Anda di halaman 1dari 16

PENGANTAR ORIENTASI

PENILAIAN RISIKO BERSAMA


MENGGUNAKAN JRA OT

ORIENTASI JOINT RISK ASSESSMENT

Kementerian Kesehatan – Kementerian Pertanian – Kementerian LHK


One Health Zoonotic Disease Prioritization (OHZDP) Workshop in Indonesia
Bali, 8 – 11 November 2021

Daftar Zoonosis Prioritas :


1. Virus Zoonosis Influenza (flu burung dan babi),
2. Zoonosis Coronavirus (COVID-19 Middle East Respiratory Syndrome [MERS]),
3. Anthrax
4. Rabies,
5. Zoonotik Tuberkulosis
6. Leptospirosis
Tindak lanjut pendekatan One health meliputi Rencana aksi :
1. Surveilan bersama,
2. Penilaian Risiko Bersama (JRA),
3. Laboratorium
4. Komunikasi risiko bersama,
5. Rencana kesiapsiagaan dan respons,
6. Respons wabah bersama, dan
7. Koordinasi One Health untuk mengatasi penyakit zoonosis prioritas di kerjasama dengan mitra
One Health.
Faktor-faktor Pemicu Zoonosis dan EID

∙Urbanisasi yang cepat,


∙Populasi manusia
penggunaan lahan
terus meningkat
akibat urbanisasi

Eksploitasi satwa liar ∙Perpindahan dan


yang semakin
transportasi
meningkat

∙Perubahan suplai
∙Perubahan iklim
rantai pangan
Dampak Zoonosis
Fakta Kesehatan
• Manusia dan hewan tinggal dalam lingkungan yang sama
• 6 dari 10 penyakit infeksius pada manusia ditularkan oleh hewan
• 3 dari 4 penyakit infeksi baru atau Emerging Infectious Disease/EID
berasal dari hewan
• Sebanyak 1.407 spesies patogen pada manusia

Jenis zoonosis
1. Penyakit infeksi baru (Emerging Infectious Diseases) : Ebola, HIV, Covid-19
2. Epidemic zoonosis: Anthrax, Leptospirosis, Rabies
3. Neglected zoonosis : Taenia. Solium
Dampak Zoonosis
Fakta food safety
• Pangan yang terkontaminasi bakteri, virus dan bahaya kimia
menyebabkan 200 penyakit (foodborne diseases; FBD)
• Gejala diare adalah yang paling umum akibat mengkonsumsi pangan
yang terkontaminasi agen pathogen, menyebabkan 550 juta orang
sakit dan 230.000 kematian setiap tahun

Patogen yang umum penyebab Food Borned Disease


1. Bakteri : Salmonella, Campylobacter dan Escherichia coli
2. Cacing pita: Taenia solium
3. Virus : Norovirus
4. Bahaya kimia: Dioxin
Dampak Zoonosis
Fakta Lingkungan
• Peningkatan kontak manusia maupun ternak dengan satwa liar sebanyak
25 % akibat habitat hutan yang rusak dan perdagangan satwa
• Dampak yang diakibatkan manusia telah menimbulkan perubahan 75 %
lingkungan daratan (terrestrial) dan 66 % lingkungan laut (marine)

Fakta Kerugian ekonomi

• Penyakit hewan telah mengakibatkan kerugian ekonomi dan mengancam


pendapatan peternak/masyarakat yang mata pencahariannya bergantung
pada ternak (OIE, 2021)
Perkembangan global
Globalisasi perdagangan pangan

Perubahan iklim

Resistensi antimikroba

Perubahan tuntutan konsumen

Peningkatan populasi dan urbanisasi penduduk dunia

Meningkatnya permintaan pangan

Peningkatan Risiko Zoonosis dan Food Borne


Joint Risk Assessment (JRA)
Pada tahun 2019 organisasi tripartit (FAO-WHO-WOAH/OIE) mengembangkan
suatu panduan untuk melakukan penilaian risiko bersama yang disebut dengan
Joint Risk Assessment Operational tool (JRA OT)  Tripartite Zoonosis Guide
LATAR BELAKANG KEBUTUHAN PENILAIAN RISIKO
BERSAMA (PRB)

1. Ancaman penyakit infeksi emerging (EID’s) semakin meningkat dan sebagian besar penyakit
infeksi emerging adalah Zoonosis.

2.
Ada sekitar 150 penyakit zoonotik dan diantaranya dapat berpotensi menimbulkan KLB/Wabah
bahkan pandemi.

Penilaian masing-masing sektor sangat penting, tetapi penilaian risiko kesehatan bersama

3. terhadap berbagai zoonosis sangat diperlukan untuk mengelola risiko antara (interface)
manusia-hewan-lingkungan,

Pada tahun 2019 organisasi tripartit (FAO-WHO-OIE) mengembangkan suatu panduan untuk

4. melakukan penilaian risiko bersama yang disebut dengan Joint Risk Assessment Operational
tool (JRA OT)

5.
Tool ini menyatukan seluruh informasi dan keahlian dari semua sektor terkait untuk bersama-
sama menilai risiko zoonosis sehingga dapat memahami dan mengelola risiko zoonosis
secara komprehensif antara (interface) manusia-hewan-lingkungan.
9
Komite Pengarah JRA
Komite Pengarah mengawasi seluruh proses JRA.
Komite ini bertanggung jawab atas keputusan
pengelolaan dan komunikasi berdasarkan hasil
keluaran JRA, tetapi tidak menangani aspek teknis
penilaian risiko.

Pemimpin/Penanggung Jawab JRA


Penanggung jawab JRA yang akan menyusun dan
menerapkan proses JRA Avian Influenza Sub Tipe
H9N2 yang menerima delegasi kewenangan dari
dan bertanggung jawab kepada Komite Pengarah
JRA
Tim Teknis JRA
melaksanakan penilaian risiko dan melaporkan
hasilnya kepada Komite Pengarah. Fasilitator JRA
dengan perwakilan yang sama dari setiap sektor
(kesehatan, kesehatan hewan, satwa liar).
FAKTOR PENDUKUNG JRA

1. Komitmen penentu kebijakan

2. Keterlibatan sektor terkait

3. Akses informasi

4. Keahlian dan kapasitas penilaian risiko

Keberhasilan JRA didukung dengan adanya komitmen pimpinan, komunikasi


multi sektor dan konsensus/kesepakatan hasil JRA
Pelaksanaan JRA Zoonosis (termasuk Penyakit Emerging
di Indonesia

1. Pilot Penilaian Risiko Bersama – Nasional tahun 2018, salah satunya Flu Burung (AI H5N1)
2. Penilaian Risiko Bersama – Zoonotic Coronavirus (SARS-CoV-2) di Provinsi DKI Jakarta
tahun 2021
3. Penilaian Risiko Bersama – Zoonotic Influenza (Avian Influenza Subtype H9N2) di Provinsi
Jawa Timur tahun 2022
4. Penilaian Risiko Bersama – Penyakit Nipah di Provinsi Sumatera Utara tahun 2022
5. Penilaian Risiko Bersama (salah satu simulasi untuk Orientasi JRA di Provinsi Jawa Tengah)
– Leptospirosis di Kabupaten Demak tahun 2021
PERENCANAAN JOINT RISK ASSESSMENT

• Diawali dengan inisiasi, salah satu sektor  sector Kesehatan


Masyarakat, sektor Kesehatan Hewan, sektor Kesehatan Satwa Liar
(Lingkungan)
• Bisa juga inisiasi oleh Pimpinan Daerah
• Inisiasi yang dipicu dari kewaspadaan terhadap suatu ancaman
penyakit zoonosis, yang belum terjadi di wilayahnya, kejadian
KLB/Wabah, atau untuk pengendalian dalam rangka penurunan
kasus ataupun pembebasan dari penyakit zoonosis.

13
PERENCANAAN JOINT RISK ASSESSMENT
TAHAPAN

1. Pertemuan Penentu Kebijakan (Policy Maker) selaku Komite Pengarah


• Menunjuk Ketua JRA
• Mengidentifikasi tim teknis
• Membuat arahan yang akan dikonsepkan oleh Tim Teknis berupa Kerangka
Risiko
2. Pertemuan Penentu Kebijakan dengan Tim Teknis
• Menerima amanah/perintah/arahan Komite pengarah
• Menyusun alur risiko sesuai Kerangka Risiko yang diarahkan oleh Komite
Pengarah
3. Pertemuan Tim Teknis
• Menyusun alur risiko
• Mengidentifikasi data dan informasi yang dibutuhkan
14
PERENCANAAN JOINT RISK ASSESSMENT
TAHAPAN

4. Pertemuan Tim Teknis dengan Pemangku Kepentingan (Stakeholder)


• Mendapat masukan alur risiko
• Mendapat tambahan data dan informasi
5. Pertemuan Tim Teknis
• Melaksanakan penilaian risiko bersama lebih lanjut
• Menyusun rekomendasi Manajemen Risiko dan Pesan Kunci yang
diusulkan berdasarkan hasil penilaian risiko
6. Pertemuan Tim Teknis dengan Komite Pengarah
• Melaporkan hasil penilaian risiko Bersama
• Menyampaikan usulan rekomendasi manajemen risiko dan pesan kunci
• Menerima arahan lebih lanjut dari Komite Pengarah
15

Anda mungkin juga menyukai