Anda di halaman 1dari 38

Sediaan Injeksi Volume Kecil

Reta Julan M (A 0111


009)
Rika (A 0111 021)
Riki Nugraha (A 0111 023)
Hanik Rahmawati (A 0113 103)
Era Novitasari (A 0123 124)
Apa itu injeksi ?
Injeksi merupakan sediaan steril berupa
larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk
yang harus dilarutkan terlebih dahulu
sebelum digunakan secara parenteral,
suntikan dengan cara menembus atau
merobek jaringan ke dalam atau melalui
kulit atau selaput lendir.
Cont ….
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV :
injeksi dikemas dalam wadah 100 mL
atau kurang. Umumnya hanya larutan
obat dalam air yang bisa diberikan secara
intravena. Suspensi tidak bisa diberikan
karena berbahaya yang dapat
menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kapiler.
Kelebihan Pemberian obat secara
parenteral

 obat memiliki onset (mulai kerja) yang cepat


karena respon fisiologis dapat segera tercapai
 Efek obat dapat diramalkan dengan pasti
 Bioavaibilitas sempurna atau hampir sempurna
 Kerusakan obat dalam GI dapat dihindari
 Obat diberikan kepada penderita yang sakit
keras atau yang sedang dalam keadaan koma
 Beberapa obat tidak efektif diberikan secara oral
Kekurangan Pemberian obat secara
parenteral
Rasa nyeri pada saat suntik
Memberikan efek psikologis pada penderita yang
takut disuntik
Kekeliruan pemberian obat atau dosis hampir
tidak mungkin dapat diperbaiki sesudah
pemberian intravena
Pemberian obat harus mengikuti prosedur aseptik
Hanya dapat diberikan di rumah sakit
Pemberian obat secara parenteral butuh waktu
lama dibandingkan oral
Syarat Injeksi
1. Bebas dari mikroorganisme
2. Bahan-bahan bebas dari endotoksin bakteri
dan bahan pirogenik lainnya
3. Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing
dari luar yang tidak larut
4. Sterilitas
5. Bebas dari bahan partikulat
6. Bebas dari Pirogen
7. Kestabilan
8. Injeksi sedapat mungkin isotonis dengan
darah
Bentuk Sediaan Injeksi
1. Larutan sejati dengan pembawa air
2. Larutan sejati dengan pembawa minyak
3. Larutan sejati dengan pembawa
campuran
4. Suspensi steril dengan pembawa air
5. Suspensi steril dengan pembawa minyak
6. Emulsi steril
7. Serbuk kering dilarutkan dengan air
Larutan sejati dengan pembawa air
Merupakan bentuk yang paling sederhana
dan banyak digunakan. Bentuk larutan air
dapat digunakan untuk semua rute
pemberian.
Contoh:Injeksi Vitamin C
Larutan sejati dengan pembawa
minyak
Dibuat bila zat aktif tidak larut air tetapi
larut dalam minyak dan diberikan melalui
i.m.
 Larutan minyak menimbulkan efek depo,
untuk masalah iritasi dan sensitisasi,
suspensi air lebih dipilih dibanding
larutan minyak.
Contoh: Injeksi Kamfer
Larutan injeksi dengan pembawa
campuran
Untuk zat yang sukar larut dalam air,
maka selain digunakan dalam bentuk
garam atau diformulasi dalam pH tinggi
atau rendah, beberapa zat dapat pula
diformulasi dalam pelarut campur.
Kosolvent digunakan untuk menurunkan
polaritas pembawa sehingga zat lebih
larut.
Contoh: injeksi phenobarbital
Suspensi steril pembawa minyak
Suspensi steril dengan pembawa minyak
Injeksi suspensi bisa juga dibuat dalam
pembawa minyak, meskipun
pembuatannya lebih jarang dibanding
suspensi air. Suspensi minyak dapat
menimbulkan efek depot/lepas lambat
pada rute pemberian im
Contoh: Bismuthsubsalsilat
Suspensi steril dengan pembawa air

Ukuran partikel suspensi biasanya kecil


dan distribusi ukuran partikel harus
dikontrol untuk meyakinkan partikel
dapat melewati jarum suntik saat
pemberian
 Ukuran partikel tidak boleh membesar
dan tidak boleh terjadi caking saat
penyimpanan.
Contoh: Injeksi Calciferol
INJEKSI suspensi

Digunakan jika zat aktif tidak larut dalam
pembawa

Dapat digunakan sebagai depo

Kadar partikel padat < 5%

Diameter partikel 5-10 mikrometer

Pembuatan dilakukan mensterilkan masing-
masing komponen sendiri-sendiri dan dibuat
secara aseptik

Sterilisasi bahan padat dapat
menggunakan sterilisasi panas kering
atau gas

Perlu diperhatikan laju sedimentasi
partikel tersuspensi

Laju endap partikel dapat dikurangi
dengan meningkatkan viskositas
medium suspensi
Emulsi Steril

Zat yang bersifat lipofilik juga dapat


dibuat dalam bentuk emulsi o/w. Zat dapat
dilarutkan dalam larutan minyak atau
zatnya sendiri sudah benbentuk minyak.
Droplet minyak harus dikontrol dengan
hati-hati dan pada saat penyimpanan agar
emulsi tidak pecah. Ukuran droplet ideal 3
μm. Biasanya dalam bentuk nutrisi
parenteral.
Contoh: Infus Ivelip 20 %
Injeksi serbuk kering
Beberapa zat yang tidak stabil dalam air,
sehingga dibuat dalam bentuk serbuk untuk
injeksi. Sediaan ini bisa berupa serbuk ‘dry
filled’ atau serbuk liofilisasi (‘freeze dried’).
Contoh: Injeksi Solumedrol 500 mg dengan
wadah yang dikemas sedemikian rupa sehingga
penggunaannya dengan menekan tutup vial agar
pelarut turun ke bawah dan melarutkan zat aktif
yang tersedianya di dalamnya
Sediaan injeksi volume kecil terdiri
dari:
Bahanbaku
Pembawa dan pelarut
(air, minyak dan non minyak (PEG, Alkohol)
campuran
Bahan tambahan
(antimikroba, antioksidan, buffer, chelating
agent, surfactan, tonisitas)
Bahan baku
Harus memiliki spesifikasi:
Derajat farmakope
Derajat tambahan: pro-injectioneous
dengan asumsi bahan tersebut bersifat
steril dan atau dengan bioburden
seminimal mungkin
Eksipien (zat tambahan)

Dalam memilih aditif untuk


sediaan parenteral penting sekali
dipertimbangkan toksisitas aditif
dalam formulasi yang
menyangkut jumlah dalam
formulasi dan jumlah yang
digunakan untuk sekali pakai
dalam sehari
Beberapa contoh bahan tambahan produk parenteral
Fungsi Bahan tambahan Kadar
(%)
Antimikrobial Benzyl alkohol 1-2
Benzalkonium chloride 0.01
Antioksidan BHA 0.02
BHT 0.02
Buffer Acetat 1-2
Citrate 1-5
Zat tambahan Laktose 1-8
Manitol 1-10
Chelating agent Ethylenediaminetetraacetic acid dan 0.01-0.05
garamnya
Surfactan Sorbitan monooleat 0.05-0.25
Tonisitas Dextrose 4-5
Sodium Chloride 0.5-0.9
Natrium sulfat 1.6
Tujuan Bahan Tambahan (eksipien) dalam
sediaan parenteral

Menjaga stabilitas (mempertahankan )


kelarutan obat
Menjaga sterilitas larutan, bila larutan
injeksi merupakan dosis ganda
Memudahkan pemberian obat secara
parenteral dengan cara mengurangi rasa
nyeri atau iritasi pada saat penyuntikan
Faktor yang Mempengaruhi Obat
Suntik
1. Pelarut dan pembawa air untuk obat
suntik
2. Pelarut dan pembawa bukan air
3. Cara pemberian
4. Partikel zat aktif dan bentuk
polimorfisme
5. Zat pengawet
6. Bentuk sediaan
Cont ….
7. Tonisitas
a. Isotonis : Jika suatu larutan konsentrasinya sama
besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah.
b. Isoosmotik : Jika suatu larutan memiliki tekanan
osmose sama dengan tekanan osmose serum darah.
c. Hipotonis : Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan
osmosenya lebih rendah dari serum darah.
d. Hipertonis : Turunnya titik beku besar, yaitu
tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah.
Cont …
8. pH
a.Isohidris : Kondisi suatu larutan zat yang
pH nya sesuai dengan pH fisiologis tubuh
sekitar 7,4
b.Euhidris : Usaha pendekatan pH larutan
suatu zat secara teknis kearah pH fisiologis
tubuh dilakukan pada zat yang tidak stabil
pada pH fisiologis seperti garam alkaloid,
vitamin C.
Cont …
9. Stabilitas
a.Untuk mencegah reaksi oksidasi, hendaknya
mengupayakan agar obat tidak kontak dengan oksigen.
Jadi, pada saat menimbang, melarutkan, dan penyaringan,
gas yang cocok adalah karbondioksida dan nitrogen.
b.Bila oksidasi dikatalisis oleh logam berat, maka
penawarnya dilakukan reaksi komplekson dengan
penambahan garam dinatrium EDTA.
c.Bila ada rangsangan akibat cahaya terhadap proses
oksidasi, maka pembuatan dan penyimpanan larutan
injeksi sebaiknya terlindung dari cahaya.
Cont …
d. Bila bahan obat tidak dapat disterilisasi dengan
panas, maka tersedia penyaring bebas kuman.
e. Bila bahan obat rusak karena hidrolisis, maka
kita lebih baik meraciknya dalam ampul kering.
f. Untuk menghindari kontaminasi bakteri kedalam
preparat injeksi, memerlukan penambahan bahan
pengawet (antimicrobial preservative). Umumnya,
melakukan penambahan bagi preparat injeksi
takaran ganda.
Cont …
10. Volume obat suntik
Volume yang disiapkan untuk obat suntik
tergantung pada kelarutan zat aktif, tetapi
juga dipengaruhi oleh cara pemberian

11. Wadah dan penutup


Wadah serta penutup yang digunakan
mempengaruhi metode sterilisasi yang akan
dilakukan
Syarat Wadah obat Suntik
Tidak boleh bereakasi dengan bahan obat
Harus jernih, tak berwarna
Harus memungkinkan pemeriksaan isi
Dengan melebur kaca, harus dapat tertutup
kedap
Harus memenuhi pemeriksaan wadah kaca
Tutup wadah dosis berganda harus
memungkinkan pengambilan isi tanpa merusak
tutup, mudah ditusuk jarum suntik tanpa
melepaskan pecahannya dan segera menutup
kembali
Wadah Dosis tunggal

Wadah kedap udara yang mempertahankan


jumlah obat steril dengan tujuan pemberian
parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila
dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali dengan
jamninan tetap steril
Ukuran 1ml-20 ml
Wadah dosis ganda

Wadah kedap udara yang memungkinkan


pengambilan isinya per bagian berturut-turut
tanpa terjadi perubahan kekuatan, kualitas atau
kemurnian bagian yang tertinggal
Berupa vial atau flakon ukuran 2-20 ml,
Prefieled Syringe

Terbuat dari gelas, PVC atau Semipolyethene


 Cepat digunakan dan mahal
Metode Sterilisasi Injeksi
1. Panas lembab (autoklaf)
a. Sterilisasi panas lembab biasanya digunakan untuk
mensterilkan:
Sediaan injeksi dan suspensi: 121 o C selama 15
menit
Plastik dan karet: disterilkan terpisah dari
kontainer.

b. Mekanisme pembunuhannya adalah perusakan


mikroorganisme dengan mendenaturasi protein
penting untuk pertumbuhan dan atau reproduksi, juga
pelelehan membran sel.
Cont …
2. Panas kering
Temperatur yang digunakan adalah 160 C
Mekanisme pembunuhan mikroorganisme dengan
panas kering adalah proses oksidasi. Umumnya,
kurva mikroba hidup setelah sterilisasi terhadap
waktu sterilisasi panas kering tidak selalu mengikuti
kinetika orde pertama.
Tingkat pembunuhan mikroorganisme dan
penetrasinya tergantung pada energi yang digunakan.
Jika energi panasnya cukup, maka panas kering dapat
berpenetrasi dengan baik dan membunuh semua
mikroorganisme.
Cont …
3. Filtrasi : Menyaring mikroba atau filtrasi.
Prinsip :
Filter ayakan, didasari perbedaan ukurannya
dengan pori-pori. Ukuran pori-porinya seragam
sebesar 0,22 µm dengan ketebalan 80–159 µm.
Filter ayakan tidak dapat membebaskan pirogen
dan virus (0,02 µm).
Filter adsorpsi, dalam hal ini filternya terbuat
dari selulosa, asbes, gelas sinter, keramik. Filter
ini dapat membebaskan pirogen dan virus.
Evaluasi Sediaan Injeksi
1. Evaluasi fisika
a. Penetapan pH
b. Bahan Partikulat dalam Injeksi
c. Penetapan Volume Injeksi Dalam Wadah
d. Uji Keseragaman Bobot dan
Keseragaman Volume
a. Uji Kejernihan Larutan)
b. Uji Kebocoran
Cont …
2. Evaluasi biologi

a.Uji Efektivitas Pengawet Antimikroba


b.Uji Sterilitas
c.Uji Endotoksin Bakteri
d.Uji Pirogen
e.Uji Kandungan Zat Antimikroba
Cont …
3. Evaluasi kimia
a.Uji identifikasi
Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P,
menunjukkan maksimum hanya pada
panjang gelombang yang sama seperti pada
Manitol BPFI.
b. Penetapan kadar
Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi

Anda mungkin juga menyukai