Anda di halaman 1dari 17

KEBIJAKAN

PERPAJAKAN
Kelompok 4
Rahayu Ika Pratiwi
Rani Dewi Lestari
Rosdyana Safitri
Shintia Pramesthi. C
Shintia
Sri Melani
Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dirancang dan


dilaksanakan pemerintah untuk mengelola serta
mengarahkan kondisi perekonomian lewat
pengendalian pengeluaran dan penerimaan negara

Kebijakan fiskal digunakan untuk memaksimalkan


pendapatan negara untuk disalurkan ke program-
program yang bertujuan mendongkrak perekonomian
secara nasional, serta digunakan juga sebagai
perangkat untuk mencapai keseimbangan ekonomi.
Tujuan Kebijakan Fiskal

3. Mendorong 4. Memastikan
1. Menciptakan 2. Mendorong ketersediaan
kestabilan laju pertumbuhan
pertumbuhan lapangan
investasi yang
ekonomi ekonomi pekerjaan
masuk

6. Mewujudkan 7. Memastikan
5. Menciptakan pemerataan dan kestabilan
keadilan sosial pendistribusian harga barang
pendapatan dan jasa
Fungsi Kebijakan Fiskal

fungsi distribusi pajak atau fungsi pemerataan ini


adalah pajak dapat digunakan untuk menyesuaikan
dan menyeimbangkan antara pembagian pendapatan
dan kesejahteraan masyarakat. Dengan pemerataan
tersebut, kesenjangan antar ekonomi dan sosial di
antara masyarakat tidak begitu jauh dan timpang.
Pemerataan pendapatan peningkatan
pajak pusat dan pajak daerah
1. Pajak Pusat 1. Pajak Daerah
PPh
a. Pajak Provinsi
PPn
b. Pajak Kab/Kota
PPnBM
Bea Materai
PBB
KEBIJAKAN PERPAJAKAN MENGENAI TABUNGAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 212/Pmk.03/2018 Tentang


Pemotongan Pajak Penghasilan Atas Bunga Deposito Dan Tabungan Serta Diskonto Sertifikat Bank
Indonesia pengertian tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya
yang dapat dipersamakan dengan itu sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan tentang perbankan.
Pajak penghasilan (PPh)terbukti memberikan pengaruh terhadap tingkat tabungan di Indonesia.
Demikian halnya dengan pajak total, pertambahan nilai (PPN) serta laju pertumbuhan penduduk dan
angka partisipasi sekolah memberikan pengaruh yang sama terhadap tingkat tabungan di Indonesia.
Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) UU PPh, penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia dikenakan PPh Final, berikut
ketentuannya :

1 2
Objek Pajak Tarif Pajak
PPh Final atas Bunga Deposito dan Tabungan tidak dilakukan Pemotongan
terhadap (Pengecualian), sebagai berikut:

Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI sepanjang jumlah Deposito dan
Tabungan serta SBI tersebut yang tidak melebihi Rp7.500.000,00 (tujuh juta lima
ratus ribu rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah.

Bunga dan Diskonto SBI yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia

Bunga Deposito clan Tabungan serta Diskonto SBI yang diterima atau diperoleh
Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau
telah mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan yang dananya diperoleh dari
sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun; atau

Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan
rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah
sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun sederhana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.
Kebijakan Pajak Mengenai Harga
Harga transfer sering juga disebut intra company pricing, intercorporate
pricing, interdivisional pricing, atau internal pricing. Pengertian harga
transfer dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengertian yang bersifat
netral dan pengertian yang bersifat peyoratif.

Transfer Pengertian netral mengasumsikan bahwa harga transter adalah murni


Pricing merupakan strategi dan taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban
pajak. Sedangkan, pengertian peyoratif mengasumsikan harga transfer
sebagai upaya untuk menghemat beban pajak dengan taktik, antara lain
menggeser laba ke negara yang tariff pajaknya rendah.

praktek transfer pricing ini sudah banyak dilakukan oleh banyak


perusahaan. Hanya saja, tidak terlalu terasa efek pengurangan pajaknya
apabila dilakukan antar divisi dalam satu perusahaan yang sama. Lain
halnya apabila transfer pricing itu digunakan untuk menilai kinerja divisi.
Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Perpajakan No. 10 Tahun 1994 menyebutkan
bahwa hubungan istimewa ada apabila:

Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung sebesar
25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada wajib pajak lain, atau hubungan
antara Wajib Pajak dengan penyertaan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih
pada dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir; atau.

Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya, atau dua atau lebih Wajib Pajak
berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung;
atau

Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis


keturunan lurus dan/atau kesamping satu derajat.
Harga Perolehan Tanah
dan/atau Bangunan

Setiap transaksi jual beli tanah dan bangunan yang dilakukan di


dalam negeri akan terutang Pajak Penghasilan dan Bea. Pihak
penjual dikenakan Pajak Penghasilan atas Pengalihan atas Tanah
dan Bangunan dan pihak pembeli dikenakan Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan/atau bangunan (BPHTB), yang besarnya dihitung
berdasarkan harga perolehan hak atau Nilai Perolehan Objek
Pajak (NPOP).
Dasar Pengenaan Pajak/Bea

Dalam prakteknya nilai NPOP sebagai Dasar Pengenaan Pajak


(DPP), bias lebih besar atau lebih kecil dari Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP). Banyak faktor yang mempengaruhi nilai NPOP,
seperti perkembangan yang luarbiasa di suatu daerah dalam
waktu singkat sehingga harga tanah meningkat dengan cepat.
Daerah seperti ini nilai NPOP bias jauh lebih besar dari NJOP.
Jika nilai NPOP lebih besar dari NJOP maka yang dijadikan
sebagai dasar pengenaan PPh dan BPHTB adalah NPOP. Tetapi
apabila NPOP lebih kecil dari NJOP maka yang dijadikan dasar
untuk perhitungan PPh dan BPHTB adalah NJOP (mana yang
lebih tinggi).
Tarif Pajak/Bea

Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2000 tentang BPHTB,


perhitungan BPHTB, NPOP dikurangi terlebih dahulu dengan Nilai
Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) kemudian
dikali 5 %. Sementara berdasarkan Pasal 4 Ayat(2) UU PPh terkait
dengan PPh Final, PPh atas peralihan tanah dan bangunan
dihitung sebesar 5% dari NPOP atau NJOP dan bersifat final.
Perlu diketahui bahwa besaran NPOPTKP ini berbeda tiap daerah
Pajak dan Efisiensi
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan bagi negara.Suatu
sistem pajak dianggap efisien jika sistem pajak tersebutmengumpulkan
jumlah pendapatan yang banyak dengan biaya yang kecil. Kebijakan
Pajak dianggap baik apabila dapat menghindari atau meminimalkan
kerugian beban baku pajak dan beban administrasi yang ditanggung oleh
pembayar pajak.
Pengenaan pajak terhadap suatu barang mengakibatkan
ketidakseimbangan pasar. Dimana, surplus konsumen dan produsen
akan berkurang. Sehingga adanya pajak akan menimbulkan kerugian
beban baku dan biaya administrasi.

Kerugian Bahan Baku


Kerugian bahan baku dari suatu pajak adalah penurunan surplus total yang
terdiri dari surplus konsumen dan surplus produsen sebagai akibat
terganggunya pasar berupa perubahan kebijakan perpajakan.

Beban Adminstrasi
Beban Administrasi dalam sistem pajak adalah bagian dari ketidakefektifan
yang diciptakan oleh sistem yang bersangkutan. Beban ini dapat dikurangi
dengan menyederhanakan Undang-Undang pajak.
Tarif Pajak:

Tarif Pajak Marginal Tarif Pajak Efektif

adalah Tarif pajak yang adalah Tarif yang sesungguhnya


dikenakan terhadap setiap berlaku atas Penghasilan Wajib Pajak.
tambahan pendapatan tertentu. Penghasilan disini dapat berarti
Besarnya tarif pajak Marginal penghasilan kotor atau penghasilan
pajaknya mengacu pada netto atau Penghasilan Kena Pajak,
Undang-Undang Pajak tergantung pada kebutuhan atau dari
Penghasilan No.17 Tahun 2000 segi mana seseorang ingin melihat
Pasal 17 ayat 1. beban tarifnya.

Tarif Pajak
Sistem Pajak yang paling efisien:
Pajak Lumpsum (Pajak yang besarrnya sama untuk
setiap orang)

1. Pajak yang dibebankan pada perusahaan yang jumlahn ya


tetap, tidak tergantung pada banyaknya produk

2. Pajak yang paling efisien karena tidak mengubah besarnya


pajak yang harus dibayar dan tidak menganggu insentif sehingga
tidak menimbulkan kerugian beban baku pajak

3. Memberikan beban administrasi yang minimal

4. Tidak ada keadilan karena jumlah pajaknya sama antara


orang msikin dan orang kaya.
KEBIJAKAN PERPAJAKAN

Thank You

Anda mungkin juga menyukai