RESPIROLOGI
TB, PNEUMONIA, ASMA
lymphadenitis
lymphangitis
primary focus
Ghon focus
Konsep sakit dan infeksi pada TB
Kontak dengan
penderita TB
Komplex Primer
Sebagian besar
sembuh sendiri TB Tulang
(3-24 bulan) Erosi Bronkus
(3-9 bulan) (dalam 3 tahun)
1. Konfirmasi bakteriologis TB
2. Gejala klinis yang khas TB
3. Adanya bukti infeksi TB (hasil uji tuberkulin
positif atau kontak erat dengan pasien TB)
4. Gambaran foto toraks sugestif TB.
Pendekatan diagnosis TB anak
1. Anamnesis yang teliti
a. gejala TB
b. riwayat kontak dg pasien TB paru dewasa
atau TB paru BTA positif
2. Pemeriksaan fisik
- status gizi
- tanda TB ekstra paru
3. Uji tuberkulin
4. Foto Rontgen dada
5. Konfirmasi bakteriologi jika memungkinkan
6. Pemeriksaan penunjang terkait TB ekstra paru
7. Tes HIV
Anamnesis
a. Gejala TB
• Batuk > 2 minggu, non-remitting, tidak membaik
dengan antibiotika atau anti asma (sesuai
indikasi), sebab lain sudah disingkirkan
• Demam > 2 minggu, tidak membaik dengan
antibiotika atau anti malaria (sesuai indikasi)
• Berat badan tidak naik atau turun dalam 2 bulan
terakhir, yang tidak membaik dengan asupan
nutrisi yang optimal
• Lesu dan tidak aktif
GEJALA TB PADA ANAK
Beri OAT
2 bulan terapi, evaluasi
Pemeriksaan mikroskopis/
tes cepat molekuler (TCM) TB
Terapi OAT
ALUR
DIAGNOSIS
TB ANAK
2016 Ada akses foto
Tidak ada akses foto
rontgen toraks
rontgen toraks dan uji
(II) dan/atau uji
tuberkulin
tuberkulin*)
Observasi gejala
selama 2 minggu
Menetap Menghilang
TB anak klinis
Bukan TB
Terapi OAT
ALUR
DIAGNOSIS
TB ANAK
2016 Ada akses foto rontgen Tidak ada akses foto
toraks dan/atau uji rontgen toraks dan uji
(III) tuberkulin tuberkulin
Skoring sistem
TB anak klinis
Menetap Menghilang
Terapi OAT
Bukan TB
BEBERAPA JENIS TB ANAK YANG BOLEH LANGSUNG
DIDIAGNOSIS DAN DIBERI OAT:
• Skrofuloderma
• TB Milier
• Gambaran Kavitas pada foto toraks
• Suspek meningitis TB (klinis), tetapi belum
memungkinkan lumbal punksi
UPAYA PENINGKATAN TEMUAN KASUS
TB ANAK
• Penegakan diagnosis di fasyankes
• Investigasi Kontak
• Integrasi program
– TB – HIV : semua pasien HIV diperiksa TB
– TB – KIA : MTBS
– TB – GIZI
Skor = 6
Pemeriksaan penunjang pada TB anak
• Pemeriksaan bakteriologis
– BTA sputum
– Kultur
– Tes cepat molekular (TCM)
• Uji tuberkulin (PPD Test/Mantoux Test)
• Foto toraks
BTA dan kultur sputum
• Ganti jarum
Prosedur Uji Tuberkulin
(cara Mantoux)
• Bersihkan kulit
permukaan lengan
bawah kiri bagian dalam
(volar/fleksor) dengan
alkohol, + 5-10 cm dari
lipatan siku, biarkan
hingga kering.
Prosedur Uji Tuberkulin
(cara Mantoux)
• Suntikkan secara
intradermal, lubang
jarum mengarah ke
atas (bevel terlihat oleh
mata kita).
• Sudut jarum 10-15°
terhadap permukaan
lengan (hampir datar)
Prosedur Uji Tuberkulin
(cara Mantoux)
• Jika penyuntikan
dilakukan dengan
benar, akan timbul
gelembung putih
pucat (wheal) yang
padat/keras,
berdiameter 6-10 mm.
METODE PEMBACAAN
METODE SOKAL
• Gunakan ballpoint untuk
menyusuri indurasi, mulai dari
luar indurasi sampai
menemukan tepinya
• Beri tanda pada tepi tsb
• Lakukan juga dari tepi kontra
lateralnya, sehingga didapatkan
kedua tepi indurasi transversal
kemudian diukur dalam
milimeter
Interpretasi
POSITIF:
jika diameter indurasi > 10mm
Anak imunokompromais: diameter indurasi > 5 mm
49
TUBERKULOSIS PARU
Gambaran foto toraks yang menyokong diagnosis
TB Anak sangat bervariasi dapat berupa:
50
Konsolidasi Pneumoni Lobaris
51
Limfadenopati Hilus
52
Efusi pleura
53
Atelektasis Lobus Medius
54
Gambaran Milier
55
Kavitas
56
Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan LED dan jumlah limfosit
– Tidak digunakan untuk menegakkan diagnosis TB pada
anak
– Tidak digunakan untuk evaluasi terapi
tetapi
PRINSIP
1. OAT diberikan dalam paduan obat, tidak
boleh monoterapi.
2. Pengobatan setiap hari.
3. Pemberian gizi adekuat.
4. Mencari dan menatalaksana penyakit
penyerta
DOSIS & EFEK SAMPING OBAT
Dosis harian Dosis
Nama Obat (mg/kgBB/ maksimal Efek samping
hari)
(mg /hari)
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan atau kapan saja
Gagal apabila selama dalam pengobatan diperoleh hasil laboratorium yang
menunjukkan adanya resistensi OAT
Meninggal Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum memulai atau
sedang dalam pengobatan.
Putus berobat Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang pengobatannya
(loss to follow-up) terputus selama 2 bulan terus menerus atau lebih.
Tidak dievaluasi Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya. Termasuk dalam
kriteria ini adalah ”pasien pindah (transfer out)” ke kabupaten/kota lain
dimana hasil akhir pengobatannya tidak diketahui oleh kabupaten/kota
yang ditinggalkan.
Tatalaksana pasien yang berobat tidak
teratur
Ketidakpatuhan minum OAT pada pasien TB merupakan
penyebab kegagalan terapi.
Jika:
– anak tidak minum obat >2 minggu di fase intensif
atau > 2 bulan di fase lanjutan DAN menunjukkan
gejala TB beri pengobatan kembali mulai dari awal.
– anak tidak minum obat <2 minggu di fase intensif
atau <2 bulan di fase lanjutan DAN menunjukkan
gejala TB lanjutkan sisa pengobatan sampai selesai.
Pada pasien dengan pengobatan yang tidak teratur, risiko
terjadinya TB resistan obat akan meningkat.
Pengobatan ulang TB pada anak
• Anak yang pernah mendapat pengobatan TB, apabila datang
kembali dengan gejala TB, perlu dievaluasi apakah anak
tersebut menderita TB.
Bila TB berat dan terjadi ADIH maka OAT yang boleh diberikan
hanya Streptomisin dan Etambutol sampai fungsi hati kembali
normal.
Selanjutnya pasien yang pernah ADIH tidak boleh diberikan PZA,
hanya boleh INH dan Rifampisin dengan cara re-introduksi yaitu
dimulai dengan Rif 1/3, 2/3, dosis penuh masing2 bertahap 2
hari dilanjutkan INH dengan cara bertahap pula.
Investigasi Kontak dan
Pencegahan
Definisi investigasi kontak
MTBS
(Manajemen Terpadu Balita Sakit)
=
IMCI
(Integrated Management of Childhood
Illness)
PENDEKATAN MTBS
Gejala Klasifikasi
Ada tanda bahaya umum, ATAU Pneumonia sangat berat
Tarikan dinding dada ke dalam, atau
ATAU Pneumonia berat
Stridor
Napas cepat Pneumonia
Tidak ada tanda-tanda Batuk bukan pneumonia
pneumonia atau penyakit
sangat berat
TANYAKAN:
• Apakah anak bisa minum atau menyusui?
• Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
• Apakah anak menderita kejang?
LIHAT:
• Apakah anak tampak letargis atau tidak sadar?
1. Bukan pneumonia
Napas cepat:
Usia < 2 bl : 60 x/mnt
Usia 2 – 12 bl : 50 x/mnt
Usia 1 – 5 th : 40 x/mnt
Auskultasi:
Crackle(+), suara napas ,
suara napas bronkial
3. Pneumonia berat :
Batuk/sesak napas disertai salah satu di
bawah ini:
• Retraksi dinding dada.
• NCH.
• Grunting (merintih).
4. Pneumonia sangat berat :
Batuk/sesak napas disertai salah satu di bawah ini:
• Sianosis sentral.
• Tdk bisa minum.
• Muntah.
• Kejang.
• Letargi.
• Kesad. me.
• Anggukkan kepala.
TERAPI PNEUMONIA BERAT
ANTIBIOTIK (NON HIV )
Status hidrasi :
- Atasi dehidrasi atau jika perlu
Jika didapatkan mengi
koreksi suhu
dapat diberikan
- Asupan ASI/oral jika
bronkodilator
memungkinkan
- Jika tidak bisa oral berikan / NGT
KOMPLIKASI
• ANTIBIOTIK :
- Berikan dosis pertama di fasyankes
- Oral :
a. High HIV infection rate: amoksisilin 40 mg/kg
per kali; 2x/hari (5hari)
b. Low HIV infection rate: amoksisilin 40 mg/kg
per kali; 2x/hari (3hari)
• IMUNISASI
BCG
DPT- HIB
Pneumococcal (PCV)
Campak
MMR/MR
Influenza
PENCEGAHAN
• Pemberian ASI
eksklusif
• Atasi komorbiditas
ASMA PADA ANAK
Definisi asma
Asma adalah
penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi kronik
yang mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran
respiratori dengan derajat bervariasi
Gejala asma
Cenderung
Kronik &/
Reversibel memberat pada Ada pencetus
berulang
malam/ dini hari
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan penunjang
• Faktor pencetus
– Iritan: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk,
suhu dingin, udara kering, makanan minuman dingin,
penyedap rasa, pengawet makanan, pewarna makanan
– Alergen: debu, tungau debu rumah, rontokan hewan, serbuk
sari
– Infeksi respiratori akut karena virus
– Aktivitas fisis: berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa
berlebihan
The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Alur diagnosis asma
• Outline :
Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Diagnosis banding
Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Klasifikasi
Berdasarkan umur
• Asma bayi-baduta (bawah dua tahun)
• Asma balita
• Asma usia sekolah (5-11 tahun)
• Asma remaja (12-17 tahun)
Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
Klasifikasi
Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala
• Asma intermiten
• Asma persisten ringan
• Asma persisten sedang
• Asma persisten berat
Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.Hamasaki Y,
Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-56.
Klasifikasi
Mengurangi hipoksemia
• Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata Kriteria asma derajat berat
• Lebih senang duduk • Duduk bertopang lengan terpenuhi ditambah
daripada berbaring • Gelisah dengan:
• Tidak gelisah • Frekuensi napas meningkat • Mengantuk
• Frekuensi napas • Frekuensi nadi meningkat • Letargi
meningkat • Retraksi jelas • Suara napas tak terdengar
• Frekuensi nadi meningkat • SpO2 (udara kamar) < 90%
• Retraksi minimal • PEF < 50% prediksi atau
• SpO2 (udara kamar): terbaik
90-95%
• PEF > 50% prediksi atau
terbaik
Pasien risiko tinggi
Pasien dengan riwayat:
• Serangan asma yang • Kunjungan ke UGD atau
mengancam nyawa dirawat di RS karena asma
• Intubasi karena serangan dalam setahun terakhir
asma • Tidak teratur berobat
• Pneumotoraks &/ sesuai rencana terapi
pneumomediastinum • Berkurangnya persepsi
• Serangan asma berlangsung tentang sesak napas
dalam waktu yang lama
• Penyakit psikiatrik atau
• Penggunaan steroid
masalah psikososial
sistemik (saat ini atau baru
berhenti) • Alergi makanan dengan
gejala yang berat
Tahapan tata laksana serangan asma
Di
rumah
Di ruang
rawat
Di UGD
Tata laksana serangan asma di rumah
126