Anda di halaman 1dari 16

SURAT KETERANGAN WARIS (SKW)

DAN SURAT WASIAT

(NARASUMBER : MILLY KARMILA SAREAL, S.H., MKn)

DIADAKAN OLEH :

PENGURUS DAERAH JAKARTA TIMUR

DALAM RANGKA HUT INI

(IKATAN NOTARIS INDONESIA) KE 113

1 JULI 2021
DAFTAR ISI

Pengantar

Syarat- syarat pembuatan Keterangan Waris

Slide Power Point

Contoh I A : Akta Keterangan untuk SKW (menikah tanpa Perjanjian

Kawin sebelum 1 Oktober 1975)

Contoh I B : Surat Keterangan Waris (menikah tanpa Perjanjian

Kawin sebelum 1 Oktober 1975)

Contoh I C : Surat Keterangan Waris ada hibah wasiat rumah dan

saham

Contoh II B : Surat Keterangan Waris (menikah tanpa Perjanjian

Kawin sesudah 1 Oktober 1975)

Contoh III B : Surat Keterangan Ahliwaris untuk Pribumi Kristen

tanpa Perjanjian Kawin

Contoh IV A : Akta Keterangan dalam hal ahliwaris ada yang

meninggal terlebih dahulu dan terjadi penggantian

V : Perhatikan perbedaan kasus-kasus

VI : Surat Wasiat
Pengantar

Proses pembuatan Surat Keterangan Waris (SKW) oleh Notaris


dilakukan dengan terlebih dahulu mewawancara keluarga Pewaris sambil
meminta dokumen2 pendukung berupa akta2 Catatan Sipil dan sambil pula
meneliti kebenaran keterangan dengan kelengkapan dokumen yang
dibutuhkan yaitu asli2 akta Pewaris sejak lahir sampai meninggal.

Notaris terlebih dahulu mempersiapkan membuat akta


Keterangan/Pernyataan dengan mengumpulkan informasi2 antara lain dari
data-data Pewaris, riwayat hidup dan siapa2 keluarga terdekat dengan
diperkuat dokumen. Wawancara pertama menentukan kebenaran
keadaan Pewaris dan keluarga terdekatnya, menikah berapa kali, siapa2
pasangan nikahnya, anak2nya yang lahir dalam perkawinan/di luar
perkawinan. Penting sekali menanyakan berapa anak ? berapa kali
menikah ? Apakah ada Perjanjian Kawin antara suami isteri ?

Semua ahliwaris harus hadir tidak bisa pakai kuasa, harus membuat
pernyataan dengan berani disumpah, akta ini menampung keterangan
bagaikan orang memberi kesaksian di Pengadilan hingga disebut dengan
berani disumpah menyatakan dengan sebenar-benarnya. Informasi yang
tidak ada dusta dan terbukti dengan dokumen2 yang menjamin akta
Notaris tidak menimbulkan masalah. Maka selain para ahliwaris,
dibutuhkan keterangan yang diperkuat oleh 2 (dua) orang saksi yang
bukan sembarang saksi tetapi bisa beri keterangan sebagai saksi yang
berani disumpah karena benar mengenal, mengalami peristiwa2 kehidupan
Pewaris sejak muda sampai dengan menikah, ber anak sampai meninggal.
Maka yang baik jadi saksi adalah para saudara kandung dari almarhum
(keluarga dekat) yang usianya tidak lebih muda lebih dari 18 tahun supaya
usia sebaya dan terus sampai dengan Pewaris meninggal tetap berkontak
dengan Pewaris, mengalami langsung kehidupan Pewaris dan mengenal
anggota keluarganya dan lain-lain.

Selanjutnya setiap buat SKW, Notaris wajib menanyakan lebih dahulu


kepada Dirjen AHU bagian Perdata Kementerian Hukum Dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia tentang ada wasiat/tidak ada wasiat atas
nama almarhum yang dapat dilakukan dengan cara online (beli voucher)
dan dijawab tentang ada/tidak ada terdaftar wasiat atas nama almarhum
yang dilampiri akta lahir, Kartu Tanda Penduduk, WNI nya. Bila ada surat
wasiat Notaris meminta salinan bermeterai kepada para ahliwaris bila perlu
menunjukkan surat keterangan Notaris mana wasiat dibuat/disimpan.

Menurut ketentuan yang berlaku sesuai dengan perundang-


undangan (Peraturan Pendaftaran Tanah dari BPN) Notaris yang
berwenang membuat SKW untuk Warga Negara yang berketurunan
Eropah + Timur Asing Tionghoa.

Pada masa ini juga seringkali diminta untuk membuat SKW bagi Warga
Negara Indonesia Pribumi Kristen yang mempunyai kesamaan azas
monogami dalam pernikahan sehingga mempunyai banyak kesamaan
dengan Warga Negara Indonesia yang tunduk pada KUHPerdata
(keturunan Eropah dan Timur Asing Tionghoa). Selain itu bila diminta oleh
Instansi2 seperti Bank, Maskapai Asuransi dan lain-lain, Notaris bisa juga
diminta membuat SKW untuk orang2 Pribumi Kristen. Sangat besar
kemungkinan karena sampai saat ini masih banyak keluhan2 adanya
perbedaan cara membuat SKW Notaris dan fatwa waris bagi orang2
penduduk Indonesia Pribumi yang cukup dengan fatwa waris dari
Kelurahan sering tidak tepat karena tidak memperhatiakn ada wasiat atau
tidak dan sering dimanfaatkan untuk mengurangi jumlah ahliwaris tanpa
saksi2 yang cenderung menimbulkan banyak sengketa.

Notaris dengan kerja yang penuh ketelitian dan berintegritas tinggi adalah
pihak/instansi yang terpercaya dapat membuatkan SKW yang dibutuhkan
yang terjamin kebenarannya dan tidak memihak, apa adanya sesuai fakta-
fakta dan ketentuan Undang-Undang. Maka di masa2 yang akan datang
tidak tertutup kemungkinan bahwa kepada Notaris akan diserahi tugas juga
membuat SKW bagi Pewaris2 yang bukan hanya Golongan Eropah +
Timur Asing Tionghoa tetapi juga akan besar kemungkinan menjadi
pembuat SKW yang secara nasional berwenang untuk semua
warganegara, untuk itu Notaris harus bersiap selalu meningkatkan ilmu
juga hukum waris menurut Hukum Islam yang suatu waktu mungkin lebih
tepat bila dibuat oleh Notaris.

Selain Notaris sekarang yang berhak membuat SKW untuk Golongan


Timur Asing bukan Tionghoa adalah Balai Harta Peninggalan yang sampai
saat ini berwenang membuat SKW terutama ditugaskan untuk Golongan
Timur Asing bukan Tionghoa misalnya Pakistan, India, Bangladesh dan
lain-lain.

Jakarta, 1 Juli 2021.


SYARAT-SYARAT PEMBUATAN

KETERANGAN WARIS

1. Data-data yang dibutuhkan :


A. Bagi yang meninggal (Pewaris) :
1. Akte Kematian;
2. Akte Perkawinan, Perjanjian Kawin (bila ada)
3. Akte Kelahiran;
4. Surat Ganti Nama;
5. S B K R I atau W N I;
6. Kartu Keluarga.

B. I. Bagi ahli waris yang masih hidup :


1. K T P;
2. Akte Kelahiran;
3. Surat Ganti Nama;
4. S B K R I atau W N I;
5. Kartu Keluarga

II. Bagi ahli waris yang telah meninggal dunia lebih dahulu dari Pewaris :
1. Akte Kematian;
2. Akte Kelahiran;
3. Surat Ganti Nama;
4. S B K R I atau W N I;
5. Kartu Keluarga
6. Jika telah memiliki anak, apakah ada anak dari perkawinan yang sah menurut
hukum atau mengakui sah seorang anak luar kawin? Jika ada, dibutuhkan
data-data anak-anak yang telah dilahirkan tersebut yaitu data-data pada point
B. I. tersebut di atas.

C. Bagi dua orang saksi :


I. Jika saksi ada hubungan darah (saudara2) yang seusia dengan almarhum :
1. K T P;
2. Akte Kelahiran;
3. Surat Ganti Nama;
4. S B K R I atau W N I;
5. Kartu Keluarga
II. Jika tidak ada saksi2 yang mempunyai hubungan darah dengan Pewaris, bisa
kenalan/kerabat jauh yang telah kenal lama :
1. K T P;
2. Akte Kelahiran;
3. Surat Ganti Nama;
4. S B K R I atau W N I;
5. Kartu Keluarga

2. Data-data Pewaris diserahkan terlebih dahulu untuk keperluan pengecekan ada


tidaknya wasiat atas nama Pewaris di Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia R.I.
WASIAT

Saat pandemi ini sebaiknya orang-orang yang mau mengatur harta


peninggalannya membuat surat wasiat pada Notaris (satu orang satu
wasiat - Pasal 930 KUHPerdata.

2 cara membuat surat wasiat (Pasal 931 KUHPerdata) :

a. secara olografis yaitu dibuat sendiri di bawah tangan,


ditandatangani sendiri saja oleh pewasiat tetapi agar berlaku
terhadap harta benda harus disimpan dengan resmi pada kantor
Notaris.
Notaris akan membuat akte penyimpanan (menurut Pasal 932
KUHPerdata) bila tidak disimpan pada Notaris, wasiat tersebut hanya
boleh untuk pesan-pesan penguburan, hibah wasiat pakaian/mebel-
mebel.

b. dengan akta umum (Pasal 938 KUHPerdata) satu orang pewasiat


membuat akte dihadapan Notaris dihadiri oleh 2 (dua) orang saksi.

Siapa yang perlu membuat wasiat ? Terutama :

a. mereka yang tidak menikah (yang menurut Undang-Undang


warisannya akan jatuh kepada orangtua dan saudara2 yang sah baik
hidup maupun yang meninggal (ada keponakan2 mengganti jadi
ahliwaris);

b. yang menikah lebih dari 1 x dan ada anak2 dari perkawinan yang
berbeda, semua anak sah berhak sama namun ada yang dewasa
dan yang belum dewasa;

c. yang tidak mempunyai anak/keluarga jadi golongan I, II, III, IV;

d. yang mempunyai anak2 berbeda warganegara/  sudah menjadi


WNA;

e. yang ingin mengatur secara khusus harta tertentu untuk siapa2.


Contoh2 isi wasiat (berlaku setelah pewasiat meninggal dunia) :

1. bisa berupa pemberian hibah wasiat (legaat), khusus disebutkan


barang tertentu untuk orang tertentu. misalnya : kepada anak saya,
ANITA, ……………….  identitas, sebuah rumah tinggal di atas tanah
sertipikat Hak Milik nomor ………/…….……… , terletak di ………………

2. berisi juga (dan/atau) pengangkatan ahliwaris (erfstelling) misalnya :


Saya angkat sebagai ahliwaris saya :

A ……………….

B ……………….

C ……………….

masing-masing untuk bagian yang sama, atau

A 1/2, B 1/4, C 1/4

Untuk mendapat hak dari wasiat seseorang harus hidup pada saat
pewasiat meninggal, bila tidak hidup ia tidak dapat wasiat itu (wasiat
untuknya tidak berlaku) dan barang yang disebut masih milik pewasiat
saat ia meninggal.

Hal-hal lain yang dapat dimuat dalam wasiat :

- pengangkatan pelaksana wasiat


- pengangkatan wali (hanya bila pewasiat saat meninggal adalah
juga wali)
- pemberian pengakuan anak
- pemberian …………………………………..
hak nikmat hasil, hak menempati/hak pakai hasil (Pasal 883
KUHPerdata)
Hal-hal yang dilarang :

- memberikan sesuatu dengan hibah wasiat tetapi dilarang


menjual
- memberi wasiat dengan lompat tangan (fidei commis) dilarang,
beri kepada A tetapi harus menyerahkan kepada B
- pembuat akte wasiat lebih dari satu orang - Pasal 930
KUHPerdata (wasiat batal)

Bila suami isteri mau membuat akte wasiat, masing-masing satu akte.
Misal : suami pembuat akte mengangkat isterinya sebagai satu-satunya
ahliwaris dan dalam akte lain, si isteri membuat wasiat mengangkat suami
sebagai satu-satunya ahliwaris.

Bila suami/isteri nikah dengan Harta Bersama, ia hanya bisa


menghibahwasiatkan bagian yang jadi miliknya :

“Saya berikan sebagai hibah wasiat seluruh bagian saya dalam


Sertipikat Hak Milik nomor ……../…………………. kepada isteri
saya/anak saya, XXX / saudara perempuan saya YYY”.

Bila orangtua ayah/ibu memiliki beberapa anak sah ada yang Warga
Negara Indonesia dan WNA, tidak boleh memberi hibah wasiat berupa
tanah Sertipikat Hak Milik/Hak Guna Bangunan kepada WNA (melanggar
UUPA Pasal 26  akte batal, tanah jatuh kepada negara, baik hibah
maupun jual beli kepada orang yang bukan Warga Negara Indonesia
tunggal). Hanya boleh kepada WNI saja. Untuk harta lainnya boleh.

Dalam hal demikian bisa dibuat pula pengangkatan ahliwaris berbunyi


sebagai berikut :

“Dengan dibebani oleh hibah wasiat kepada A (WNI) tersebut di atas,


saya angkat sebagai para ahliwaris saya semua anak-anak saya:
A, B, C, D (WNA) masing-masing untuk bagian yang sama”.
Teks wasiat pemberian hak pakai dan nikmat hasil (Pasal 883
KUHPerdata).

“Saya berikan sebagai hibah wasiat kepada anak saya, tuan A


……………….  identitas A, sebidang tanah Hak Milik nomor
100/Menteng, luas : ……… M2 menurut Surat Ukur
tanggal……………. nomor ………………. berikut bangunan rumah
tinggal yang ada di atasnya, terletak di dalam Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta. …………………………… setempat dikenal
orang sebagai Jalan H.O.S Cokroaminoto nomor 100”, dengan
ketentuan hak nikmat hasil dan hak pakai/mendiami rumah tersebut,
saya berikan kepada isteri saya : nyonya B selama ia hidup, baik
sendiri sendiri maupun bersama-sama dengan anak-anak saya, nona
E (WNA), selama isteri saya nyonya B masih hidup. Bilamana isteri
saya dan nona E tidak menempati rumah tersebut dan rumah
tersebut dikontrak sewakan, maka hasil2 uang sewa menjadi hak
isteri saya, nyonya B seluruhnya. Bilamana isteri saya, nyonya
Bmeninggal, maka hak penuh anak saya, tuan A untuk mengatur
selanjutnya.

Saya angkat sebagai pelaksana wasiat, anak saya tuan A ………..


tersebut.”

Jakarta, 1 Juli 2021

Milly Karmila Sareal, S.H., MKn

Anda mungkin juga menyukai