Anda di halaman 1dari 44

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN PTM JAWA TIMUR

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR


2021
10 Penyebab DALYs tertinggi di Provinsi Jawa Timur tahun 10 Faktor Risiko Kematian kontributor DALYs terbanyak di
2017 dan perubahannya 2007 - 2017 Provinsi Jawa Timur tahun 2017 dan perubahannya 2007-
2017

Sumber : IHME, 2020


THE MISSING MEN

4
PTM SEBAGAI KOMORBID COVID 19

Kerusakan pada organ tubuh karena


PTM sehingga rawan terinfeksi
Peningkatan receptor ACE 2 pada hipertensi dan
diabetes

Pada penyakit Kardiovaskular menimbulkan


komplikasi berat antara lain gagal jantung akut dan
henti jantung.
kemoterapi dan radioterapi dapat menyebabkan
gangguan fungsi sumsum tulang yang berdampak
terhadap penurunan sistim imunitas tubuh
KOMORBID PADA PASIEN KONFIRMASI COVID-19
di JAWA TIMUR

NO COMORBID JUMLAH DATA TERISI PROSENTASE

1 DIABETES 374 3411 11.0%


• Komorbid yang banyak
2 HIPERTENSI 353 3403 10.4%
3 JANTUNG 209 3404 6.1%
ditemukan antara lain :
4 HAMIL 42 1624 2.6% • Diabetes
5 KEGANASAN 53 3405 1.6% • Hipertensi
6 PPOK 45 3403 1.3% • Jantung
7 TBC 44 3358 1.3%
• Hamil
8 GINJAL 40 3401 1.2%
9 ASMA 27 3358 0.8%
• Keganasan
10 HATI 27 3399 0.8%
Sumber data : Dinas Kesehatan
11 GANGGUAN IMUNOLOGI 14 3399 0.4% Provinsi Jawa Timur 11/07/2020
KOMORBID PADA KASUS KONFIRMASI COVID-19
MENINGGAL di JAWA TIMUR

NO KOMORBID JUMLAH DATA TERISI PROSENTASE

1 DIABETES 88 319 27.6% Komorbid pada kasus


2 HIPERTENSI 73 318 23.0% kematian :
3 JANTUNG 60 316 19.0% • Diabetes
4 PPOK 16 316 5.1% • Hipertensi
5 11/0GINJAL 12 315 3.8%
7
/
2020 • Jantung
6 KEGANASAN 12 317 3.8%
• PPOK
7 HAMIL 4 136 2.9%
• Ginjal
8 HATI 7 315 2.2%
9 ASMA 7 312 2.2%
10 TBC 4 311 1.3%
GANGGUAN IMUNOLOGI
11 3 314 1.0% Sumber data : Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur 11/07/2020
Risiko Kematian Kasus Covid-
19
Point 95% Confidence • Crosstabulation
No Comorbid Estimate Interval menggunakan Epiinfo 7
Lower Upper • Risiko kematian pasien Covid-
19 dengan komorbid tertinggi
1GINJAL 3.7 2.4 5.6 pada penderita :
a. Ginjal sebesar 3.7 kali
2DIABETES 3.4 2.8 4.2
b. Diabetes sebesar 3.4
3PPOK 3.2 2.2 4.7 kali
4JANTUNG 3.1 2.5 3.9 c. PPOK sebesar 3.2 kali
d. Jantung sebesar 3.1 kali
5Golongan Umur ≥ 60 th 2.9 2.6 3.2
e. Usia lebih 60 tahun
sebesar 2.9 kali
6ASMA 2.8 1.6 4.9
7HIPERTENSI 2.7 2.2 3.4
8HATI 2.6 1.4 4.9
KEBIJAKAN
(PERMENKES 71 /2015 tentang PENANGGULANGAN PTM)

PROMOSI DETEKSI PERLINDUNGAN PENANGANAN


DINI KHUSUS KASUS
KESEHATA
N
 KIE, Identifikasi sejak awal  Vaksinasi Pengobatan di
 Penyuluhan dll kemungkinan HPV fasyankes sesuai
adanya faktor risiko  Kebijakan standar
Pengendalian
Tembakau
 Kebijakan
Pengendalian
GGL
KEBIJAKAN OPERASIONAL P2PTM
UU No. 23 tahun 2014 tentang
PEMERINTAHAN DAERAH

KEMENKES DINKES PROVINSI DINKES FASYANKE UKBM


(RS, PUSKESMAS,
S KLINIK, DPM)
KAB/KOTA

REGULASI KEBIJAKAN DAERAH KEBIJAKAN DAERAH PELAKSANA PERAN


TARGET CAKUPAN NASIONAL ADVOKASI ADVOKASI YANKES SERTA
ADVOKASI TARGET CAKUPAN TARGET CAKUPAN MASYARAKAT
BIMTEK MONEV WILAYAH BIMTEK WILAYAH BIMTEK BIMTEK SKRINING
ALOKASI DAK, DEKON MONEV MONEV PEMANFAATAN
FASILITASI DANA DAK MONEV
DEKON
STRATEG
I

PENGUATA
PENGUATA N
N PIS - SPM
PENGUATAN
PK
POSBINDU & Step 4
GENCARKAN PEMBERDAYAAN
KIE MASYARAKAT Step 3

Step 2

Step 1
KEBIJAKAN dan STRATEGI PENCEGAHAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK
MENULAR DI JAWA TIMUR

UU 36/2009 ttg
Kesehatan 1.Peningkatan upaya promotif dan preventif
2.Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat
3.Peningkatan peran multidisiplin dan lintas sektoral: kemitraan & jejaring
RPJMN 2015-2019 kerja
4.Penguatan peran pemerintah /pemerintah daerah : kearifan
lokal/karakteristik
RENSTRA KEMENKES 5.Pendekatan berjenjang dari masyarakat - ke pelayanan kesehatan tersier
2015-2019 dengan rujuk balik : pendekatan siklus kehidupan
6.Dukungan ketersediaan infrastruktur dengan kendali mutu pelayanan
kesehatan dan tenaga kesehatan yang profesional pada setiap tatanan.
PERDA PROV. JATIM NO
1/2016 TTG SISTEM
KESEHATAN PROVINSI

PERDA PROV. JATIM NO


2/2016 TTG
UPAYA KESEHATAN
Pola Makan Tidak Sehat

Lingkungan
Tidak Sehat
Kurang
aktivitas fisik

Faktor
Risiko

Alkohol
Rokok
PENDEKATAN PELAYANAN MELALUI SIKLUS KEHIDUPAN

BAYI DAN BALITA ANAK USIA SEKOLAH USIA PRODUKTIF LANSIA

KELUARGA KELUARGA KELUARGA KELUARGA


INSTITUSI INSTITUSI
SEKOLAH TEMPAT KERJA

PENDEKATAN KELUARGA STANDAR PELAYANAN MINIMAL

UPAYA KESEHATAN BERBASIS MASYARAKAT


INTEGRASI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
INTEGRASI
14
CERDIK DI SEKOLAH

Enyahkan asap rokok


Cek kesehatan secara berkala

Kelola stress Istirahat cukup Diet seimbang Rajin beraktivitas fisik


Pencegahan dan Pengendalian PTM melalui :

“PERGI BERDANSA DI MASA SENJA”

PERawat bersinerGI BERsama biDAN deSA DemI MAsyarakat


deSA SEhat daN seJAhtera

Penerapan PIS PK melalui Sinkronisasi Teritorial


dengan revitalisasi Pustu, Polindes & Ponkesdes serta
Reorientasi Tupoksi
17
INOVASI JAWA TIMUR
DALAM MENDUKUNG PIS-PK
“ Tenaga kesehatan harus aktif Upaya promotif, Upaya preventif,
mendatangi masyarakat, jangan
Penanganan kegawatdaruratan dan pengobatan dasar.
menunggu di Puskesmas menunggu
orang sakit, datangi mereka.
Gencarkan, beritahukan mana yang
benar mana yang enggak benar dan
mana yang harus dilakukan dan mana
yang tidak boleh dilakukan sehingga
pendekatan kepada keluarga ini sangat
diperlukan ”.

PIS-PK melalui Revitalisasi


Ponkesdes
Sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau 18

kelurahan dengan lebih mengutamakan promotif dan Mewujudkan Desa Sehat yang meyelenggarakan
UKM dan UKP di tingkat desa/kelurahan dengan
preventif untuk meningkatkan derajat kesehatan mengutamakan upaya promotif dan preventif
masyarakat di wilayah kerjanya (Perda Upaya Kesehatan No 2 Th 2016 Ps 9 ayat 2)
UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF
Pergi Berdansa di Masa Senja
Sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau kelurahan
PONKESDES dengan lebih mengutamakan promotif dan preventif untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
Perawat Bersinergi Bersama Bidan di Desa
Demi Masyarakat Sehat dan Sejahtera
PONKES
DES POSYAN
DU
Bid Peraw
an at

1.UPAYA PROMOTIF 2. UPAYA PREVENTIF


1) KIA dan KB 1) KIA dan KB 3.PENANGANAN
2) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
2) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit KEGAWATDARURATAN
Menular (TB, HIV, Kusta, DBD)
Menular (TB, HIV, Kusta, DBD) 3) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DAN PENGOBATAN DASAR
3) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 1. Penanganan kegawatdaruratan ibu
Tidak Menular (Hipertensi, DM, Jiwa)
Tidak Menular (Hipertensi, DM, Jiwa) hamil dan bayi oleh bidan.
4) Imunisasi
4) Perbaikan Gizi Masyarakat 5) Perbaikan Gizi Masyarakat
2. Penanganan kegawatdaruratan
5) Pemberdayaan Masyarakat umum oleh perawat.

19
Reorientasi Tupoksi Bidan & Perawat di Desa

1) Mengetahui & mengembangkan jumlah


posbindu yang ada di wilayahnya
1) Mengetahui & Mengembangkan jumlah posyandu 2) Pendataan statis dan dinamis terhadap
yang ada di wilayahnya
sasaran posbindu;
2) Pendataan statis dan dinamis terhadap sasaran bumil,
balita, anak pra sekolah. 3) Melakukan upaya promotif dan preventif
3) Melakukan promotif dan preventif berdasar asuhan berdasar asuhan keperawatan komunitas
kebidanan komunitas dengan fokus AKI, AKB, Gizi & dengan fokus peny menular & PTM.
Imunisasi 4) Melakukan penanganan kegawatdaruratan
4) Melakukan Penanganan Obstetri-Neonatal Emergensi. medik
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan terkait dalam
buku KIA
5) Melakukan pencatatan dan pelaporan Peny
Menular & PTM.
Revitalisasi
Ponkesdes, Pustu , Polindes

1. Perawat & Bidan Desa mengutamakan promotif dan preventif


dalam melaksanakan tugasnya.
2. Perawat & Bidan Desa TIDAK diberi tugas tambahan di luar
Optimalisasi Posyandu & Posbindu kecuali untuk kasus emergensi.
3. Program selain peran Tupoksi Optimalisasi Posyandu & Posbindu
dilaksanakan setingkat Puskesmas dengan tanpa melibatkan
tenaga Pustu, Ponkesdes & Polindes.
4. Penyederhanaan Laporan / Aplikasi dari berbagai Program
KETERLIBATAN
MULTISEKTOR
LINTAS
PEMERINTAH

AKADEMISI ORGANISASI PROFESI

SWAST MASYARAKA
A T
PEDOMAN MASA PANDEMI
Indikator RPJMN
TARGET

NO INDIKATOR
2020 2021 2022 2023 2024

1 Persentase merokok penduduk usia


9,1 9,0 8,9 8,8 8,7
10-18 tahun

JATIM : 5,74

2 Persentase obesitas pada penduduk


21,8 21,8 21,8 21,8 21,8
usia > 18 tahun

JATIM : 22,4
INDIKATOR RENSTRA PTM 2020-2024
No Indikator Target

2020 2021 2022 2023 2024


Jumlah Kab/kota yang melakukan deteksi dini faktor
1 risiko PTM ≥ 80% populasi usia ≥ 15 tahun 52 (10%) 129 (25%) 232 (45%) 360 (70%) 514 (100%)

Jumlah kab/kota yang menerapkan Kawasan Tanpa


2 Rokok (KTR) 324 (63%) 374 (73%) 424 (83%) 474 (93%) 514 (100%)

Jumlah kabupaten/kota ≥ 40% FKTP yang


3 menyelenggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok 50 (10%) 75 (15%) 100 (20%) 125 (25%) 150 (30%)
(UBM)
Jumlah Kab/Kota yg melakukan pelayanan terpadu
4 (Pandu) PTM di ≥ 80% Puskesmas 103 (20%) 205 (40%) 308 (60%) 411 (80%) 514 (100%)

Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi


5 dini gangguan indera pada ≥ 40% populasi 155 (30%) 206 (40%) 308 (60%) 360 (70%) 514 (100%)

Jumlah kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini


penyakit kanker di ≥ 80% populasi usia 30-50 tahun
6 283 (55%) 309 (60%) 360 (70%) 411 (80%) 514 (100%)

Ket : target nasional


INDIKATOR RENSTRA PTM 2020-2024
No Indikator Definisi Cara Perhitungan Strategi
Operasional

1 Jumlah Kab/kota yang Kab/kota yg Deteksi dini TD, GDs, IMT 1. Menghitung jumlah populasi usia
melakukan deteksi dini menyelenggarakan deteksi dan lingkar perut populasi ≥ 15 tahun
faktor risiko PTM ≥ 80% dini faktor risiko meliputi usia ≥ 15 tahun dibagi 2. Menjaring sasaran untuk
populasi usia ≥ 15 tahun TD, GDs, IMT dan lingkar jumlah penduduk ≥ 15 dilakukan deteksi dini TD, GDs,
perut paling kurang pada tahun dikali 100%. IMT dan lingkar perut
80% populasi usia 15 tahun 3. Integrasi melalui PIS PK dan SPM,
ke atas di UKBM dan FKTP Capaian 80% populasi = 1 GENTAS, GERMAS
kab/kota

2 Jumlah kab/kota yang Kabupaten/Kota yang Kabupaten/kota yang 1. Memastikan adanya Perda KTR
menerapkan Kawasan menerapkan Perda KTR menerapkan Perda KTR 2. Adanya penerapan di 7 tatanan :
Tanpa Rokok (KTR) dengan kriteria sesuai PP fasyankes, tempat kerja, tempat
109 tahun 2012 belajar mengajar, tempat bermain
anak, tempat ibadah, fasum,
angkutan umum
3. Integrasi melalui PIS PK dan SPM
INDIKATOR RENSTRA PTM 2020-2024
No Indikator Definisi Cara Perhitungan Strategi
Operasional
Jumlah Kab/kota yg Jumlah dokter praktik 1. Identifikasi jumlah dokter praktek
kabupaten/kota ≥ 40% menyelenggarakan mandiri, klinik pratama dan mandiri, klinik pratama dan
FKTP yang konseling UBM di paling Puskesmas yang melakukan Puskesmas yang melakukan
menyelenggarakan kurang 40 % FKTP (dokter layanan UBM dibagi seluruh layanan UBM dengan tenaga
3 layanan Upaya praktik mandiri, klinik jumlah FKTP, dengan target terlatih
Berhenti Merokok pratama dan Puskesmas) mencapai 40% 2. Integrasi melalui PIS PK
(UBM) dengan tenaga terlatih
Capaian 40% FKTP = 1
kab/kota
Jumlah Kab/Kota yg Kab/kota yg kab/kota yang memiliki 1. Identifikasi Puskesmas yang
melakukan pelayanan menyelenggarakan paling kurang 80% memiliki standar Pandu PTM (PPK
terpadu (Pandu) PTM Pelayanan Terpadu PTM dan Puskesmas melaksanakan 1, Carta PTM)
di ≥ 80% Puskesmas pasien rujuk balik (PRB) PANDU PTM sesuai standar 2. Kolaborasi dengan Bid Yankes
PTM sesuai standar paling untuk memastikan ketersediaan
4
kurang di 80 % puskesmas Capaian 80% Puskesmas = 1 standar dan sosialisasi Carta PTM
kab/kota 3. Integrasi melalui PIS-PK, SPM,
Posbindu dan deteksi dini faktor
risiko PTM
INDIKATOR RENSTRA PTM 2020-2024
No Indikator Definisi Cara Perhitungan Strategi
Operasional
Jumlah Kab/kota yg Deteksi dini gangguan 1. Kompilasi data deteksi dini di
kabupaten/kota yang menyelenggarakan deteksi penglihatan melalui E- UKBM (Posbindu, Posyandu, UKS,
melaksanakan deteksi dini gangguan penglihatan tumbling, E-chart Snellen UKK) dan FKTP
dini gangguan indera dan gangguan pendengaran chart dan pendengaran 2. Integrasi dengan SPM Balita, UKS
pada ≥ 40% populasi paling kurang pada 40 % melalui tes suara, garpu dan Lansia
5
populasi tala pada minimal 40%
penduduk

Capaian 40% deteksi dini =


1 kab/kota
Jumlah Kab/kota yg Deteksi dini Sadanis dan 1. Identifikasi jumlah populasi
kabupaten/kota yang menyelenggarakan deteksi tes IVA pada 80% perempuan usia 30-50 tahun
melakukan deteksi dini dini kanker payudara dan perempuan usia 30-50 2. Menjaring sasaran untuk
penyakit kanker di ≥ kanker serviks pada 80% tahun atau perempuan dilakukan deteksi dini Sadanis dan
80% populasi usia 30- populasi perempuan usia yang memiliki riwayat Tes IVA di FKTP
6
50 tahun 30-50 tahun atau sexual aktif 3. Integrasi SPM yankes usia
perempuan yang memiliki produktif
riwayat sexual aktif Capaian 80% populasi = 1
kab/kota
STANDAR PELAYANAN MINIMAL USIA
PRODUKTIF
• Skrining dilakukan minimal 1 x/ tahun untuk penyakit menular
dan penyakit tidak menular meliputi:
a) Pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut
b) Pengukuran tekanan darah.
c) Pemeriksaan gula darah.
d) Anamnesa perilaku berisiko.

• Tindaklanjut hasil skrining kesehatan meliputi:


a) Melakukan rujukan jika diperlukan.
b) Memberikan penyuluhan kesehatan.

• Keterangan :
Wanita usia 30-50 tahun yang sudah menikah atau
mempunyai riwayat berhubungan seksual berisiko dilakukan
pemeriksaan SADANIS dan cek IVA.
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
HIPERTENSI
• Pengertian  Pelayanan kesehatan penderita hipertensi sesuai standar, yaitu :
– Pengukuran tekanan darah minimal satu kali sebulan di fasyankes
– Edukasi perubahan gaya hidup dan/atau kepatuhan minum obat
– Pemberian terapi farmakologi bila TDS > 140 mmhg
– Melakukan rujukan bila diperlukan

• Strategi : setiap warga negara yang berusia 15 tahun keatas yang datang ke Puskesmas
dilakukan pengukuran tekanan darah
Proporsi Hipertensi di Jawa Timur
berdasarkan pengukuran
Riskesdas 2018

33
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
DIABETES MELITUS
• Pengertian  Pelayanan kesehatan penderita diabetes sesuai standar, yaitu :
– Pengukuran Gula Darah minimal 1 kali sebulan di Fasyankes
– Edukasi Perubahan Gaya Hidup dan/ atau Nutrisi
– Berikan Terapi Farmakologi sesuai standar
– Melakukan rujukan jika diperlukan sesuai indikasi medis

• Strategi : setiap warga negara yang berusia 15 tahun keatas yang datang ke
Puskesmas dilakukan pengukuran gula darah
PENDAHULUAN
UKM ESENSIAL
UKM PENGEMBANGAN

2.2.6.Pelayanan Kesehatan Indera


Deteksi dini Deteksi dini ganguan penglihatan melalui E-tumbling, E-chart Hasil kegiatan Deteksi Dini Ganguan Indera 40%
ganguan Snellen chart dan pendengaran melalui tes suara, garpu tala pada (Penglihatandan Pendengaran) dibagi Total
penglihatan dan minimal40% penduduk. Kompilasi data deteksi dini di UKBM Populasi /penduduk dikali 100%
ganguan (Posbindu, Posyandu, UKS, UKK) dan FKTP Integrasi dengan SPM
pendengaran paling Balita, UKS dan Lansia
kurang pada 40%
populasi
UKP

4. Pelayanan Pelayanan kesehatan sesuai standar meliputi : Jumlah penderita hipertensi usia ≥ 15 tahun 100% Register Pelayanan
Kesehatan a. Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal di wilayah kerjanya yang mendapatkan
Penderita satu kali sebulan di fasilitas pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan sesuai standar dibagi
Hipertensi b. Edukasi perubahan gaya hidup dan / atau jumlah estimasi penderita hipertensi usia
(Standar kepatuhan minum obat ≥ 15 tahun yang berada didalam wilayah
Pelayanan c. Melakukan rujukan jika diperlukan. Tekanan kerjanya berdasarkan angka prevalensi
Minimal ke 8) Darah Sewaktu (TDS) lebih dari 140 mmHg Kab/Kota dalam kurun waktu satu tahun yang
ditambahkan pelayanan terapi farmakologi sama dikali 100%.

Pelayanan Pelayanan kesehatan sesuai standar yang meliputi : Jumlah penderita Diabetes Mellitus usia > 15 100% Rekam Medik
Kesehatan a. Pengukuran gula darah dilakukan minimal satu tahun di dalam wilayah kerjanya yang
Penderita kali sebulan di fasilitas pelayanan kesehatan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
Diabetes Mellitus b. Edukasi perubahan gaya hidup dan / atau nutrisi standar dalam kurun waktu satu tahun dibagi
(Standar c. Melakukan rujukan jika diperlukan.Gula darah jumlah estimasi penderita Diabetes Mellitus
Pelayanan Sewaktu (GDS) lebih dari 200 mg/dl ditambahkan usia ≥15 tahun yang berada di dalam wilayah
Minimal ke 9) pelayanan terapi farmakologi kerjanya berdasarkan angka prevalensi
kab/kota dalam kurun waktu satu tahun yang
sama dikali 100%.
5.
6. Kelengkapan Rekam medik yang lengkap dalam 24 jam setelah Jumlah rekam medik rawat jalan yang diisi 100% Rekam Medik
pengisian rekam selesai pelayanan, diisi oleh tenaga medis dan atau lengkap dibagi jumlah rekam medik rawat
medik paramedis (identitas, SOAP, KIE, askep, diagnosis, jalan dikali 100%
CAPAIAN SPM
CAPAIAN PROFIL ANGKA / HASIL SAMA
CAPAIAN PKP
Penutup
Bahwa Program P2PTM berfokus pada pencegahan FR bersama tanpa
mengabaikan pengendalian pada penderita/penyandang PTM
Dibutuhkan advokasi dan sosialisasi yang optimal kepada para
pemangku kepentingan lintas sektor untuk mendukung upaya
perubahan perilaku masyarakat melalui penguatan institusi masing-
masing
Dibutuhkan aktifitas pemicuan yang masif untuk peningkatan
kesadaran masyarakat menuju perubahan perilaku hidup sehat,
GERMAS, perilaku CERDIK dll melalui kegiatan-kegiatan Bersama
Penyandang PTM adalah sasaran infeksi COVID 19
Pencegahan faktor risiko PTM sangat terkait dengan perubahan
perilaku dan komitmen individu, sehingga perlu penguatan regulasi
untuk mendorong kepatuhan masyarakat
Budayakan deteksi dini faktor risiko, karena ini dapat menjadi entry
point P2PTM
Strategi P2PTM pada New Normal tergantung pada kondisi daerah
masing-masing
Adaptasi Kebiasaan Baru dilakukan dengan menerapkan protokol
pandemi secara komit dan disiplin agar kelompok rentan dapat
terlindungi
TERIMA
KASIH
KEBIJAKAN
PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
PENYAKIT TIDAK
MENULAR

DINAS KESEHATAN PROVINSI 1

Anda mungkin juga menyukai