Anda di halaman 1dari 51

PEDOMAN TATALAKSANA IMS

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2011 ( DIADAPTASI DARI BUKU
REKOMENDASI WHO 2007 )

MERAUKE, JULI 2020


BAB 1.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

• Lebih dari 30 jenis pathogen dapat ditularkan melalui hubungan seksual,


dengan manifestasi klinis / gejala yang bervariasi, menurut jenis kelamin dan
umur
• IMS terutama ditularkan melalui HUBUNGAN SEKSUAL, namun penularan
bisa juga melalui :
1. dari ibu kepada janin dalam kandungan / saat melahirkan
2. melalui produk darah / jaringan yang tercemar / alat kesehatan
LATAR BELAKANG

• Beban penyakit IMS semakin meningkat sehubungan dgn :


1. belum ada obat untuk membunuh virus
2. belum ada vaksin
3. peningkatan perilaku seksual berisiko
4. perkembangan perekonomian / perindustrian
5. perkembangan pariwisata
LATAR BELAKANG
• IMS menempati peringkat 10 besar alasan berobat pada banyak Negara
berkembang serta biaya yang cukup besar apalagi bila disertai komplikasi /
sequel. Misalnya
- skrining dan pengobatan kanker serviks
- pemeriksaan infertilitas
- pelayanan morbiditas perinatal
- nyeri panggul kronis pada wanita
Belum lagi masalah :
- beban sosial
- konflik dengan pasangan
- dapat mengakibatkan kekerasan dalam rumah tangga  perceraian
LATAR BELAKANG

• Dalam 20 tahun terakhir, pengetahuan tentang transmisi


IMS telah berkembang, sebagai dampak Pandemi HIV dan
peningkatan upaya untuk mengendalikan penyakit infeksi
lainnya
LATAR BELAKANG

Millinium Development Goals


Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
o Target 6. menurunkan angka kematian ibu sebesar ¾ dalam
kurun waktu 1990 – 2015

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit


menular lainnya
oTarget 7. Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai
menurunnya jumlah kasus baru pada 2015
LATAR BELAKANG

kelompok
inti
PROGRAM PENCEGAHAN &
PENGENDALIAN PENYAKIT

1.Mengurangi morbiditas dan mortalitas berkaitan


dengan IMS
2.Mencegah infeksi HIV
3.Mencegah komplikasi serius pada kaum perempuan
4.Mencegah efek kehamilan yang buruk
PROGRAM PENCEGAHAN &
PENGENDALIAN PENYAKIT
1. Mengurangi morbiditas dan mortalitas berkaitan
dengan IMS
• IMS menimbulkan beban morbiditas dan mortalitas
• Secara langsung yang berdampak pada kualitas hidup, kesehatan
reproduksi dan anak-anak
• Secara tidak langsung  mempermudah transmisi seksual
infeksi HIV dan dampaknya terhadap perekonomian per
orangan / Nasional
PROGRAM PENCEGAHAN &
PENGENDALIAN PENYAKIT

1. Mengurangi morbiditas dan mortalitas berkaitan


dengan IMS
• Gejala yang timbul bisa ringan s/d berat
• Syphilis, pada stad awal tidak ada keluhan  dikemudian hari
timbul gejala neurologis, kardiovaskuler, gangguan tulang
• Chancroid  ulkus yang nyeri  destruksi jaringan
• Herpes genitalis  rasa nyeri dan rekurens
PROGRAM PENCEGAHAN &
PENGENDALIAN PENYAKIT

2. Mencegah infeksi HIV


• Mencegah dan mengobati IMS dapat mengurangi risiko penularan
HIV melalui hubungan seksual, terutama pada penjaja seks &
pelanggannya
• IMS dgn inflamasi / ulserasi akan meningkatkan risiko infeksi HIV
• Ulkus genitalis akan meningkatkan risiko tertular HIV
( 50 – 300 kali )
• Program pencegahan HIV akan mempercepat pencapaian Millenium
Development Goal (MDG) tujuan ke 5 dan 6
PROGRAM PENCEGAHAN &
PENGENDALIAN PENYAKIT

3. Mencegah komplikasi serius pada kaum perempuan


• IMS yang tidak diobati dapat menimbulkan komplikasi
• Kemandulan, kerusakan tuba falopii, komplikasi yang dapat dicegah
• Chlamydia yang tidak diobati akan mengalami akan mengalami
Penyakit Radang Panggul / PRP (10-40%)  mengalami kehamilan
ektopik ( 6-10x)
• Infeksi Human Papilloma Virus / HPV  kanker serviks ( kanker yang
paling banyak pada perempuan )
PROGRAM PENCEGAHAN &
PENGENDALIAN PENYAKIT

4. Mencegah efek kehamilan yang buruk


• IMS yang tidak diobati sering dihubungkan dengan infeksi kongenital
atau infeksi perinatal pada neonatus
• Ibu hamil dengan Syphilis dini yang tidak diobati  janin lahir mati
(25%), kematian neonatal (14%)
• Ibu hamil dengan Gonorrhoea yang tidak diobati  opthalmia
neonatal (30%), abortus spontan (35%), kelahiran premature &
kematian neonatal (10%)
DASAR PEMIKIRAN MENETAPAN
PENGOBATAN IMS

• Tatalaksana IMS yang efektif, merupakan dasar Pengendalian


IMS, karena dapat :
- mencegah komplikasi & sekuele
- mengurangi penularan
- mencegah infeksi HIV
- konseling untuk perubahan perilaku seksual dan
pengobatan IMS
PENANGANAN KASUS IMS
• Penanganan kasus IMS yang efektif, tidak hanya pada pengobatan,
tapi harus dilaksanakan secara menyeluruh dan meliputi pelayanan
lengkap terhadap kesehatan reproduksi pasien, tdd :
- anamnesis ttg riwayat infeksi / penyakit
- pemeriksaan fisik & pengambilan specimen utk pemeriksaan
- diagnosis yang tepat
- pengobatan dini dan efektif
- edukasi pasien / konseling ttg perilaku seksual
- menyediakan & anjuran menggunakan kondom
- penanganan pasangan / mitra seksual
- pencatatan & pelaporan kasus
PENANGANAN KASUS IMS

• Penanganan kasus IMS harus dilaksanakan secara


menyeluruh dan meliputi pelayanan terhadap
kesehatan reproduksi pasien, tdd :
- anamnesis
- pemeriksaan klinis & laboratorium
- diagnosis yang tepat
- pengobatan dini dan efektif
- edukasi pasien / konseling
- menyediakan & anjuran menggunakan kondom
- penanganan pasangan
PENANGANAN KASUS IMS
• Penanganan kasus IMS yang terbaik adalah berdasarkan etiologi / penyebab.
• Namun pada bbrp tempat terkendala dg :
- waktu  diperlukan waktu yang lama untuk sampai penegakan
diagnosis
- ketersediaan SDM
- ketersediaan sarana & prasarana ( ruangan, bahan, peralatan )
- pembiayaan
- keterjangkauan pengobatan
- fasilitas uji mutu eksternal yang memadai
PENANGANAN KASUS IMS

• Karena masalah tsb, maka dikembangkan


penatalaksanaan IMS berdasarkan :
PENDEKATAN SYNDROM,
terutama untuk semua faskes dasar
PENANGANAN KASUS IMS

• Penatalaksanaan IMS berdasarkan pendekatan


syndrome dilaksanakan dgn cara
IDENTIFIKASI KELUHAN & GEJALA

PENGOBATAN
PEMILIHAN OBAT IMS

• Resistensi antibiotika terhadap pathogen IMS telah


meningkat diberbagai tempat  rejimen pengobatan
yang harga murah tidak lagi efektif / manjur ( > 95% )
• Rekomendasi untuk menggunakan obat yang lebih efektif, harus
mempertimbangkan biaya & kemungkinan penyalahgunaan 
meningkatkan :
- kegagalan pengobatan
- komplikasi
- kasus IMS yang dirujuk
KRITERIA PEMILIHAN OBAT IMS
• Angka kesembuhan > 95 %
• Harga terjangkau
• Toksisitas & toleransi masih bisa diterima
• Pemberian dalam dosis tunggal
• Cara pemberian per oral
• Tidak merupakan konta indikasi untuk ibu hamil / menyusui
• Obat masuk dalam Daftar Obat Esensial Nasional / DOEN
• Mempertimbangkan tingkat kemampuan pasien
• Mempertimbangkan pengalaman Nakes
BAB 2.
PEMERIKSAAN
PASIEN IMS
2. PEMERIKSAAN PASIEN IMS

• Penangan pasien IMS harus lengkap tdd :


- anamnesis
- pemeriksaan klinis & laboratorium
- diagnosis yang tepat
- pengobatan dini dan efektif
- edukasi pasien / konseling
- menyediakan & anjuran menggunakan kondom
- penanganan pasangan
2.1. ANAMNESA
2.1. ANAMNESA

• Anamnesa bisa dilakukan oleh tenaga medis / para medis, bertujuan


untuk :
- menentukan faktor risiko pasien
- membantu menegakkan diagnosis sebelum dilakukan
pemeriksaan fisik / penunjang
- membantu mengidentifikasi pasangan seksual pasien
2.1. ANAMNESA

• Untuk menggali FAKTOR RISIKO, perlu ditanyakan bbrp hal dibawah


ini :
- jumlah pasangan seksual dalam 1 bulan terakhir ?
- berhubungan seksual dg PS dalam 1 bulan terakhir ?
- mengalami 1 atau lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir ?
- perilaku pasangan seksual ?
2.1. ANAMNESA
• Informasi yang perlu ditanyakan kepada pasien IMS :
1. keluhan utama
2. keluhan tambahan
3. riwayat perjalanan penyakit
4. siapa menjadi pasangan seksual tersangka ( wanita / pria
penjaja seks, teman / kenalan, pacar, suami / istri )
5. kapan kontak seksual terakhir dengan tersangka
6. jenis kelamin pasangan seksual
7. cara Melakukan hubungan seksual ( genito-genital,
oro-genital, ano-genital )
2.1. ANAMNESA
• Informasi yang perlu ditanyakan kepada pasien IMS :
8. penggunaan kondom (tidak pernah, jarang, sering, selalu )
9. riwayat pengobatan sebelumnya ( dokter, nakes lainnya,
sendiri )
10. hubungan keluhan dengan keadaan lainnya, seperti haid,
tumor, pemberian obat, kontrasepsi/AKDR, kehamilan )
11. riwayat IMS sebelumnya
12. haid terakhir
13. nyeri perut bagian bawah ( utk wanita)
14. cara kontrasepsi yang digunakan dan mulai kapan
2.2. PEMERIKSAAN FISIK
2.2. PEMERIKSAAN FISIK
• Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah GENITAL &
SEKITARNYA
• Dilakukan diruang periksa dengan lampu yang terang
• Untuk pasien wanita, perlu dibantu dengan speculum dan lampu sorot
• Sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lainnya
• Bila akan dilakukan tindakan, sebaiknya memberikan penjelasan lebih dahulu
• Gunakan sarung tangan
• Cuci tangan sebelum & sesudah pemeriksaan fisik
• Pasien harus membuka pakaian dalamnya
2.2. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan pasien perempuan


• Pasien diperiksa berbaring pada meja ginekologik, posisi litotomi
• Pemeriksa duduk sambil melakukan inspeksi dan palpasi mons pubis,
labia & perineum
• Periksa daerah genital luar dengan memisahkan kedua labia mayora &
labia minora  perhatikan adakah kemerahan, pembengkakan,
luka/lecet, massa, duh tubuh
2.2. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan pasien laki-laki


• Pemeriksaan pasien laki-laki dapat dilakukan sambil duduk / berdiri
• Perhatikan daerah penis, dari pangkal s/d gland penis, serta daerah
scrotum
• Perhatikan adakah kemerahan, pembengkakan, luka/lecet, massa,
duh tubuh
2.2. PEMERIKSAAN FISIK

• Lakukan inspeksi & palpasi pada daerah genitalia, perineum, anus &
sekitarnya
• Juga periksa daerah inguinal utk mengetahui pembesarnya KGB
• Bila tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus dilakukan pengambilan
specimen utk bahan pemeriksaan lab.
• Pada pasien laki-laki dgn gejala duh tubuh disarankan utk tidak
berkemih selama 1-3 jam sebelum diperiksa
2.3. PENGAMBILAN
SPESIMEN
2.3. PENGAMBILAN SPESIMEN
2.3.a. PASIEN LAKI-LAKI DGN DUH TUBUH URETRA
• Diberi penjelasan lebih dahulu agar pasien tidak merasa takut
• Bisa menggunakan sengkelit atau swab, keduanya harus steril
• Masukkan sengkelit / swab ke dalam orifisium uretra eksterna sampai
kedalaman 1-2 cm, putar swab 180° (utk sengkelit tidak perlu diputar
namun cukup menekan dinding uretra) lalu tarik keluar perlahan
• Oleskan duh tubuh ke atas kaca objek
• Bila tidak tampak duh tubuh uretra, dapat dilakukan pengurutan /
milking oleh pasien
2.3. PENGAMBILAN SPESIMEN
2.3.b. PASIEN PEREMPUAN DGN DUH TUBUH VAGINA :
Hanya pasien perempuan dgn status sdh menikah
 dilakukan pemeriksaan dgn speculum untuk pengambilan
specimen
 Untuk pasien perempuan dgn status belum menikah, tidak
dilakukan pemeriksaan dgn speculum, karena akan merusak
selaput dara. Bahan pemeriksaan diambil dari vagina & uretra
 Untuk pasien perempuan yang belum menikah namun sdh aktif
berhubungan seksual, diperlukan INFORMED CONSENT sebelum
melakukan pemeriksaan dgn speculum. Namun bila pasien menolak
pemeriksaan dg speculum, pasien ditangani dg alur tanpa spekulum
2.3. PENGAMBILAN SPESIMEN

2.3.a. PASIEN PEREMPUAN DGN DUH TUBUH VAGINA :


Tatacara pengambilan specimen :
1. Beri penjelasan lebih dahulu mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan agar pasien tidak merasa takut
2. Periksa dan tekan (lembut) daerah diatas mons pubis,
tanyakan apa ada rasa sakit ?
3. Bersihkan daerah genital dgn kain kassa yang telah dibasahi
larutan NaCl ( lebih baik menggunakan NaCl hangat )
2.3. PENGAMBILAN SPESIMEN
2.3.b. PASIEN PEREMPUAN DGN DUH TUBUH VAGINA :
4. Gunakan speculum, kapas swab atau sengkelit steril
5. Dgn jari tangan, buka introitus untuk memasukkan speculum dalam
keadaan tertutup dgn
posisi tegak / vertical ke dalam vagina. Setelah seluruh speculum
masuk, kemudian putar pelan-pelan sampai speculum dalam
posisi datar / horizontal.
6. Buka speculum. Dgn bantuan lampu sorot, cari serviks.
Kunci speculum pada posisi tsb hingga serviks terfiksasi
2.3. PENGAMBILAN SPESIMEN
2.3.b. PASIEN PEREMPUAN DGN DUH TUBUH
VAGINA :
7. Mulai pemeriksaan serviks, vagina, uretra dan pengambilan specimen
* Dari serviks : bersihkan daerah endeserviks dgn kassa steril,
ambil duh tubuh serviks dg swab/sengkelit  buat sediaan apus.
Ambil specimen dg swab lain  buat sediaan biakan
* Dari forniks posterior : dg swab/sengkelit  buat sediaan basah
dan lakukan tes amin
* Dari dinding vagina : dg swab/sengkelit  buat sediaan apus
* Dari uretra : dg sengkelit  buat sediaan apus
2.3. PENGAMBILAN SPESIMEN

2.3.b. PASIEN PEREMPUAN DGN DUH TUBUH VAGINA


8. Cara melepaskan speculum : kunci speculum dilepas, sehingga
speculum dalam posisi tertutup, putar 90° sehingga speculum
dalam posisi tegak/vertical  keluarkan speculum perlahan – lahan
2.3. PENGAMBILAN SPESIMEN

2.3.c. PASIEN LAKI / PR ULKUS GENITAL :


1. Untuk semua pasien dg ulkus genitas  serologi sifilis dari darah
vena ( RPR = Rapid Plasma Reagin = Syphilis Rapid Tes )
2. Untuk pemeriksaan Treponema pallidum pada ulkus yang dicurigai
karena sifilis :
a. ulkus dibersihkan dg kain kasa yang dibasahi NaCl 0,9%
b. ulkus ditekan di antara ibu jari dan telunjuk sampai keluar
cairan serum
c. serum dioles diatas kaca objek utk pemeriksaan Burry atau
2.4. PEMERIKSAAN LAIN
2.4. PEMERIKSAAN LAIN

PEMERIKSAAN BIMANUAL :
1. Gunakan sarung tangan, bisa digunakan pelumas
2. Masukkan jari tengah dan telunjuk tangan kanan ke dalam vagina
3. Untuk palpasi uterus : letakkan tangan kiri di antara umbilicus dan tulang
simfisis pubis, tekan kearah tangan yang berada di dalam pelvik
4. Raba fundus uteri sambil mendorong serviks ke anterior dengan jari yang
berada di pelvik. Perhatikan ukuran, posisi, konsistensi, mobilitas uterus
dan kemungkinan rasa nyeri saat menggoyangkan serviks
5. Dgn perlahan, geser jari yang berada di dalam vagina menuju forniks
lateral sambil tangan yang berada diatas perut menekan ke arah inferior
2.4. PEMERIKSAAN LAIN

PEMERIKSAAN ANOSKOPI :
INDIKASI :
- Bila terdapat keluhan / gejala pada anus dan rectum
( bila alat anoskopi tersedia )
- Pemeriksaan ini bisa melihat mukosa rectum atau
pengambilan specimen untuk pemeriksaan lab
- ( bila fasilitas tersedia )
2.4. PEMERIKSAAN LAIN

PEMERIKSAAN ANOSKOPI :
KONTRA INDIKASI :
- Kontraindikasi absolut : bila ada anus imperforata
- Mengeluh nyeri hebat pada anus  pasien ditenangkan
POSISI PASIEN
- Pasien berbaring dalam posisi Sim / miring dgn lutut di
tekuk serta pinggul ditekuk 45°
- Posisi pasien disebelah kiri pemeriksa

Anda mungkin juga menyukai