Anda di halaman 1dari 29

CASE CONTROL

(KELOMPOK 3)

NO NPM Nama
1 Dewi Lestarini 1806166616
2 Dewi Nirmala Sari 1806261313
3 Dwirani Amelia 1806166601
4 Nurhayati 1706010306
5 Rifai Ali 1806166620
6 Susiana 1806261401
CASE CONTROL DAN COHORT

Epidemiology, Fifth Edition, Leon Gordis, Chapter 13, A Pause for Review: Comparing Cohort and Case Control, page 239-
1. Jelaskan pada situasi seperti apa saja studi kasus-kontrol lebih baik untuk
digunakan dibandingkan dengan studi cohort! (minimal 4 situasi)

CASE CONTROL COHORT

Kasus Jarang Eksposure Jarang

Multiple Eksposure/
Etiologi
Multiple Outcomes
Mengeksplorasi interaksi
antar faktor-faktor

Waktu lama dan


Waktu singkat dan mahal
murah
Epidemiology, Fifth Edition, Leon Gordis, Chapter 13, A Pause for Review: Comparing Cohort and Case Control, page 240
2. Pada desain studi kasus-kontrol, jenis bias apa saja yang paling umum terjadi?
Untuk tiap jenis bias, berikan contoh dari suatu jurnal artikel
1. Bias Seleksi
Ketidakjelasan definisi kasus & sumber
didapatkannya kasus
 Contoh : Coffee and Cancer of The
Pancreas, Macmohan,dkk. The new
England Journal of medicine,1981.

Kasus berasal dari 11 RS besar di Boston. Hal ini dapat mengakibatkan kemungkinan kasus yang
ada adalah pasien telah sakit parah sehingga faktor risiko yang teridentifikasi mungkin hanya pada
mereka yang sakit parah.

Epidemiology, Fifth Edition, Leon Gordis, Chapter 10, Case Control and Other Study design, page 192
 Bias Seleksi : Pemilihan kelompok kontrol yang kurang tepat

Penelitian Pearl (1929) dilakukan di John Hopkis


Hospital yang tuberculosis merupakan penyakit
utama di rumah sakit tersebut
Coffee and Cancer of The Pancreas, Macmohan,dkk. The new
England Journal of medicine,1981 Epidemiology, Fifth Edition, Leon Gordis, Chapter 10, Case
Control and Other Study design, page 192-93
2. Bias Informasi
 Recall bias
Contoh : Coffee and Cancer of
The Pancreas, Macmohan,dkk.
The new England Journal of
medicine,1981.
3. Jelaskan kelebihan dan kekurangan menggunakan Insidens atau Prevalens sebagai
kasus pada studi kasus kontrol.
PRINSIP : KASUS KONTROL TIDAK DAPAT MENGHITUNG INSIDENS (Kec. Jika Menggunakan
Kasus Baru
KELEBIHAN KEKURANGAN

1. Membandingkan proporsi kasus yang Tidak dapat melihat


terpapar dengan tidak terpapar. penyebab/etiologi kasus --- perlu
2. Dapat mengidentifikasi faktor2 risiko data insidens untuk mengeksplore
yang lebih terkait dengan survival
terhadap penyakit dibandingkan hubungan antara paparan dan risiko
dengan perkembangan penyakit. penyakit.
3. Mengukur beban penyakit pada
masyarakat --- pengambilan keputusan
spt : jenis pelayanan apa yg dibutuhkan.
4. Dapat mengantisipasi perubahan dan
Epidemiology, Fifth Edition, Leon Gordis, Chapter 3 page:
menyusun proyeksi masa mendatang 67-69 dan Chapter 13 page 240-242
4. Dalam penelitian Coffee and cancer of the pancreas (MacMahon,1981) dinyatakan kontrol yang
digunakan tidak mewakili kontrol yang sebenarnya di general population , jelaskan pernyataan ini. Selain
membaca artikel, bacalah buku Gordis chapter 10.
Kontrol menggunakan pasien
rawat inap yang memiliki riwayat
penyakit kronis sehingga merubah
kebiasaan minum kopinya
5. Dalam penelitian Cancer and Tuberculosis (Pearl, 1929) disimpulkan bahwa kanker merupakan faktor
protektif terhadap tuberculosis. Apakah kesimpulan itu benar? Jelaskan. Selain membaca artikel, bacalah
buku Gordis chapter 10.
• Kesimpulan Pearl valid jika prevalensi tuberkulosis pada pasien bukan kanker
sama dengan seluruh orang yang bebas kanker ( dalam populasi) .
• Tetapi kesimpulan ini menjadi tidak valid karena : kelompok kontrol diambil
dari pasien yang dirawat di RS John Hopkins.
• Tuberkulosis merupakan penyakit utama pada pasien2 yang dirawat di RS
tersebut.
• Jadi, Pearl membandingkan prevalensi tuberkulosis pada pasien kanker
dengan pasien non kanker (yang mungkin telah terdiagnosa penyakit
tuberkulosis sebelumnya).
KELOMPOK 2
1. Jelaskan kelebihan dan kekurangan menggunakan non-hospitalized atau hospitalized patients
sebagai kontrol pada studi kasus kontrol.

Non-hospitalized Hospitalized

Kelebihan : Kelebihan
• Diambil dari beberapa sumber di komunitas
• Diambil dari pasen yang tidak menderita
• Bisa melakukan pengambilan data secara door to
penyakit serupa dengan kasus,
door, sehingga peneliti bisa mengobservasi beberapa
• Subyek mudah didapatkan, lebih efektif dan
variable sekaligus ketika pengambilan data
• Menggambarkan kondisi sebenarnya di populasi efisien pada saat pengambilan data
• Bisa meminta refrensi pasien yang menjadi kasus Kekurangan
(control bisa jadia adalah teman/keluarga dari kasus) • Sering merancukan prevalensi
Kekurangan • Kontrol grup sering tidak meepresentasikan kondisi

• Control akan terlalu mirip dengan kasus sebenarnya di populasi


• Ada kecenderungan control memikili paparan yang
• Beberapa masyarakat berkarakter tertutup
terlalu tinggi atau terlalu rendah dan tidak
sehingga akan sulit mendapatkan informasi menggambarkan kondisi sebenarnya di populasi
secera door to door ->untuk negara maju • Diperlukan ijin dokter yang menangani untuk
menjadikan pasien sebagai control
2. Apa tujuan dari matching pada studi kasus kontrol
• Matching merupakan preses memilih control agar memiliki karakteristik yang
sama dengan kasus seperti umur, jenis kelamin, ras sossio ekonomu dan
pekerjaan
• Memastikan distribusi kasus dan control adalah serupa/mirip
• Perbedaan paparan kemungkinan akan membentuk perbedaan kritis,
sehingga dengan melakukan matching kita dapat memastikan bahwa ada dan
tidak adanya penyakit bukan disebabkan oleh perbedaan paparan
3. Jelaskan dan beri contoh apa yang dimaksud dengan group
matching
• Group matching (atau pencocokan frekuensi) adalah pemilihan kontrol
sedemikian rupa sehingga proporsi kontrol dengan karakteristik tertentu
identik dengan proporsi kasus dengan karakteristik yang sama.
• Jenis pemilihan ini umumnya mensyaratkan bahwa semua kasus harus dipilih
terlebih dahulu.
• Setelah perhitungan dibuat dari proporsi karakteristik tertentu dalam kelompok
kasus, maka kelompok kontrol, yang memiliki karakteristik yang sama terjadi
dalam proporsi yang sama, dipilih.
• Contoh : jika 25% dari kasus menikah, kontrol akan dipilih sehingga 25% dari
kelompok itu juga menikah.
4. Jelaskan dan beri contoh apa yang dimaksud dengan individual
matching
Tipe kedua dari matching adalah INDIVIDUAL MATCHING =matched pairs
Pada pendekatan ini, untuk setiap kasus yang dipilih dalam studi, maka 1
kontrol dipilih sehingga = berpasangan (pairs) dengan memiliki variabel
spesifik/variabel yang ditandai, yang sama.
Sering digunakan untuk studi case-control, dengan pasien rumah sakit sbg
control
Contoh:
- kasus yang dimasukkan pertama kali dalam studi: wanita kulit putih usia 45
tahun – maka untuk kontrol akan dicari wanita kulit putih usia 45 tahun juga.
- jIka kasus ke-2 yang dimasukkanke dalam studi adalah wanita kulit hitam usia
24 tahun – maka untuk kontrol akan dicari wanita kulit hitam usia 24 tahun
juga.
5.Adaduamasalahdalammelakukanmatching Practicalproblemwithmatching & Conceptualproblemwithmatching.Jelaskan keduamasalahmatchingini.

Practical problem with matching • Conceptual problem with matching


• Jika terlalu banyak karakteristik yang • Jika kita telah menetapkan sebuah
ingin di-matched – akan sangat sulit karakteristik untuk matching
untuk menemukan pasangannya di (misalnya: marital status) maka
kelompok kontrol. selanjutnya kita tidak dapat
• Misal mendapatkan kasus: wanita, melakukan analisis/studi terhadap
suku Jawa, usia 25 tahun, menikah, karakteristik itu – bagaimana
mempunyai 4 anak, dan tinggal di pengaruh marital status terhadap
kelurahan X – maka akan sulit outcome.
menemukan karakteristik yang sama • Oleh karena itu sangat penting untuk
untuk kelompok kontrol tidak melakukan matching
menggunakan variable of interest
6. Pada penelitian male circumsicion and female cancer oleh Lilienfeld et al (1958) dan Castellsague et al
(2002), jelaskan bias apakah yang terjadi? Selain membaca artikel, bacalah buku Gordis chapter 10

• Lilienfeld et al (1958)
• Validitas penentuan status circumsisi dengan kuesioner dan hubungannya
dengan kanker serviks
• Status sirkumsisi: wawancara
dengan laki2 atau perempuan –
apakah sirkumsisi atau tidak –
konfirmasi dg pemeriksaan dokter --
diskrepansi
• Terdapat limitation in recall –
dilakukan analisis terhadap
diskrepansi ini
• Penyebab:
• Kesalahan pada dokter yang melakukan
pemeriksaan
• Responden salah memahami istilah
sirkumsisi – foreign born subject – mis-
interpret istilah sirkumsisi
• Bahasa ibu responden
• Okupasi reponden – in related to
education level
Castellasgue et al (2002)
Male Circumcision, Penile Human Papillomavirus Infection, And Cervical
Cancer In Female Partners
case control
Women subjects Women control subjects
• Recruited from general population • Recruited from general population
• Newly diagnosed ca-insitu/invasive and from hospital
carcinoma • Frequency matched according to
Men subjects age
• Husband or stable partner (having Men subjects
regular sexual intercourse for 6 • Husband or stable partner (having
months) regular sexual intercourse for 6
months)
Method
• Dilakukan wawancara terkait:
demografik, sosioekonomi, riwayat
sexual dan status sirkumsisi –
menggunakan kuesioner oleh trained
interviewers
• Status sirkumsisi – dikonfirmasi oleh
pemeriksaan dokter – dianggap
reliable, berbeda dengan studi
Lilienfeld – tidak ada bias
• Deteksi HPV DNA – PCR dari swab
uretra dan external surface
KELOMPOK 3
1. Apa tujuan dari menggunakan multiple controls .

• Untuk Meningkatkan power penelitian, digunakan khusus pada


kasus-kasus yang jarang terjadi.
• Bahwa hasil yang diperoleh ketika kasus dibandingkan dengan
kontrol di rumah sakit akan serupa dengan hasil yang diperoleh
saat kasus dibandingkan dengan kontrol di populasi
2. Jelaskan dan beri contoh mengenai controls of the same types
• Multiple controls of the same type, yaitu menerapkan lebih dari satu kelompok
kontrol untuk setiap kasus, digunakan untuk meningkatkan power penelitian.
Secara praktis, peningkatan power yang nyata hanya diperoleh hingga rasio 1
kasus : 4 kontrol. Hal ini terutama dilakukan dalam mempelajari penyakit yang
relatif jarang, mungkin ada batasan untuk jumlah kasus potensial yang
tersedia untuk dipelajari.
Contoh:
• Penelitian pada sebuah klinik hanya memiliki pasien tertentu yang menderita
kanker atau dengan gangguan jaringan ikat tertentu setiap tahun. Karena
jumlah kasus tidak bisa meningkat, maka tanpa memperpanjang studi untuk
mendapatkan lebih banyak kasus dapat menggunakan opsi peningkatan
jumlah kontrol per kasus. Kontrol ini memiliki tipe yang sama; hanya rasionya
kontrol untuk kasus yang disesuaikan
3. Jelaskan dan beri contoh mengenai controls of the different types
• Sebaliknya, kita dapat memilih untuk menggunakan banyak kontrol dari berbagai
jenis (controls of the different types). Prevalensi paparan pada kontrol yang juga
di pilih dari rumah sakit (dengan sumber yang sama dari kasus) mungkin berbeda
dengan prevalensi di populasi (dari orang yang tidak sakit). Artinya pemilihan kontrol
secara selektif dari populasi yang tidak sakit mungkin dapat memperlihatkan
pajanan yang berbeda.

Contoh:
• Hubungan merokok dan Kanker Paru.
- Pemilihan kontrol di rumah sakit pada mereka yang sakit selain kanker paru,
mungkin akan memperoleh prevalensi pajanan rokok yang berbeda dengan
prevalensi pajanan rokok di populasi orang yang sehat (bukan di rumah sakit).
Dalam hal ini control group dapat ditambahkan dari kontrol yang bersumber dari
populasi (selain control group yang bersumber dari rumah sakit). Harapannya adalah
hasil perbandingan kelompok kasus dengan kedua kelompok kontrol tersebut akan
sama, namun jika hasil berbeda harus tetap dijelaskan penyebab perbedaan
tersebut.
- Penggunaan beberapa jenis kontrol, terlebih dahulu harus menentukan gold standar.
4. Studi kasus kontrol oleh Gold et al(1979) mengenai Risk factors for brain tumors in children menggunakan 2
type jenis kontrol .Jelaskan rationale menggunakan 2 jenis kontrol ? Selain membaca artikel, bacalah buku
Gordis chapter 10 serta maksud dari Fig 10.6 A dan Fig 10.6 B
• Pada tahun 1979, Gold et al. menerbitkan studi kasus kontrol dengan judul “Risk factors
for brain tumors in children”. Penelitian ini menggunakan dua tipe/jenis kontrol: anak-
anak tanpa kanker (disebut kontrol normal) dan anak-anak dengan kanker selain
tumor otak (disebut kontrol kanker) (dijelaskan dalam Gambar. 10 -5).
• Apakah alasan menggunakan dua kelompok kontrol ini? Mari kita pertimbangkan
pertanyaan, "Apakah ibu dari anak-anak dengan tumor otak memiliki paparan radiasi
pralahir lebih dari ibu kontrol?" Beberapa hasil yang mungkin terlihat pada Gambar 10-6A
• Alasan penggunaan 2 jenis kontrol dalam penelitian ini adalah mungkin saja prevalensi
paparan radiasi dari ibu dengan anak yang mengalami kanker otak sama dengan
prevalensi ibu dengan anak yang mengalami kanker lainnya, sebaliknya berbeda dengan
prevalensi paparan radiasi pada kelompok yang sehat (tidak kanker). Sehingga bisa
menghasilkan kesimpulan bahwa radiasi pranatal merupakan faktor risiko baik untuk
tumor otak maupun untuk kanker lainnya; artinya, radiasi memberi efek karsinogen
namun tidak specifik.
• Apakah hasil penelitian tersebut memungkinkan Bias? Ya! Mungkin saja prevalensi
yang sebenarnya dari paparan radiasi pada kontrol kanker lainnya dan kontrol sehat
sama-sama memiliki prevalensi yang rendah (figure 10-6B), namun karena terjadi bias
recall dapat menjadi seperti yang ditunjukkan pada figure 10-6A. Hal ini disebabkan
karena penelusuran riwayat sangat bertumpu pada ingatan responden, dalam hal ini
mungkin saja ibu yang memiliki anak yang menderita kanker (kanker otak maupun kanker
lainnya) lebih mengingat keterpaparan radiasi mereka dibandingkan dengan ibu yang
memiliki anak yang sehat.
5. Jelaskan mengenai desain nested case control seperti yang dijelaskan pada buku Gordis chapter
10 ; Fig 10.9 A sampai dengan Fig 10.9 I dan jelaskan juga nested case control pada artikel Chen et al
(2003)
Pada studi NEST CASE CONTROL :
Kontrol adalah individu yang mempunyai risiko
dan diambil pada saat sampel mulai
mendapat penyakit

Kasus pertama
-----> Kontrol diambil saat kasus pertama mendapat penyakit

Demikian seterusnya pada kasus kedua,


ketiga dan keempat , kontrol diambil saat kasus
2 ( )
Kasus 3 ()
Kasus 4 ()
6. Jelaskan mengenai desain case cohort studies.

Pada design case cohort study kontrol


dilambil saan kasus 1 mulai mendatang
penyakait,
7. Jelaskan mengenai 4 keuntungan melaksanakan nested case control
dan case cohort study
1) Data sudah tersedia sebelum penyakit terjadi dengan demikian recall bias
dapat dihindari
2) Bila ditemukan kelainan laboratorium sebelum terjadinya penyakit, dapat
disimpulkan bahwa kelainan tersebut merupakan faktor risiko, atau
karakteristik premobid
3) Biaya lebih murah pada nested case control dan case cohort dibandingkan
prospective cohort study
4) Pada kedua studi ini , kasus dan kontrol yang didapat merupakan bagian
dari cohort study , sehingga sifat yang diperbandingkannya lebih besar dari
pada case control study yang tradisional.
DISKUSI ?

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai