PROGRAM STUDI ILMU HUKUM PEMAHAMAN AWAL TENTANG SEJARAH HUKUM
A. Sejarah Hukum, apa itu ?
Tradisi dalam memahami suatu ilmu pengetahuan, harus dimulai dari mengatahui secara etimologi istilah yang membentuk nama ilmu pengetahuan tersebut. Oleh karena, dengan terlebih dahulunya mengetahui arti istilah yang membentuk nama llmu pengetahuan itu, maka akan memudahkan dalam memahami secara baik dan benar ilmu pengetahuan tersebut. Hal yang sama tentu berlaku pula terhadap ilmu pengetahuan Sejarah Hukum ini. Istilah Sejarah Hukum, merupakan gabungan dari dua kosa kata yakni sejarah dan hukum. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah adalah pengetahuan atau uraian tentang peristiwa-peristiwa dan kejadian- kejadian yang benar-benar terjadi dimasa lampau. Istilah sejarah dalam bahasa Latin, disebut “Historis”. Dalam bahasa Jerman disebut dengan “Geschichte” dari asal kata Geschechen yang berarti sesuatu yang terjadi. Historie artinya kumpulan fakta kehidupan dan perkembangan manusia. Sedangkan pengertian hukum oleh S.M. Amin didefinisikan sebagai kumpulan- kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi. Bertolak dari pengertian sejarah dan pengertian hukum tersebut, maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa sejarah hukum itu adalah bagian dari ilmu hukum yang mempelajari bentuk dan isi dari kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam waktu atau dari waktu ke waktu. Dari sisi ilmu sejarah, maka sejarah hukum ini adalah cabang dari ilmu sejarah yang mengambil obyeknya, hukum sebagai tema kajiannya. B. Pentingkah Sejarah Hukum itu ? Dimana ada masyarakat, maka disitu ada hukum. Dimuka bumi ini, tidak ada satu pun masyarakat yang tidak mengalami perubahan. Perubahan tersebut berlangsung dari waktu ke waktu dan tempat. Dari perubahan yang telah berlangsung itu akan tampak peninggalan perbedaan-perbedaannya. Menurut John Gilissen dan Frits Gorle’ dalam Sejarah Hukum Suatu Pengantar (Historische Inleiding tot het Recht), bahwa hukum tidak hanya dapat berubah (berbeda) dalam ruang (hukum Belgia, Hukum Belanda, Hukum Amerika dsb) melainkan juga dalam waktu. Ini berlaku baik untuk sumber-sumber hukum formal, yakni bentuk-bentuk penampilan dari kaidah-kaidah hukum, maupun isi dari kaidah-kaidah hukum tersebut. Menurut Van Apeldoorn, bahwa hukum masa kini dan hukum pada masa lampau merupakan satu kesatuan dan berhubungan erat, sambung menyambung atau tak terputus-putus. Oleh karena itu kita hanya dapat mengerti hukum pada masa kini dengan mempelajari sejarah. Mempelajari hukum secara ilmu pengetahuan harus bersifat juga mempelajari sejarah. Sedangkan menurut Kusumadi Pudjosewojo, bahwa hukum yang berlaku sekarang memang berbeda dengan hukum pada masa yang silam dan tidak sama dengan hukum pada masa yang akan datang. Tetapi dalam tata hukum sekarang terkandung unsur-unsur dari tata hukum yang silam, dan dalam tata hukum sekarang terbentuk tunas-tunas tentang tata hukum pada masa akan datang. Satjipto Raharjo mengatakan bahwa salah satu menfaat mempelajari sejarah hukum adalah pengetahuan kita mengenai suatu sistem atau lembaga atau pengaturan hukum tertentu menjadi lebih mendalam dan diperkaya. Sehingga degan demikian dapat memperkecil kekeliruan- kekeliruan, baik dalam pemahaman, maupun penerapan suatu lembaga atau ketentuan hukum tertentu. Arti penting lain dari sejarah hukum, adalah tidak saja hanya sebatas sebagai suatu ilmu pengatahuan (disiplin ilmu) tetapi juga sebagai suatu metode penelitian penting yang sering digunakan oleh pakar hukum dalam proses penemuan hukum. Bagi yang studi ilmu hukum (mahasiswa), pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah hukum akan lebih mempeluas cakrawala pengetahuan ilmu hukumnya. Sehingga membantu melihat persoalan-persoalan hukum secara jernih. C. Historitas Sejarah Hukum Ketika mengkaji tentang kesejarahan hukum ini, maka kita tidak dapat terhindar dari persoalan kontradiktif pemikiran dua sudut pandang yakni idealistis-spiritualistis dengan materialistis-sosiologis. Pemikiran idealistis-spiritualistis, memandang bahwa hukum itu adalah perwujudan dari suatu ide atau gagasan. Karena hukum itu hanya merupakan suatu gagasan, maka cenderung bermuara pada suatu pandangan hukum yang lebih statis daripada dinamis. Disini, bentuk-bentuk perwujudan dari suatu gagasan yang meskipun timbul secara berturut-turut dari satu sesudah yang lain, tidak dilihat sebagai sebuah kronologis yang linier. Akan tetapi hanya dilihat atau diartikan hanya sebagai suatu perimbangan antar gagasan saja. Dengan begitu, sangatlah jelas bahwa dalam aliran idealistis-spiritualis perihal sejarah hukum tidaklah dipandang sebagai sesuatu yang penting, bahkan nyaris dianggap tidak memiliki eksistensi. Kondisi demikian berlangsung sampai abad ke XIX pada masa Cicero, Aristoteles, Plato dan lain-lain. Sangat beberda dengan Materialistis-Sosiologis yang menganggap bahwa hukum itu tidak bersumber atau muncul dari suatu ide atau gagasan, melainkan diakui sebagai produk kenyataan kemasyarakatan atau sebagai realitas sosial. Dalam pandangan aliran ini, hukum diapandang sebagai suatu yang dinamis sehingga dalam memahami hukum yang berlaku dalam masyarakat, pendekatan dan penelusuran secara historis (kesejarahan) tidak dapat dikesampingkan. Pada aliran Materialistis-Sosiologis, sejarah hukum berkembang, sehingga sudah merupakan suatu ilmu pengetahuan yang terus menerus dikaji. TERIMAKASIH