Anda di halaman 1dari 11

PELATIHAN DALAM PENDIDIKAN LUAR

SEKOLAH

DOSEN PENGAMPUH CITRA DWI PALENTI, M.PD.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


1. JULITA WULANDARI (A1J021017)
2. SEFTIKA PUTRI (A1J021013)
3. ATIN TRI WAHYUNI (A1J021007)
4. JULIA NATASA BILLA (A1J021003)
A. Konsep Dasar
1.Pendidikan Luar Sekolah
• Landasan Filosofis Pendidikan Luar SekolahPendidikan luar sekolah (PLS) memiliki
landasan filosofis. Landasan filosofis pendidikan luar sekolah merupakan dasar
tempat berpijak, mengkaji, dan menelaah kegiatan pendidikan luar sekolah. Kata
filosofis berarti cenderung ke arah filsafat. Kemudian filsafat sendiri dapat
diartikan sebagai suatu metode berpikir atau cara memandang sesuatu secara
komprehensif. Sebagai suatu metode, filsafat pendidikan luar sekolah merupakan
cara berpikir menganalisis dan mengutak-atik pendidikan luar sekolah secara
mendalam sehingga kehadiran pendidikan luar sekolah pada dunia pendidikan
khususnya dan kehidupan manusia pada umumnya dapat
dipertanggungjawabkan.
Sebagai suatu metoda, filsafat penting dalam menganalisis
pendidikan luar sekolah karena:
• PLS dalam konteks pengembangan • Mengembangkan satu bentuk program
programnya seringkali berhubungan PLS diperlukan adanya idealisme bagi
dengan pemecahan masalah yang dialami tercapainya keberhasilan program
manusia, terutama masalah yang tersebut.
berkaitan dengan pengembangan
kemampuan, keterampilan, dan keahlian • Dalam pengembangan program PLS
khusus yang tidak dapat ditemukan dalam penelusuran minat, bakat dan kebutuhan
konteks pendidikan persekolahan. adalah merupakan daya dukung
tersendiri bagi pencapaian tujuan
• Dalam penyelenggaraan program PLS program secara utuh dan dapat
memiliki karakteristik sasaran didik diterapkan dalam kehidupannya
tersendiri, yang secara filosofis (learning to be).
karakteristik tersebut memiliki kesamaan
dan perbedaan dengan sasaran didik
pendidikan persekolahan.
2. Landasan Ilmiah, Pengertian dan Tujuan Pendidikan Luar Sekolah

• Teori pendidikan sebagai bahan acuan kellmuan pendidikan luar sekolah terutama bersumber dari filsafat,
psikologi, sosiologi dan antropologi, serta menjelaskan realitas pendidikan (educational reality) dari
pengalaman pendidikan (educational experience) dan objektivitasnya (objectification) sebagai
phenomenon bene fundamentation, yaitu dasar suatu teori. Jadi ilmu pendidikan luar sekolah tidak dapat
dipahami dari pengalaman individual semata, melainkan harus melalui analisis sistematis anatominya.
Seperti dikemukakan Trisnamansyah (1995:3): “Ilmu pendidikan luar sekolah dapat diartikan sebagai ilmu
yang secara sistemik mempelajari interaksi sosial-budaya antara warga belajar sebagai ojek dengan sumber
belajar dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan, dengan menekankan pada
pembentukan kemandirian, dalam rangka belajar sepanjang hayat.” Konsep keilmuan pendidikan luar
sekolah pada prinsipnya menunjukkan sifat reflektif studi aktivitas kemanusiaan yang terjadi di dalamnya.
Subyeknya, yaitu manusia pengamat dan obyeknya yaitu manusia yang bertindak, oleh karenanya
komponen utama ini tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya. Dengan demikian teori dan realitas
dalam keilmuan pendidikan luar sekolah adalah suatu kesatuan yang satu sama lain saling mencampuri
(interfere). Maka keilmuan pendidian luar sekolah adalah suatu kesatuan disiplin ilmu (multireferential
discipline) yang membangun sistem teori yang bersifat khusus dengan memiliki ciri khas sebagai realita dari
ilmu pendidikan itu sendiri sebagai acuan utamanya bagi pengembangan keilmuan pendidikan luar seolah.
• B. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah Untuk mencapai • C. Ciri – ciri Pendidikan Luar Sekolah Ciri-
tujuannya, pendidikan luar sekolah memiliki beberapa ciri pendidikan luar sekolah dapat dilihat
fungsi, yaitu:1. Mengembangkan nilai-nilai rohaniah
dan jasmaniah warga belajar atas dasar potensi yang dari karakteristik tujuan, waktu
dimiliki.2. Mengembangkan cipta, rasa, dan karsa penyelenggaraan, program, proses belajar
warga belajar agar lebih kreatif, mampu memahami dan pembelajaran, dan pengendalian
lingkungannya, dan mempunyai kemampuan untuk program. Dari segi tujuan, pendidikan luar
mengaktualisasikan diri.3. Membantu warga belajar sekolah memiliki karakteristik:1. Untuk
membentuk dan menafsirkan pengalaman mereka
serta mengembangkan kerjasama dan partisipasi memenuhi kebutuhan belajar tertentu yang
aktif dalam memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan fungsional bagi kehidupan kini dan masa
masyarakatnya.4. Mengembangkan cara berpikir dan depan.2 Untuk langsung menerapkan hasil
bertindak kritis terhadap dan di dalam lingkungannya belajar dalam kehidupan di lingkungan
serta untuk memiliki kemampuan menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.5. Mengembangkan sikap
pekerjaan atau dalam masyarakat.3.
dan moral tanggung jawab sosial, pelestarian nilai- Memberikan ganjaran berupa keterampilan,
nilai budaya, serta keterlibatan diri dalam perubahan barang atau jasa yang diproduksi, dan
masyarakat. pendapatan.
• Dari segi proses belajar dan • Dari segi pengendalian program, karakteristik
pembelajaran, pendidikan luar pendidikan luar sekolah adalah:
sekolah memiliki ciri-ciri: 1. Dilakukan oleh pelaksana program dan
peserta didik.
1. Dipusatkan di lingkungan
masyarakat dan lembaga. Kegiatan 2. Menggunakan pendekatan yang lebih
belajar dan pembelajaran di berbagai bersifat demo
lingkungan (masyarakat, tempat • Dari segi waktu, pendidikan luar sekolah
bekerja), atau di satuan pendidikan luar memiliki ciri-ciri:
sekolah lainnya 1. Relatif singkat dan bergantung pada
2. Berkaitan dengan kehidupan peserta kebutuhan belajar peserta didik.
didik dan masyarakat. Pada saat 2. Menggunakan waktu tidak penuh dan tidak
mengikuti program pendidikan, peserta secara terus menerus.
didik berada dalam dunia kehidupan 3. Waktu biasanya ditetapkan dengan berbagai
dan pekerjaannya. Lingkungan cara sesuai dengan kesempatan peserta didik,
dihubungkan secara fungsional dengan serta memugkinkan untuk melakukan kegiatan
kegiatan belajar belajar sambil bekerja dan berusaha.
D. Model – model Pelatihan dalam Pendidikan Luar
Sekolah
• Model-model pelatihan dalam pendidikan luar sekolah sebenarnya cukup
beragam. Beberapa di antaranya yang penting adalah :
1.Model magang atau pemagangan (apprenticeship training/learning by doing).
2. Model Internship (internship training)
3. Model pelatihan kerja (job training)
4. Model pelatihan keaksaraan (literacy training)
5. Model pelatihan kewirausahaan (enterprenership traning)
6. Model pelatihan manajemen peningkatan mutu (quality management training).
E. Pembelajaran Pelatihan dalam Pendidikan Luar
Sekolah
• 1. Konsep Dasar Pembelajaran dalam Pendidikan 1) Jumlah dan latar belakang warga belajar
Luar SekolahSesungguhnya setiap individu dalam
kehidupannya pasti mengalami belajar sehingga
peserta pelatihan.
mengalami perubahan. Perubahan dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak
2) Materi yang akan disampaikan atau
suka menjadi suka, dan berbagai perubahan lainnya. perubahan-perubahan yang diharapkan.
Perubahan-perubahan tersebut bila dilakukan secara
maka ia merupakan hasil dari proses belajar. 3) Waktu yang tersedia untuk pelatihan.
• 2. Beberapa Metode Pembelajaran Pelatihan 4) Fasilitas fisik yang tersedia
Kegiatan belajar dan pembelajaran berperanan
penting dalam setiap pelatihan karena ia merupakan 5) Metode-metode pembelajaran
kegiatan inti dari proses pelatihan. Pembelajaran
dapat diberikan kepada kelompok ataupun Individu- terdahulu dan yang selanjutnya.
Individu, dan mereka melakukan proses belajar.
Kecermatan dan efektivitas metode pembelajaran 6) Kemampuan-kemampuan dan
khusus dalam pelatihan ditentukan oleh: keinginan-keinginan para tutor atau
pelatih.
F. Evaluasi Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah
• a. Pengertian dan Tujuan Evaluasi Evaluasi sering disalahartikan dan dianggap sebagai kegiatan untuk
mencari kesalahan atau kelemahan seseorang atau kelompok orang yang melaksanakan program.
Evaluasi juga sering diberi pengertian beragam sesual latar belakang orang yang memberi pengertian
terhadap penilalan atau sesual dengan sasaran yang dinilal. Beberapa pakar psikologi dan pakar
pendidikan menge- mukakan bahwa istilah evaluasi memiliki arti yang lebih luas. Evaluasi bukan sebatas
keglatan untuk mentes tingkat kecakapan seseorang atau kelompok, sebab keglatan demikian dikenal
dengan istilah tes kecakapan (achievement test). Evaluasi bukan untuk menetapkan balk atau buruknya
suatu program, karena kegiatan tersebut termasuk keputusan (Judgement). Demikian pula evaluasi
bukanlah untuk mengukur karakteristik komponen-komponen program sebab kegiatan itu lebih tepat
apabila disebut pengukuran (measurement). Singkatnya, evaluasi bukan kegiatna untuk mencari
kesalahan, mentes, mengukur dan memutuskan sesuai yang berkaitan dengan program.
• Secara lebih rinci kegiatan evaluasi program bertujuan sebagai berikut:
a. Memberikan masukan untuk perencanaan program
b. Memberika masuka untuk keputusan tentang kelanjutan,perluasan dan penghentian programb.
Memberi masukan tentang memodifikasi program
c. Memperoleh masukan tentang faktor pendukung dari penghanbat pelaksanaan program
d. Memberi masukan untuk memahami landasan keilmua bagi evaluasi
b. Peran evaluasi dalam Pelatihan Evaluasi pada umumnya berkaitan dengan upaya pengum- pulan, pengolahan, dan
penyajian data dan Informasi sebagal masukan untuk pengambilan keputusan (decision making). Kegiatan evaluasi bagi sebuah
program berfungsi sebagai pengarah kegiatan dan sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas dari program
tersebut. Dengan demikian, evaluasi merupakan salah satu fungsi penting dalam manajemen, yang dilakukan untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai, dan/ atau dampak apa yang terjadi setelah program
diselenggarakan. Menurut Sudjana (2004:247). Evaluasi mempunyai kaitan erat dengan fungsi organik lainnya dalam
manajemen pendidikan, yaitu dengan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, dan pemngembangan.

c. Aspek-aspek yang Dievaluasi Berkaitan dengan aspek-aspek program yang dinilai, Zaenudin Arief (1987) mengklasifikasikan
aspek-aspek tersebut ke dalam aspek-aspek pendidikan luar sekolah yang menyangkut 10 (sepuluh) patokan pendidikan
masyarakat. Penilaian sistem pendidikan luar sekolah menyangkut pula komponen-komponen masukan mentah, masukan
sarana/ alat, masukan lingkungan, proses, keluaran, masukan lain dan pengaruh. Masukan mentah adalah peserta didik dengan
karakteristik internal dan eksternal. Karakter internal adalah atribut fisik, psikis dan fungsional peserta didik.Masukan sarana,
mencakup tujuan program, kurikulum, pendidik (sumber belajar),, fasilitas dan alat-alat pendidikan, organisasi penyelenggara,
penge- lolaan dan pembiayaan.

d. Teknik-teknik Evaluasi Mengetahui keberhasilan pelatihan dapat dilakukan dengan evaluasi, yaitu dengan mengetahui
reaksi peserta, hasil pelatihan, dan dampak pelatihan. Reaksi peserta dapat diketahui dari pendapat, persepsi, perasaan,
laporan-laporan dan kesan-kesan peserta setelah mengikuti pelatihan. Instrumen untuk mengetahui reaksi peserta dapat
berupa wawancara, kesan dan pesan peserta dan analisis laporan.
KESIMPULAN
Pendidikan formal adalah pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan non formal adalah pendidikan di
luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Pendidikan informal yaitu pendidikan mandiri yang diterima atas
kemauan dan kesadaran diri sendiri olehpeserta didik.
Secara umum karakteristik pendidikan luar sekolah adalah tidak adanya
kebakuan sistemsebagaimana pendidikan persekolahan. Menurut Mustofa
Kamil, karakteristik pendidikan luar sekolah meliputi aspek tujuan, waktu
penyelenggaraan, program, proses belajar dan pembelajaran, dan
pengendalian program.

Anda mungkin juga menyukai