Anda di halaman 1dari 24

NERACA PEMBAYARAN, UTANG DUNIA KETIGA DAN

STABILISASI MAKROEKONOMI

RUJUKAN:
Todaro, P. Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Zulkarnain Djamin, 1996. Masalah Utang Luar Negeri Bagi Negara- Negara
Berkembang Dan Bagaimana Indonesia Mengatasinya, Jakarta: Lembaga
Penerbit Universitas Indonesia.

Cyrillus Harinowo, 2002. Utang Pemerintah Perkembangan, Prospek


dan Pengelolaannya, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Abdurrazaq Lubis, et.al. 1998. Jerat Utang IMF?, Bandung: Penerbit Mizan.

Tawang Alun, 1992. Analisa Ekonomi Utang Luar Negeri, Jakarta: LP3ES.
• Latar Belakang Perdagangan

• Dua kelompok dalam aktivitas perekonomian dunia:


• Negara-negara industri maju VS Negara-negara berkembang
 Perdagangan terjadi karena:
 Selain untuk mendapatkan keuntungan mutlak juga karena adanya
hukum keuntungan komparatif : D. Ricardo.

 Latar Belakang Bantuan dan Pinjaman (Zulkarnain, 1996):


 Motivasi Politik.
- Bantuan AS akhir 1940an sebagai sarana mencegah meluasnya
komunisme = Perang Dingin.
- Menyokong rezim politik negara sahabat menentang oposisi.
 Motivasi Ekonomi
- Menutupi kelangkaan sumber daya untuk mengejar target
investasi, devisa dll.
- Mempercepat proses pembangunan.
 Motivasi Moral
- Rasa tanggung jawab kemanusiaan terhadap kesejahteraan
negara miskin.
- Utang budi kerana eksploitasi dimasa penjajahan
NERACA PEMBAYARAN

• Tiga komponen dasar neraca pembayaran:


A. Neraca Transaksi Berjalan
– Transaksi ekspor – impor (A-B)
– Pendapatan investasi (C)
– Pembayaran cicilan utang LN (D)
– Saldo kiriman & transfer uang: Pemerintah
Swasta (Individu) (E)

 Total Saldo Neraca Transaksi Berjalan: (A - B + C –D + E) =


+
(Surplus)
- (Defisit)
B. Neraca Modal
- Investasi swasta langsung: Persh multinasional, Pinj bank
swasta nasional, lembaga donor, dll. (G)
- Dana masuk utang LN (H)
- Kenaikan aset LN dlm perbankan domestik (I)
- Arus keluar modal pemilik (J)

 Total Saldo Neraca Transaksi Modal = (G + H - I - J)

C. Neraca Tunai (Neraca Cadangan Internasional)


- Kenaikan atau penurunan NT (Transaksi Penyeimbang) (L)
- Koreksi dan penghapusan (M)

Perbedaan:
L = Perubahan kekayaan
M = Perubahan angka dalam kertas
• Periode 1980an – 1990an Saldo Transaksi Berjalan Dunia
Ketiga (DK) mengalamai kemerosotan.

Sebab:
• Penurunan tajam harga komoditi primer termasuk minyak.

• Terjadi resesi global 1981-1982 dan 1991-1993 menyebabkan


penyusutan volume perdagangan dunia.

• Meningkatnya proteksionisme DP terhadap DK.

• Meningkatnya nilai tukar yg terlalu tinggi sehingga sebagian


ekspor DK semakin buruk.
• Defisit Necara Modal DK Terjadi.

Sebab:
 Lonjakan kewajiban pembayaran utang LN.
 Penurunan tajam pemberian pinjaman baru bank internasional.
 Pelarian modal secara besar-besaran.

 Bisa terjadi dalam bentuk (Harinowo, 2002):


o Flight to quality = berpindah dari bank yg berisiko tinggi ke bank yg
berisiko rendah seperti bank pemerintah
dan terutama ke bank-bank asing
yang besar.
o Flight to safety = berpindah dari negeri yg berisiko tinggi ke luar negeri.
o Flight to currency = berpindah dari yang bersifat tabungan atau
deposito menjadi uang kas yg disimpan
dirumah atau di safe box defosit.
• Bentuk Utama Cadangan Internasional:

– Mata uang kuat = Dolar AS, Yen, Pounsterling dan Euro.

– (Mata Uang Lemah = Lira Italia , Guilder Belanda, Dolar


Canada, Dolar Selandia Baru, Ringgit Malaysia, Bhat
Thailand).

– Emas: Hasil pertambangan domestik maupun yang dibeli dari LN.

– Sertifikat simpanan IMF (SDR = Special Drawing Rigth).


• Pilihan Kebijaksanaan DK Dalam Menghadapi Defisit Neraca
Pembayaran:

 Memperbaiki neraca melalui promosi ekspor atau pembatasan


impor atau kedua-duanya.
- Ekspor = sering mengalami fluktuasi harga.
- Import = - Kebijakan subsidi
- Proteksi & pemberian ransangan bagi sektor domestik.
- Penetapan tarif impor dan kuota

 Mendevaluasikan mata uang sehingga harga eskpor relatif menjadi


lebih rendah dan impor lebih tinggi.

 Menerapkan kebijaksanaan fiskal dan moneter yg restruktif;


Bank Dunia = Penyesuaian struktural.
IMF = Kebijaksanaan stabilitas makroekonomi.

 Memacu investasi asing, meningkatkan penarikan dana pinjaman


dari LN khususnya bantuan berbunga lunak.

 Memodifikasi dampak yg merusak dalam NP dengan cara


menambah penarikan “emas kertas” terbitan IMF.
UTANG LUAR NEGERI NEGARA-NEGARA INDUSTRI

• DP banyak mendasarkan awal perkembangan eko pada


sumber pembiayaan utang (Harinowo, 2002).
• Amerika Serikat: Memiliki utang paling besar di dunia sekitar 5,9 triliun dolar.
Utang AS telah ada sejak awal kemerdekaannya.
• Jepang :Tahun 2001 utang Jepang mencapai 4,8 triliun dolar. Rasio
utang terhadap PDB di atas 100%.
• Uni Eropa: Memiliki tingkat utang yg relatif tinggi. Dalam Perjanjian
Maastrich Uni Eropa bertekad agar rasio utang terhadap
PDB sebesar 60%.
– Dengan demikian:
» Utang bukan sesuatu yg tabu, seluruh dunia pada dasarnya
memiliki utang.
» Utang diperlukan bagi pembiayaan pembangunan melalui
pembiayaan defisit seperti halnya dalam dunia usaha.
» Utang jadi persoalan berat jika penanganannya tidak hati-
hati.
KRISIS UTANG LUAR NEGERI DUNIA KETIGA

• Keadaan awal 1970an:


– Utang DK relatif kecil.

– Merupakan utang resmi dari pemerintah asing dan lembaga


keuangan internasional.

• Akhir 1970an / awal 1980an.


• Bank-bank komersil internasional berperan lebih besar dlm
memberi pinjaman internasional.

• Menyalurkan surplus dana OPEC (Petrodolar).

• Pinjaman untuk penyelesaian neraca pembayaran

• Pinjaman untuk pengembangan ekspor.


• Akibatnya:

• Utang semakin menumpuk dengan biaya semakin besar.

• Pembayaran harus dengan devisa iaitu penghasilan ekspor,


pengurangan impor atau pinjaman baru.

• Sifat dan syarat pinjaman berubah, dari pinjaman resmi


berbunga rendah menjadi pinjaman komersil berbunga tinggi.
Waktu pengembalian relatif lebih singkat.

• Kepercayaan kreditor terhadap DK menurun.

• Penduduk memindahkan dana ke LN karena pertimbangan


eko. dan politik.
UPAYA PENANGGULANGAN INSTABILITAS MAKROEKONOMI

• Melaksanakan renegosiasi dengan bank swasta


internasional.
• Perpanjangan masa pembayaran utang (moratorium).
• Beban bunga direndahkan.

• Masalahnya: Renegosiasi dilakukan setelah mendapat


rekomendasi dari IMF. Sedangkan IMF baru bersedia memberi
bantuan dan rekomendasi setelah DK bersedia menjalankan
resep ketat IMF.

• Kesedian DK menjalankan stabilisasi IMF dianggap


sebagai kesungguhan DK dalam menurunkan defisit NP.
Komponen Dasar Dalam Program Stabilisasi IMF

• Penghapusan atau liberalisasi atas kontrol pemerintah thp lalu


lintas devisa dan impor.

• Devaluasi mata uang resmi DK.

• Pemberlakuan program anti inflasi domestik yang ketat.


• Kontrol terhadap kredit perbankan.
• Pembatasan belanja negara
• Kontrol terhadap kenaikan tingkat upah.
• Mekanisme pasar yg lebih bebas seperti menghilangkan kontrol harga.

• Peningkatan upaya menarik investasi asing dan pembukaan


perekonomian terhadap hubungan komersil internasional.
• Kelemahan Program Stabilisasi IMF

• Walaupun menurunkan inflasi dan memperbaiki neraca pembayaran


tetapi memperlambat usaha pembangunan yang bersifat fundamental.
– Contoh: Amerika latin menghabiskan US$ 145 miliar, tetapi perekonomian
mengalami stagnasi dan lonjakan pengangguran.

• Kebijakan stabilisasi IMF = Perpanjangan tangan negara kapitalis.

• Sering dianggap sebagai taktik DP mempertahankan kemiskinan dan


ketergantungan DK, sekaligus mempertahankan struktur pasar global
yang lebih menguntungkan DP.

– C. Payer menyebutkan: “Fungsi IMF hanyalah sebagai instrumen terpilih


untuk menerapkan disiplin finansial imperialis terhadap negara miskin.
– Philip A. Benson: “ Tidak ada jalan yg lebih langsung untuk memperoleh
kontrol atas sebuah bangsa dibandingkan melalui sistem kreditnya”.
– Roy Hattersley: “Benar-benar kenyataan bahwa bagian termiskin dunia
masih terus mensubsidi bagian terkaya” (Lubis, 1998).
BEBERAPA KEBIJAKSANAAN DALAM MERINGANKAN BEBAN
UTANG DUNIA KETIGA

• Alokasi baru sejumlah SDR untuk membantu program strukturisasi


pembayaran pokok pinjaman.

• Brady Plan (1989) = Menghapuskan sebagian hutang dan sisanya


dijamin oleh IMF dan Bank Dunia tetapi negara tersebut harus
melaksanakan program penyesuaian yang ditetapkan oleh IMF.
– Program ini dinilai berhasil, 18 negara (Costa Rica, Uruguay, Argentina,
Brazil dll telah berhasil melaksanakannya ,

• Pertukaran utang untuk lingkungan (Debt to Nature Swap) untuk


menghindari kerusakan keseimbangan lingkungan di DK.
Kebijaksanaan ini telah dimanfaatkan oleh Namibia, Ghana, Ekuador
dan World Wildlife Fund merupakan salah satu lembaga yang menjadi
sponsor usaha ini.
• Pertukaran utang untuk modal (Debt to Equity Swap). Banyak
dilakukan oleh pihak swasta seperti perusahaan Bakrie Brothers yg
telah menyelesaikan hutangnya dengan skim ini tetapi secara drastis
kepemilikan saham perusahaan beralih.

• Sedang diusahakan melakukan Debt to Poverty Swap, Debt to


Education Swap ( Harinowo, 2002).
• Dalam Konteks Negara Indonesia

- Utang luar negeri ada sejak orde lama untuk keperluan:


• Penyediaan keperluan pangan.

• Pembiayaan konfrontasi.

• Penyelenggaraan pesta oleh raga.

• Penyelenggaraan konfrensi, dll.


Keadaan Utang Luar Negeri Indonesia Per 1 Januari 2004
(Milliar Dolar AS )

160
140
120
100
80
60
40
20
0
1998 2000 2001 2002 2003
Sw & P'tah 140 144 135 131 132.9
Pemerintah 67.329 74.916 71.378 74.661 81.665
Sumber: CIA World Factbook dan Bank indonesia
Kesepakatan Penjadwalan Utang LN Indonesia
Di Paris Club (Dolar AS)

Tanggal Status Nilai Utang

12 April 2002 Aktif 5,4 miliar

13 April 2000 Aktif 5,7 miliar

23 Sept 1998 Aktif 4,2 miliar

24 April 1970 Lunas 650 juta

17 Okt 1968 Lunas Tidak ada data

18 Okt 1967 Lunas Tidak ada data

20 Des 1966 Lunas Tidak ada data


• Perkembangan Terkini Isu Utang Luar Negeri Indonesia:

• Indonesia dianggap tidak berhak lagi dalam penjadwalan utang di Paris


Club sebab kesepakatan dengan IMF yang merupakan syarat
persetujuan penjadwalan utang telah berakhir 31 Desember 2003.

• Karena momentum bencana, negara-negara kreditor (Jerman, Jepang,


Canada) menawarkan moratoriun dan penghapusan utang.

• Pemerintah dianggap tidak memberi respon yg tepat.

• Menteri Keuangan: “Meminta penjadwalan utang memunculkan kesan


Indonesia “kere banget”.

• Rating Indonesia ditakuti jatuh ke peringkat terburuk “default”. Investor


akan lari.
KESIMPULAN

• Krisis utang global semestinya ditanggung oleh semua pihak


bukan hanya oleh DK saja karena semua pihak turut
bertanggung jawab terhadap krisis tersebut.

• Pihak DP seharusnya mengendurkan kebijaksanaan


moneternya yg terlalu restriktif dan meningkatkan impor dari
DK.

• Dalam menyusun startegi kebijaksanaan, otoritas moneter di


DP harus meperhatikan tingkat suku bunga global dan domestik
disamping tetap mendukung stabilitas politik di DK.

• Untuk menanggulangi krisis utang ini, diperlukan penambahan


utang lebih lanjut misalnya dengan penurunan suku bunga dan
pembayaran suku bunga dalam mata uang lokal.
• Lembaga keuangan internasional harus menyediakan likuiditas
dan fleksibilitas kebijaksanaan fiskal yang benar-benar
memadai agar DK dapat menetapkan langkah penyesuaian
tanpa harus mengorbankan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan penduduknya.

• Dari perspektif jangka panjang, perlu adanya restrukturisasi


terhadap seluruh sistem finansial dan perdagangan
internasional.

• Pada masa terakhir ini, ada kecenderungan bahwa


penyelesaian masalah utang LN harus ditempatkan sebagai
masalah etik dari semangat solidaritas internasional.
BEBERAPA PRINSIP ETIS YANG DIKETENGAHKAN:

- Solidaritas internasional co-responsibility.

- Hubungan yang saling mempercayai.

- Kesediaan memberikan share dalam upaya penyelesaian.

- Partisipasi semua pihak.

- Mengidentifikasi masalah darurat dan tindakan jangka


panjang.

( Prinsip Etis ini diterbitkan oleh Komisi Kepausan Iustitia et Pax, Vatikan, 27 Des 1986).
SEKIAN

WABILLAHIL HIDAYAH WA TAUFIQ

Anda mungkin juga menyukai