Anda di halaman 1dari 14

PIDANA DAN PEMIDANAAN

Oleh : Supriyadi

Program Studi Strata 1 Ilmu Hukum


Fakultas Hukum UGM
Tahun 2015
PENGANTAR (1)

Ruang Lingkup Hukum Pidana :


 Hukum Pidana Materiil : Hukum Pidana
Subtanstif : Hukum Pidana.
 Hukum Pidana Formil : Hukum Acara
Pidana.
 Hukum Pelaksanaan Pidana : Hukum
Penitensier.
PENGANTAR (2)

 Hukum Pidana mengatur tiga persoalan (trias


hukum pidana) yaitu “tindak pidana atau
perbuatan pidana”, “pidana” dan
“pertanggungjawaban pidana atau
kesalahan”.
 Hukum Acara Pidana mengatur proses
penyelesaian perkara tindak pidana (sistem
peradilan pidana) yang terdiri dari tahap
penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan sidang pengadilan.
 Hukum Penitensier mengatur tata cara
pelaksanaan (eksekusi) sanksi pidana.
PENGERTIAN PIDANA (1)

Pidana : straf (Belanda)


Prof. Sudarto : penderitaan yang sengaja
dibebankan kepada orang yang melakukan
perbuatan yang memenuhi syarat-syarat
tertentu.
Prof. Roeslan Saleh : reaksi atas delik yang
berujud suatu nestapa yang dengan
sengaja ditimpakan negara kepada
pembuat delik tersebut.
PENGERTIAN PIDANA (2)

Prof. Muladi/Prof. Eddy :


Pidana merupakan pengenaan nestapa/
penderitaan/akibat-akibat lain yang tidak
menyenangkan.
Pidana dikenakan dengan sengaja oleh
orang atau lembaga yang berwenang.
Pidana dikenakan kepada seseorang yang
telah melakukan perbuatan pidana
menurut undang-undang.
TUJUAN PIDANA

Teori Absolut.
Teori Relatif.
Teori Gabungan.
Teori Kontemporer
JENIS PIDANA (1)

KUHP :
Pidana Pokok
1. Pidana Mati.
2. Pidana Penjara.
3. Pidana Kurungan.
4. Pidana Denda.
5. Pidana Tutupan (UU No. 20/1946).
Pidana Tambahan
1. Perampasan Barang Tertentu.
2. Pencabutan Hak Tertentu.
3. Pengumuman Putusan Hakim.
JENIS PIDANA (2)
RUU KUHP (2015):
Pidana Pokok
1. Pidana Penjara.
2. Pidana Tutupan.
3. Pidana Pengawasan.
4. Pidana Denda.
5. Pidana Kerja Sosial.
Pidana Tambahan
1. Perampasan Barang Tertentu/Tagihan.
2. Pencabutan Hak Tertentu.
3. Pengumuman Putusan Hakim.
4. Pembayaran Ganti Kerugian
5. Pemenuhan Kewajiban Adat.
Pidana Mati : pidana pokok bersifat khusus.
JENIS PIDANA (3)
UU No. 11/2012 :
Pidana Pokok
1. Pidana Peringatan.
2. Pidana Dengan Syarat : (a) Pembinaan di luar
lembaga; (b) Pelayanan masyarakat; atau
(c) Pengawasan.
3. Pelatihan Kerja.
4. Pembinaan Dalam Lembaga.
5. Penjara.
Pidana Tambahan
1. Perampasan keuntungan yang diperoleh
dari tindak pidana .
2. Pemenuhan kewajiban adat.
PERUMUSAN JENIS PIDANA

SISTEM TUNGGAL : hanya satu jenis


pidana pokok.
SISTEM ALTERNATIF : dua jenis pidana
pokok atau lebih dengan kata sambung
”atau”.
SISTEM KUMULASI : dua jenis pidana
pokok atau lebih dengan kata sambung
”dan”.
SISTEM KUMULASI-ALTERNATIF : dua
jenis pidana pokok atau lebih dengan kata
sambung ”dan/atau”.
PERUMUSAN ANCAMAN PIDANA

Sistem Indefinite Sentence : hanya


dibatasi maksimumnya, minimumnya
mengikuti minimum umum (sistem
maksimum khusus).
Sistem Indeterminate Sentence : dibatasi
maksimum maupun minimumnya (sistem
minimum khusus).
Sistem Definite Sentence : pidana bersifat
pasti dan tidak ada minimum maupun
maksimumnya.
PIDANA BERSYARAT

Esensi : pidana yang telah dijatuhkan oleh


hakim tidak perlu dijalani terpidana
apabila memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat Umum :
1. Pidana penjara maksimal 1 tahun/
pidana kurungan/pidana denda
tertentu.
2. Tidak melakukan tindak pidana selama
waktu tertentu (masa percobaan).
Syarat Khusus : wajib lapor, ganti rugi,
dan syarat lainnya.
PEMBEBASAN BERSYARAT

Esensi : terpidana tidak perlu menjalani


sisa pidana (penjara) apabila memenuhi
syarat-syarat tertentu.
Syarat Umum :
1. Sudah menjalani 2/3 pidana penjara
(minimum 9 bulan).
2. Tidak melakukan tindak pidana selama
waktu tertentu (masa percobaan).
Syarat Khusus : kelakuan terpidana.
PEMBAHARUAN PEMIDANAAN
DI INDONESIA

UU No. 20 Tahun 1946


UU No. 1 Tahun 1960
UU No. 16 PRP 1960
UU No. 18 PRP 1960
UU No. 2 PNPS 1964
UU No. 7 Tahun 1974
PERMA No. 02 Tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai