) menggantung pada dinding dengan penguat
sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnyaatau ditempatkan dalam lemari atau peti ( box ) yang tidak dikunci.
7. Lemari atau peti ( box ) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus diberi kaca aman dengan tebal
maximum 2 mm.
8. Sekang atau konstruksi penguat lainnya tidak boleh dikunci atau digembok atau diikat mati.
9. Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman, harus sesuai dengan besarnya alat pemadam api ringan yang ada
dalam lemari atau peti ( box ) sehingga mudah dikeluarkan.
10. Pemasangan alat pemadam api rinagn harus dipasang sedimikian rupa sehingga bagian paling atas berada pada
ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai, kecuali CO2 dan serbuk kering dapat ditempatkan lebih rendah dengan
syarat jarak antara dasar alar pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dari permukaan lantai.
11. Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana suhu melebihi 49 derajat C atau
turun samai minus 44 derajat C kecuali apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus unutuk suhu diluar
batas tersebut di atas.
12. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman 23
RAMBU PERINGATAN

• Pada video minim/tidak tampak rambu


peringatan K3 yang terpasang dengan jelas/baik.

24
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

Berdasarkan pengamatan di video :


• Terdapat pekerja yang tidak menggunakan APD yang benar seperti masker, glove, dan
goggle saat bekerja seperti di bagian pressing 200 ton
• Para pekerja tidak memakai APD dengan standar, contohnya pada bagian welding,
dimana pekerja tidak menggunakan face shield, tidak memakai baju lengan panjang /
cover all untuk mencegah percikan api, serta penggunaan glove yang tidak tahan air
pada bagian hidrostatik test dan leak test
• Pada semua bagian tidak ada pekerja yang menggunakan ear plug/ear muff yang mana
seharusnya diwajibkan karena adanya pajanan bising dalam jangka waktu realtif lama.

25
Tanggap Darurat dan Jalur Evakuasi

Tanggap Darurat & Pengamatan pada Standar


Evakuasi Kasus

Emergency lamp Tidak ada Terdapat lampu emergency di tiap ruangan

Fire alarm audio Tidak ada Terdapat di tiap ruangan

APAR (Alat pemadam Tidak ada Terdapat APAR di tiap ruangan


apiringan)

Rambu-rambu jalur Tidak ada Terdapat rambu-rambu penunjuk arah


evakuasi “EXIT” yang jelas

Jalur evakuasi khusus Tidak ada Terdapat jalur evakuasi khusus bebas
daribenda yang bisa menghalangi proses
evakuasi dan harus cukup (jumlah
danukuran) untuk mengeluarkan
pekerjadalam waktu 2-3 menit
26
Kejadian Kecelakaan

❏ Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan
korban manusia dan harta benda. (Permenaker No. Per-03/Men/1998, Bab 1 Pasal 1 ayat 1)
❏ Setiap kejadian kecelakaan kerja harus dilaporkan secara benar:
Mengetahui penyebab utama, hal Tindak lanjut sebagai upaya
yang berpotensi bahaya, kondisi pencegahan kejadian kecelakaan
tidak aman

❏ Hal yang berpotensi bahaya dan berisiko menimbulkan kecelakaan kerja pada kasus:
→ Tangan terjepit mesin
→ Trauma mata akibat gerindra
→ Tertimpa beban
→ Masalah otot & rangka akibat mengangkat beban
→ Burn injury
27
PERSONIL KESELAMATAN KERJA

28
Identifikasi Potensi Bahaya

29
Identifikasi Potensi Bahaya

30
Kesimpulan
1. Belum terlaksananya aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang baik sehingga dapat
menyebabkan risiko terjadinya PAK dan Kecelakaan Kerja yang tinggi pada karyawan produksi tabung gas
elpiji.
2. Pada beberapa pekerja, masih belum terlihat menggunaan APD yang baik dan lengkap pada setiap tahap
produksi
3. Lingkungan kerja yang relatif tidak aman dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja sehingga
berpotensi menyebabkan adanya korban.
4. Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting untuk menjamin kesejahteraan para pekerja dan
keberhasilan perusahaan.
31
5. Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan tidak terduga yang dapat
menyebabkan kerugian baik dalam bentuk korban manusia maupun kerusakan harta benda di lingkungan
kerja.
6. Dokter yang bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan kerja, tenaga kesehatan kerja, dan petugas
P3K di lapangan memainkan peran penting sebagai personel keselamatan kerja
Saran
1. Perlunya dilakukan tahapan manajemen risiko dengan baik
• Dari hasil pengamatan, perusahaan belum melakukan penyesuaian manajemen dan penerapan
sistem manajemen K3 yang baik. Hal ini dapat menimbulkan risiko terjadinya PAK dan lingkungan
kerja yang relatif tidak aman dan nyaman, disebabkan oleh letak peralatan yang tidak tepat, luas
lingkungan kerja yang kurang memadai, serta minimnya penerangan di dalam pabrik.
• Oleh karena itu, diperlukan peran serta dari seluruh pihak di dalam pabrik, termasuk manajemen
dan karyawan, dalam meningkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja, serta
memastikan kondisi kerja yang aman dengan menaati peraturan dan regulasi yang berlaku.
32
• Perusahaan juga perlu melakukan perbaikan manajemen dan fasilitas, serta menerapkan kebijakan
yang berfokus pada keselamatan dan kesehatan kerja untuk menciptakan lingkungan kerja yang
aman dan sehat, sehingga dapat menghindari terjadinya kecelakaan akibat kerja.
Saran
2. Pentingnya mengetahui potensi bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan kerja
Pelatihan karyawan sangat penting dalam meningkatkan kesadaran dan keterampilan mereka dalam
menghadapi situasi yang berpotensi membahayakan keselamatan kerja. Pelatihan yang berkala dan
efektif dapat membantu meminimalkan risiko kecelakaan kerja dan meningkatkan kinerja keselamatan
kerja secara keseluruhan.

3. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik


Diperlukan peran serta seluruh pihak dari pabrik dalam meningkatkan sistem manajemen kesehatan
33
dan keselamatan kerja, serta menaati peraturan perundangan mengenai kondisi kerja secara umum.
Peran serta perusahaan untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat kerja dapat dilakukan
dengan perbaikan manajemen dan fasilitas serta melakukan pelatihan dalam meningkatkan
keselamatan kerja.
Terimakasih
34

Anda mungkin juga menyukai