Presentasi Bu Milly 10 Des 2020
Presentasi Bu Milly 10 Des 2020
SURAT KETERANGAN
WARIS
Oleh Milly Karmila Sareal, SH, MKn
TATA CARA PEMBUATAN
SURAT KETERANGAN WARIS
Disampaikan oleh :
Milly Karmila Sareal, S.H., M.Kn.
SKW Secara Umum
• SKW dibuat berdasarkan Pasal 111 ayat 1 huruf C PMNA KBPN No. 3
Tahun 1997
• Menurut golongan masing-masing, bukan berdasarkan agama
• Menurut Notaris: Eropa, Timur Asing Tionghoa,
• Indonesia asli (Nasrani, Islam, dan agama lainnya) dibuat di bawah
tangan dihadapan / disaksikan Lurah / Camat
• BHP khusus untuk orang orang Warga Negara Indonesia Keturunan
Timur Asing bukan Tionghoa
• Eropa yaitu untuk orang orang Warga Negara Indonesia Keturunan
India, Pakistan, Bangladesh
• Sedangkan notaris membuat SKW bagi orang yang tunduk pada Hukum Perdata
(Eropa, Timur Asing Tionghoa, Jepang, dan keturunan WNI)
a) Berkas-berkas / akta-akta yang perlu diteliti Akta Kelahiran dan Akta
Kematian, Akta Nikah, Akta Kelahiran anak-anak, dan Akta Kematian dari
anak / pasangan bila sudah meninggal
Bila ada anak-anak yang meninggal Akta nikah, KTP pasangan,
akta kelahiran anak-anak
b) Dengan akta kelahiran dan kematian pewaris dimintakan kepada
Daftar Pusat wasiat Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
(cek wasiat), apakah ada terdaftar akta wasiat atas nama almarhum
c) Aset / Harta apa yang akan diurus dengan SKW (bila tidak ada asset / harta
atas nama almarhum tidak perlu dibuat SKW)
Proses Pembuatan Akta SKW
C D E
• Contoh 2: Menikah tanpa Perjanjian Kawin
A B
terjadi Harta Bersama menurut KUHPerdata
HARTA BERSAMA
B = ½ dari Harta Campur + ¼ x ½ = 5/8
C, D, F ¼ x ½ = masing-masing 1/8, 1/8, 1/8
C D E
Harta
A meninggal.
Harta Harta peninggalan terdiri dari:
Bawaan Bawaan
½ Harta Bersama + Harta Bawaan A
C D E F
II. Contoh untuk yang menikah setelah 1 Oktober 1975, berlaku Harta Benda
Perkawinan yang berbeda (menurut UU No. 1 Tahun 1974)
- Dalam hal ini antara A-B terdapat Harta Bersama diatur dalam Pasal 35 dan 36 UU
No. 1 Tahun 1974
- Atas semua harta yang dibawa ke dalam perkawinan dan diperoleh karena
Hibah / Warisan - hak masing-masing, sedangkan yang dibeli sepanjang
perkawinan masin-masing memiliki hak ½ bagian
- Bila A meninggal dan mempunyai Harta bawaan (Prive), hak para ahliwaris A
(dalam contoh) masing-masing 1/5 bagian Harta Bawaan
- Dari Harta Bersama pasangan nikah mendapat lebih dahulu ½ dan ½ bagian dari
almarhum menjadi Harta Warisan / Peninggalan yang dibagi antara para ahliwaris
1/5 x ½ = 1/10; pasangan nikah mendapat total ½ +1/10 – 6/10 dari Harta Bersama
Contoh SKW terlampir
Menikah dengan suami . Isteri ke I dan suami/isteri ke II
(Menikah dalam hal ada yang kedua kali/lebih)
A II B
Cerai
meninggal
X Y
Cerai 1999
HARTA BERSAMA
• Setelah mengetahui ada surat wasiat , maka Notaris akan minta surat wasiat tersebut dari
(para) ahliwaris yang akan menghubungi Notaris pembuat Akta Wasiat dan meminta salinan
akta dengan membuktikan bahwa ia atau mereka ahliwaris Almarhum (dengan membuktikan
bawa ada Akta Kematiannya. Di dalam SKW Notaris akan mengutip bunyi wasiat lengkap dari
kata-kata :
“Saya tarik kembali dan hapuskan semua akta wasiat yang saya buat sebelum akta ini.
Saya berikan sebagai hibah wasiat kepada :
Tuan S ………………………… (identitas)
1000 (seribu) saham saya dalam perseroan terbatas PT. ……….
Kepada nona T deposito saya pada Bank …………………….
Dengan dibebani hibah wasiat tersebut, saya angkat Tuan B seagai
ahliwaris untuk 1/3 (satu per tiga) bagian, Tuan C 1/3 (satu per tiga)
bagian, Nyonya D 1/3 (satu per tiga) bagian.”
C D E
Bila 2 anak, bagian mutlak anak (ahliwaris garis lurus) 2/3 x 1/3 (again menurut
UU) = 2/9. Hanya C, D yang mempunyai hak mutlak
A B
C D
Bila 1 anak, bagian mutlak = ½ x ½ = ¼
C D
• Dalam hal ada ahliwaris WNA, sebaiknya ditanyakan apakah harta
waris terdiri dari sertipikat-sertipikat tanah dan apakah ada ahliwaris
WNA?
• Kemungkinan harus diusulkan apakah WNA mau tetap jadi ahliwaris
atau menolak warisan di Pengadilan Negeri tempat almarhum
berdomisili
• Bila tidak menolak yang WNA tetap menjadi ahliwaris namun perlu
diinformasikan dalam 1 (satu) tahun sejak hak-hak diperoleh /
terdaftar atas nama WNA, maka hak-haknya atas Sertipikat HM dan
HGB harus dialihkan ke yang WNI
• Bila memilih menolak, akan diperoleh bukti penolakan waris berupa
Akta Panitera Pengadilan, dicantumkan dalam SKW adanya akta
penolakan, berakibat yang menolak tidak disebut sebagai ahliwaris
Masalah yang sering timbul dalam persengketaan waris,
banyak disebabkan oleh adanya surat pemberian wasiat
yang tidak mengindahi ketentuan bagian mutlak ahliwaris
garis lurus
F
C meninggal tahun
2008, tahun 2019
C D E baru dibuat SKHW,
E meninggal tahun
2015
C1 C2 G H I
HARTA BERSAMA
$ $ Rp Rp
H.Bawaan H.Bawaan
SUAMI ISTERI
Pasal 43 UU No. 1 / 1974
• Dengan adanya pasal 43 ayat 1 UU No. 1/1974
menetapkan hubungan hukum anak luar nikah
dengan ibunya dan keluarga ibunya
• Ada hubungan hukum tanpa pengakuan.
A B
Bagaimana hubungan hukumnya ?
N • Mempunyai hak untuk nafkah
M O bila miskin
• Mewaris, berapa besarnya ?
UU No. 1/1974 tak mengatur
lihat KUHP pasal 863
X Y
Kedudukan Hukum Anak Luar Nikah setelah
berlakunya UU Perkawinan
Permasalahan Pasal 43
UU No. 1/1974
Belum jelas bagaimana hubungan anak luar nikah
dengan keluarga ibunya
Menurut KUHP, tidak ada hubungan hukum anak
luar nikah dengan keluarga ibu yang mengakuinya
Karena UU No. 1/1974 tidak mengatur lebih lanjut,
maka hak waris anak luar nikah dari ibunya tetap
seperti KUHP Pasal 863 (1)
Perlu upaya-upaya lain untuk meningkatkan status
hak anak luar nikah menjadi anak sah, menurut
ketentuan Pasal 272, Pasal 274 dan Pasal 275
KUHPerdata
Sekian dan Terima Kasih
Surat Keterangan Waris (SKW) untuk orang orang yang tunduk kepada
Hukum Perdata dan yang tidak (Pribumi Kristen)
II. Golongan yang tidak tunduk kepada Hukum Perdata tetapi Pribumi Kristen yang memilih dengan azas monogami.
I.a.1. Menikah sebelum tahun 1975 (berlakunya UU No.1/1974 pada 1 Oktober 1975) : Yang menikah tanpa
Perjanjian Kawin, maka menurut Pasal 119 terjadi persatuan harta campur bulat (100% baik harta yang
dibawa sebelum menikah maupun yang diperoleh sepanjang pernikahan baik karena pembelian maupun
karena hibah atau warisan, semua harta menjadi harta bersama.
Maka pasangan suami/istri berhak atas harta campur untuk masing-masing 1/2 (setengan) bagian, bila salah
satu meninggal maka1/2 (setengah) bagian lainnya menjadi Harta Peninggalan almarhum dan 1/2 (setengah)
bagian menjadi hak pasangan yang hidup terlama.
Bila pasangan tersebut mempunyai 2 (dua) anak, maka pasangan yang hidup bersama dengan kedua anak jadi ahliwaris terhadap Harta Peninggalan masing-
masing 1/3 (satu per tiga) bagian.
Almarhum = 1/2 dari Harta Campur, sehingga dari Harta Campur tersebut, pasangan yang hidup terlama berhak = 1/2 + 1/3 x 1/2 = 1/2 + 1/6 = 4/6
bagian dari Harta Campur Anak-anak masing-masing : 1/3 x 1/2 = 1/6
Surat Keterangan Waris untuk yang menikah dengan Harta Campur Bulat sebelum 1 Oktober 1975
menjadi sebagai berikut Contoh SKW No.I A.1 - terlampir
Perlu diingat pasangan nikah selalu jadi ahliwaris dan pasangannya dengan hak yang sama
dengan seorang anak Pasal 852 KUHPer.
Bila 1 keluarga mempunyai anak 4 (empat) orang, maka pasangan nikah tersebut berhak
seperti seorang anak, sehingga ahliwaris pasangan nikah yang meninggal = 5 orang masing-
masing 1/5 dari Harta Peninggalan nya berarti dari 1/2 bagian Harta Campur. Kita bedakan
Harta Campur dengan Harta Peninggalan, sehingga bila dari jumlah Harta Campur maka
pasangan nikah mendapat 1/2 + 1/5 x 1/2 = 1/2 + 1/10 = 6/10 (bila ada 4 orang anak) dan
anak-anak masing-masing 1/10 dari Harta Campur.
Biasa kita uraikan hak para ahliwaris dan pasangan yang hidup terlama dengan sebutkan hak
mereka dihitung dari harta campur yaitu seluruh harta yang dipunyai suami dan isteri
tersebut baik yang tercatat atas nama suami maupun tiap barang yang tercatat atas nama
isteri = bagian dari harta campur. Dalam kasus pernikahan tanpa Perjanjian Kawin sebelum
Undang Undang No.1/1974 hanya mungkin terdapat harta prive (milik suami atau milik
isteri pribadi) bila kepadanya harta tersebut diberikan sebagai hibah/hibah wasiat dengan
pesan khusus tidak untuk harta campur selain daripada yang demikian semua harta yang
dipunyai suami isteri adalah bagian dari harta campur.
A B
HARTA CAMPUR
C D E F
Contoh :
A menikah sebelum tahun 1975, bagi A perkawinan ke 2 karena dari perkawinan ke 1, A - B mendapat 2
orang anak. Karena bercerai dengan B, maka kemudian A menikah dengan E, dari perkawinan ke 2, A tidak
mendapat seorang anakpun. Maka dalam hal ini harta campur tidak dibagi 2 pada saat A meninggal tetapi
semua harta campur menjadi harta peninggalan A yang dibagi untuk pasangan nikah E dan 2 orang anak dari
A - B yaitu C dan D.Yang berhak atas harta peninggalan yaitu seluruh harta campur A - E adalah : E (isteri ke
2) dan 2 orang anak : C, D. Karena Pasal 852A KUHPer membatasi bagian isteri ke 2. E maksimum = 1/4.
C dan D masing-masing dapat 1/2 x 3/4 = 3/8. E tidak dapat diuntungkan lebih dari pada 1/4. Isteri yang
baru tidak boleh dapat keuntungan dari harta campur yang dianggap akan merugikan anak-anak dari
perkawinan ke 1. Dalam hal E mendapat 2 orang anak dari perkawinan dengan A yaitu F dan G, maka yang
berhak atas HP A dan Harta Campur antara A dengan E adalah C, D, E, F, G masing-masing 1/5 bagian.
Bagian E = bagian anak dari perkawinan ke 1 = 1/5. Maka dalam hal perkawinan ke 2 sebaiknya pasangan
B A E A E
I II B I II
C D C D F G
Dengan adanya UU Nomor 1/1974 secara khusus ada perubahan mendasar dalam keterangan tentang Harta Benda Perkawinan
karena menurut :
Pasal 35
2. Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda yang diperoleh masing- masing sebagai hadiah atau warisan,
adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.
Pasal 36
3. Mengenai harta bersama suami atau isteri dapat bertindak atas perjanjian kedua belah pihak.
4. Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan isteri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum
mengenai harta bendanya.
Sehingga perlu dibedakan bahwa pernikahan yang terjadi setelah UU Nomor 1/1974 berlaku, menurut PP Nomor 9/1975 Pasal 49
berlaku pada tanggal 1 Oktober 1975 dan menurut Pasal 66 Ketentuan Peralihan UU Nomor 1/1974, maka hal-hal tentang Perkawinan
sepanjang yang telah diatur dalam UU Nomor 1/1974, maka yang lama tidak berlaku, antara lain yang tidak berlaku tentang persatuan
harta yang diatur dalam KUHPer, kini untuk yang menikah setelah 1 Oktber 1975 persatuan harta adalah sebagaimana diatur dalam
Pasal 35, Pasal 36 dan Pasal 37 yaitu pernikahan yang dilakukan tanpa Perjanjian Kawin berlaku Harta Bersama untuk harta yang
diperoleh (dibeli) sepanjang perkawinan oleh suami/isteri dengan mempergunakan penghasilan / harta bersama suami isteri baik dibeli
atas nama suami maupun atas nama isteri, tetapi tidak termasuk dalam Harta Bersama adalah :
6. Harta yang diperoleh karena hibah/hadiah/warisan adalah hak masing-masing yang menerima = Harta Bawaan
Maka boleh terjadi dalam perkawinan setelah Undang-Undang Nomor 1/1974 ada 3 (tiga) macam
harta :
1.Harta Bawaan atas nama suami + yang diperoleh karena hibah/warisan atas nama suami
2.Harta Bawaan atas nama isteri + yang diperoleh karena hibah/warisan atas nama isteri
3.Harta Bersama yang dihakki oleh suami dan isteri masing-masing 1/2 bagian
Bila suami isteri mempunyai 4 (empat) orang anak yaitu : Tuan A, Nyonya B, anak-anak C, D, E, F
a. atas Harta Bawaan Tuan A (semua harta yang diperoleh Tuan A sebelum nikah dan yang
didapat selama perkawinan karena hibah/warisan, yang berhak : Nyonya B dan anak-anak
b. atas Harta Bersama suami isteri yang dibeli sepanjang perkawinan menjadi hak Nyonya B
= 1/2 + 1/5 x 1/2 = 6/10 dan C. D, E, F masing-masing 1/10 (satu per sepuluh) bagian.
A B Harta Bersama A-B dibelah 2:
HARTA BERSAMA ½ untuk “B”
HARTA ½ Hak “A” = Bagian dari Harta Peninggalan
BERSAM
A+ DariHarta Bersama “B”=1/2 + 1/5x1/2 =6/10; C,D,E,F masing-
HIBAH + masing 1/10
WARISAN
BAGI “A”
DariHarta Bawaan “A” = Hak semua Ahli Waris masing-
C D E F masing sama bagian B,C,D,E,F masing-masing= 1/5
Perlu ditegaskan dalam SKW mana-mana yang dimaksud dengan Harta Bersama yaitu yang dibeli
(lihat tanggal pembelian) sepanjang perkawinan dan yang mana Harta Bawaan/ Prive yaitu yang telah
dimiliki/dibawa sewaktu/sebelum menikah dan yang diperoleh karena hibah dan warisan oleh yang
mendapatnya.
Maka dalam SKW bagi yang menikah setelah 1 Oktober 1975 tanpa Perjanjian Kawin sehingga
ada Harta Bersama, harus dicantumkan kedua macam harta tersebut (Harta Bawaan/Prive bila
ada) Contoh SKW No.I A.2 - terlampir
Khusus untuk yang menikah kedua kali atau seterusnya berbeda dengan yang menikah sebelum tgl. 1 Oktober 1975 yang tidak
mendapat keuntungan dari Harta Campur, sehingga untuk isteri ke 2 Harta Campur tidak dibagi 2. Maka untuk pasangan nikah yang
ke 2 dan seterusnya yang menikah sesudah berlaku UU Nomor 1/1974 dari Harta Bersama mereka mendapat bagian terlebih dahulu
1/2 dari haknya sebagai pasangan nikah atas Harta Bersama dan 1/2 lagi menjadi Harta Peninggalan dalam mana pasangan nikah
berhak sama sebagai seorang anak (Pasal 852). Jadi pasangan nikah ke 2/ke 3 dan seterusnya setelah tanggal 1 Oktober 1975 tetap
berhak atas 1/2 Harta Bersama (berbeda dengan yang nikah sebelum tanggal 1 Oktober 1975 yang berlaku Pasal 852A).
Mengapa ? Karena dalam Harta Bersama didapat harta yang dibeli setelah perkawinan dan harta bawaan tetap milik masing-masing,
sehingga tidak ada unsur isteri/suami ke 2 merugikan anak-anak dari perkawinan pertama yang menurut KUHPer, Harta Bawaan
masuk dalam Harta Persatuan/Harta Campur sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 1/1974 Harta Bawaan tetap milik masing-
masing.
Contoh :
A - B menikah pertama kali tahun 1992 tanpa PK mempunyai 2 orang anak C dan D. Lalu A bercerai dengan B. Ketika bercerai A
mempunyai Harta Bawaan dan 1/2 dari Harta Bersama dengan B. Semestinya begitu bercerai, Harta Bersama dibagi antara A - B.
Kemudian A menikah dengan E dan tidak membuat Perjanjian Kawin dengan isteri baru. A membawa harta pribadinya (Harta
Bawaan) dan juga 1/2 bagian dari Harta Bersama dengan B sebagai Harta Bawaan. Pernikahan dengan E terhitung mulai sejak tanggal
pernikahan terjadi. Bila ada pembelian harta baru dari penghasilan bersama dengan E, ini menjadi harta bersama dengan E.
Dalam Harta Bersama antara A dengan E tidak ada harta yang berasal dari perkawinan sebelumnya dengan mantan pasangan begitu
pula bila E juga pernah menikah dengan pasangan sebelumnya. Harta Bersama antara A dengan E mulai dengan nol dan akan selamnya
nol bila sepanjang pernikahan tidak ada pembelian harta baru. Bila A meninggal dan dari perkawinan kedua dengan E mempunyai
anak yaitu F dan G, maka Harta Bawaan + harta warisan + hibah dalam perkawinan A dengan E menjadi Harta Peninggalan A dan yang
berhak atas Harta Peninggalan A adalah : 2 orang anak dari perkawinan ke 1, isteri perkawinan baru, E dan 2 orang anak dari
perkawinan dengan E yaitu F dan G, maka masing-masing mendapat 1/5 dari harta A. Sama bila tanpa wasiat.
B E
A
HARTA
HARTA BERSAMA
BAWAAN
C D F G
Bila A - B menikah dengan PK mempunyai 4 orang anak, maka bila A meninggal yang berhak atas Harta Peninggalan A yaitu B dengan 4
orang anak masing-masing bagian yang sama dari semua harta yang atas nama A yaitu masing-masing 1/5 tanpamembedakan apakah
perkawinan ke 1 ataupun ke 2 (menurut Undang-Undang tanpa wasiat). Isteri ke 2 tetap tidak boleh lebih daripada bagian terkecil seorang
anak perkawinan ke 1 dengan maksimum 1/4, juga tidak boleh dapat dengan wasiat lebih daripada yang disebut di atas.
C D E F H I
B A F
HARTA
BAWAAN
“A”
C D
A B
C1 C2
C3
Maka C dihitung tetap sebagai ahliwaris namun bagiannya jatuh kepada anak-anak sahnya C1 dan C2 (penggantian Pasal 842). Bila
C2 meninggal lebih dahulu juga dari A tetapi C 2 mempunyai anak-anak sah C3, maka C3 menggantikan bagian C2
Keterangan Waris yang dibuat tetap cukup satu saja yaitu SKW almarhum Tuan A yang menyebutkan ahliwarisnya B, C, D, E (C1,
C3). Pembuatan SKW memperhatikan pada saat Pewaris meninggal, siapa yang ada sebagai ahliwaris. Karena seseorang ahliwaris
harus ada saat warisan terbuka dengan memperhatikan Pasal 2 KUHPer, maka ahliwaris yang meninggal dunia terlebih dahulu, tetap
jadi ahliwaris dengan bagiannya diserahkan kepada penggantinya (C1, C3).
Ahliwaris meninggal kemudian
Lain halnya bila ahliwaris pada saat Pewaris meninggal (saat warisan terbuka) masih hidup namun
meninggal kemudian walaupun SKW untuk Pewaris belum dibuat dan dibuat pada tanggal yang
kemudian setelah ahliwaris yang meninggal kemudian misalnya pemilik harta = Pewaris A meninggal
tahun 2015, ahliwaris saat A meninggal : isteri B dan anak-anak C, D, E. E meninggal kemudian tahun
2016.
SKW Tuan A dibuat tahun 2018
A 2015
B
Pada saat “A” meninggal, “C” dan
“C2” sudah meninggal, Ahliwaris “A”
dibuat dalam 1 SKW (pada saat “A”
meninggal yang hidup: B,C,D,E)
C
2010
D E
2016
F Untuk “E” harus dibuat SKW
tersendiri, Ahliwaris “E” adalah F,E
C1 C2 dan E2
2014
C3 E1 E2
Untuk warisan Tuan A, yang jadi ahliwaris B, C (C1 + C3), D dan E. Dalam
SKW Tuan A yang dibuat sesudah Tuan E meninggal, bagian warisan
Pewaris Tuan A yang jatuh kepada ahliwaris Tuan E terjadi seketika saat
Tuan A meninggal dunia.
Maka ketika E meninggal dunia dalam Harta Peninggalan Tuan E termasuk
hak warisnya dalam Harta Peninggalan Tuan A, bagian Tuan E dalam
warisan Pewaris A ketika E meninggal, akan menjadi bagian warisan dalam
Tuan E yang menjadi hak para ahliwaris Tuan E.
HartaPeninggalan Tuan E tersebut (termasuk bagian yang diperoleh dari HP
Tuan A) jatuh kepada isteri Tuan E yaitu F dan anak-anak E1 dan E2. Maka
terhadap warisan Tuan E harus di buat SKW tersendiri karena ini
bukan penggantian. Baik disimak perbedaan ini dalam pembuatan
SKW
I.c. Pembuatan SKW untuk Pewaris yang tidak menikah, tidak mempunyai keturunan.
Membuat SKW bagi seseorang yang meninggal dan tidak mempunyai keturunan, bila ia
seorang anak sah, maka ahliwarisnya :
a. menurut UU : orangtua dan saudara serta keturunannya (Pasal 854, 855, 856 KUHPer)
b. berdasarkan wasiat, siapapun yang diangkat sebagai ahliwaris orang/badan
hukum yang sah
Menurut Undang-Undang tanpa wasiat.
BAPAK IBU
IBU AYAH
Perhatian kita pada Pasal 854 KUHPer. Kedua orangtua berhak minimum 1/4 ¼, sisa 1/2 untuk saudara-saudara.
Ada peraturan bahwa ahliwaris garis lurus mempunyai hak mutlak (Legitieme Portie/LP) Pasal 915 KUHPer.
A boleh membuat wasiat sesuai kemauammya. Bila ia memberikan 100% harta peninggalannya kepada temannya 100%
atau kepada siapapun, dalam hal ini perlu diperhatikan ibu dan ayah mempunyai LP sebesar 1/2 x bagian menurut UU =
1/2 x 1/4 = 1/8, masing-masing 1/8. Sehingga bisa jadi terhadap wasiat tersebut dapat dilakukan pengurangan bila
ahliwaris LP menuntut LP nya.
Maka dalam SKW dalam hal ada wasiat yang melanggar bagian mutlak, Notaris menyebutkan : Bunyi Surat Wasiat berlaku
sepanjang / dengan tidak mengurangi hak para ahliwaris mutlak untuk menuntut bagian mutlaknya (yaitu ayah + ibu)
sebesar ½ x ¼ = 1/8 dalam kasus ini.
II. SKW untuk Pribumi Kristen
Bagi saudara-saudara yang bukan tunduk pada KUHPerdata tetapi mereka bermaksud membuat SKW pada Notaris, bila mereka beragama
Kristen berlaku hukum adat masing-masing. Namun dapat diterapkan pula ketentuan dalam Hukum Waris KUHPerdata bila
memperhatikan pernikahan mereka semua mengikuti asas monogami, Namun Notaris harus berhati-hati jangan sampai melanggar Hukum
Adat masing-masing, maka khusus untuk keluarga-keluarga Nasrani yang mau/membutuhkan SKW notariil supaya ditempuh : membuat akta
Pernyataan/Keterangan ahliwaris. Caranya : bila semua ahliwaris sepakat membuat akta Pernyataan/Keterangan ahliwaris menghadap Notaris
(mereka yang menyatakan, bukan Notaris yang menyatakan mereka ahliwaris.
TERIMA
KASIH