Anda di halaman 1dari 12

PAJAK

PENGHASILAN
UMUM

ANDRE SAPUTRA (1906110242)


ARKENAS (1906196639)
ARYO PRANATA. G (1906156125)
FIYONA NUR A. (1906111079)
PUTRI KAYLA (1906113250 )
RINALDI (1906113867)
WISDA DWI NINGSIH (1906112703)
PEMBAHASAN

Pengurangan Yang
Pengertian Subjek Dan Objek Dan Non Objek Dibolehkan Dan Yang Tidak
Wajib PPh PPh Diperbolehkan

Tarif Umum Pajak Perhitungan PPh Dengan Contoh Kasus Pajak


Penghasilan Norma Perhitungan PPh Penghasilan
DEFINISI

Menurut Undang-Undang No 17 tahun 2000 Pajak penghasilan


adalah : Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak
atau suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang
berpenghasilan yang diperolehnya dalam tahun pajak untuk
kepentingan Negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan
bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.
subjek pajak menurut Erly Suandy
(2011:43) adalah “siapa yang
dikenakan pajak. Secara praktik
termasuk dalam pengertian subjek
pajak meliputi orang pribadi,
warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan, badan, dan bentuk
usaha tetap”.
Dalam undang-undang PPh, subjek pajak dalam PPh
terdiri atas 2 (dua) jenis

Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri

Subjek pajak yang secara Orang pribadi yang tidak


fisik memang berada atau bertempat tinggal di Indonesia,
bertempat tinggal di yang menjalankan usaha atau
Indonesia melakukan kegiatan melalui BUT
di Indonesia. .
OBJEK DAN NON OBJEK PPH

Objek pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Dalam Undang-
undang No 36 Tahun 2008 disebutkan tentang apa saja yang menjadi objek Pajak
penghasilan. Sedangkan penghasilan yang tidak termasuk onjek pajak dijelaskan pada
pasal 4 ayat (3) Undang – undang Pph,
Pengurangan Yang Dibolehkan Dan Yang Tidak Diperbolehkan

Biaya-biaya yang boleh dikurangkan


untuk menghitung penghasilan kena
pajak diatur dalam Pasal 6 UU PPh.
Dan Pengeluaran dan biaya yang tidak
boleh dikurangkan dalam menentukan
besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk
usaha tetap diatur dalam Pasal 13 PP 94
TAHUN 2010,
TARIF UMUM PPH

a c
Tarif sebanding atau
proporsional Tarif berupa
b d
persentase yang tetap, Tarif Progresif
terhadap berapapun Persentase tarif yang
jumlah yang dikenai pajak digunakan semakin besar
sehingga besarnya pajak bila jumlah yang dikenai
Tarif tetap Tarif berupa
yang terutang pajak semakin besar
jumlah yang tetap Tarif degresif
proporsionalnya terhadap
(sama) terhadap Persentase tarif yang
besarnya nilai yang
berapapun jumlah yang digunakan semakin
dikenai pajak
dikenai pajak sehingga kecil bila jumlah yang
besarnya pajak terutang dikenai pajak semakin
tetap. besar
Perhitungan PPH Dengan Norma Perhitungan PPH

Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) adalah norma yang dapat digunakan oleh wajib pajak dalam penghitungan
penghasilan neto dalam satu tahun pajak sebagai dasar penghitungan PPh Pasal 25/29 terutang. Adanya norma penghitungan
ini memiliki tujuan sebagai penyederhanaan dari penghitungan untuk mencari penghasilan neto yang apabila setelahnya
mendapatkan besaran penghasilan neto, wajib pajak dapat menghitung besaran PPh terutang untuk kebutuhan pembayaran
dan pelaporan pajaknya.
Dasar hukum untuk perhitungan pajak penghasilan diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2008
tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan dan kemudian dijelaskan
lebih rinci pada pasal 14 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-17/PJ/2015 tentang Norma Perhitungan Penghasilan
Neto

rumus untuk menghitung penghasilan neto adalahsebagai berikut:

Peredaran penghasilan bruto x Tarif persentase NPPN.


CONTOH SOAL
Tuan Mas Kumambang adalah Wajib Pajak yang berdomisili di Jakarta, terdaftar sejak Januari 2020 dan
memilih opsi pasal 17 dalam menghitung PPh nya (Tidak memilih opsi PPh final tarif UMKM). Tuan Mas
Kumambang  mempunyai usaha di bidang pertanian jagung dan diketahui dari hasil pencatatan selama
Januari sampai Desember 2020 usaha tersebut mempunyai penghasilan bruto sebesar  Rp.1.400.000.000,- .
Berapa penghasilan neto nya? 

Diketahui:
Pertanian Jagung = Norma 15%
Menyelenggarakan Pencatatan
Penghasilan Bruto Tahun 2020 Sebesar Rp.1.400.000,000,-

Penyelesaian:
Penghasilan neto = Peredaran bruto x Norma penghitungan
Penghasilan neto = 1.400.000.000 x 15%
Penghasilan neto = Rp. 210.000.000,-
CONTOH KASUS PAJAK PENGHASILAN

Contoh kasus merupakan rangkuman dari artikel ilmiah karya Kalyana Mitta Kristanti yang berjudul, “Penyesuaian
Lapisan dan Tarif PPh Orang Pribadi: Agresif atau Progresif?” yang diterbitkan pada jurnal Owner: Riset & Jurnal
Akuntansi Volume 6 Nomor 1, Januari 2022

Pada tahun 2022, Indonesia akan menerapkan perubahan kurung pajak dan tarif untuk pendapatan pribadi pajak.
Penyesuaian ini didasarkan pada Pasal 17 Ayat 1 UNDANG-Undang Harmonisasi Pajak
Nomor 7 Tahun 2021. Pemerintah berupaya mengakomodir kebutuhan masyarakat melalui proses perumusan
peraturan ini. Secara khusus, memberikan kemudahan untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dan
mendorong distribusi pendapatan yang merata. Orang-orang yang termasuk dalam pendapatan kekayaan yang tinggi
akan dikenakan tarif tertinggi yang memiliki baru saja ditetapkan melalui undang-undang ini. Dalam jurnal ini
menyajikan ilustrasi perhitungan untuk menjelaskan perbedaan jumlah pajak penghasilan yang harus dibayar sebelum
dan sesudah pelaksanaan Harmonisasi Pajak Huku dan juga analisis prinsip-prinsip kesetaraan dan demokrasi pada
penyesuaian lapisan dan tarif pajak. Hasil yang diperoleh menjelaskan bahwa dengan penerapan tarif pajak baru, wajib
pajak mendapatkan keringanan beban pajak karena biaya pajak lebih rendah karena perluasan kisaran pendapatan.
Namun Pembayar pajak kaya akan membayar lebih banyak pajak karena tarif pajak yang lebih tinggi. Kondisi ini
membuktikan bahwa tarif pajak baru mendukung keadilan vertikal dalam sistem perpajakan. Sebagai tambahan
penerapan peraturan terkait penyesuaian tarif pajak memberikan bukti bahwa Pelaksanaan demokrasi telah
dilaksanakan. Penyesuaian kurung pajak dan angka tersebut berdampak positif bagi masyarakat dan pemerintah
sehingga alokasi penerimaan pajak dapat berjalan optimal untuk mendukung kesejahteraan masyarakat.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai