Anda di halaman 1dari 17

Slide 24

Risiko Nilai Tukar dan Hedging Aset

Ketika LK di Indonesia meminjamkan uang dalam USD kepada LK di USA, terdapat risiko
nilai tukar (foreign exchange risk) yang dihadapi LK di Indonesia. Risiko ini muncul karena
nilai tukar USD terhadap Rupiah dapat berfluktuasi selama periode pinjaman.

Potensi Loss dan Hedging

Jika pada tanggal jatuh tempo nilai Rupiah menguat terhadap USD, maka nilai piutang/aset LK
dalam USD akan berkurang. Hal ini akan menyebabkan LK mengalami loss (kerugian) akibat
perubahan kurs.

Untuk meminimalkan risiko loss ini, LK dapat melakukan hedging aset dengan menggunakan
instrumen keuangan seperti:

• Forward contract: Kontrak ini memungkinkan LK untuk mengunci nilai tukar USD
pada tanggal tertentu di masa depan.
• Option contract: Kontrak ini memberikan hak kepada LK untuk membeli atau
menjual USD pada harga dan tanggal tertentu di masa depan, tetapi tidak mewajibkan
mereka untuk melakukannya.

Dengan melakukan hedging, LK dapat mengurangi risiko loss akibat fluktuasi nilai tukar USD.

Kecenderungan Melemahnya Rupiah


Jika terdapat kecenderungan nilai Rupiah melemah terhadap USD, maka hedging aset USD
tidak perlu dilakukan. Hal ini karena nilai piutang/aset LK dalam USD akan meningkat seiring
dengan melemahnya Rupiah.

Namun, penting untuk dicatat bahwa prediksi nilai tukar tidak selalu akurat. Oleh karena itu,
LK perlu melakukan analisis dan pertimbangan yang matang sebelum memutuskan untuk
melakukan hedging atau tidak.

Kesimpulan

Risiko nilai tukar merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan oleh LK dalam
transaksi internasional. Hedging aset dapat menjadi solusi untuk meminimalkan risiko loss
akibat fluktuasi nilai tukar. Keputusan untuk melakukan hedging atau tidak perlu didasarkan
pada analisis dan pertimbangan yang matang.

Slide 25

Risiko Negara atau Sovereign Risk

Definisi:

Risiko negara atau sovereign risk adalah risiko yang terkait dengan kemungkinan suatu negara
gagal memenuhi kewajibannya kepada investor luar negeri. Kegagalan ini dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, seperti:

• Ketidakstabilan politik: Kerusuhan politik, revolusi, atau kudeta dapat menyebabkan


perubahan kebijakan pemerintah yang merugikan investor.
• Krisis ekonomi: Krisis keuangan, depresi, atau hiperinflasi dapat membuat negara
tidak mampu membayar utangnya.
• Bencana alam: Gempa bumi, tsunami, atau bencana alam lainnya dapat menyebabkan
kerusakan parah pada infrastruktur dan ekonomi negara, sehingga menghambat
kemampuannya untuk membayar utang.

Bentuk Intervensi Pemerintah:

Intervensi pemerintah yang dapat menimbulkan risiko negara dapat berupa:

• Pembatasan (Restriction): Pemerintah dapat membatasi transfer dana keluar


negeri, sehingga investor asing kesulitan menarik keuntungan atau modal mereka.
• Penjadwalan Ulang (Rescheduling): Pemerintah dapat menunda pembayaran
utangnya kepada investor asing, atau menjadwal ulang pembayarannya dengan jangka
waktu yang lebih panjang.
• Pelarangan Mendadak (Outright Prohibition): Pemerintah dapat melarang secara
tiba-tiba kegiatan investasi asing di negaranya, atau menasionalisasi aset-aset milik
investor asing.

Dampak Risiko Negara:

Risiko negara dapat berdampak negatif pada investor luar negeri, seperti:

• Kehilangan Keuntungan: Investor dapat kehilangan keuntungan dari investasinya di


negara tersebut.
• Kehilangan Modal: Investor dapat kehilangan sebagian atau seluruh modalnya yang
diinvestasikan di negara tersebut.
• Kesulitan Menarik Dana: Investor dapat mengalami kesulitan dalam menarik
keuntungan atau modalnya dari negara tersebut.

Mitigasi Risiko Negara:

Investor dapat melakukan beberapa langkah untuk memitigasi risiko negara, seperti:

• Melakukan analisis dan due diligence: Investor perlu melakukan analisis dan due
diligence yang cermat terhadap negara tujuan investasi, termasuk situasi
politik, ekonomi, dan sosialnya.
• Memilih negara dengan risiko yang rendah: Investor dapat memilih negara dengan
risiko yang rendah, seperti negara dengan stabilitas politik yang tinggi, ekonomi yang
kuat, dan tingkat korupsi yang rendah.
• Menggunakan instrumen hedging: Investor dapat menggunakan instrumen hedging
untuk melindungi diri dari risiko perubahan nilai tukar atau risiko suku bunga.
• Membeli asuransi risiko negara: Investor dapat membeli asuransi risiko negara untuk
melindungi diri dari kerugian akibat gagal bayar oleh pemerintah negara tujuan
investasi.
Slide 26

Ketika Perusahaan Luar Negeri Gagal Bayar Utang

Benar, ketika perusahaan di luar negeri tidak mampu membayar kembali utangnya, ada
kemungkinan pemerintah setempat akan melarang pembayaran utang keluar negeri dengan
alasan politik. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor:

• Ketidakmampuan finansial: Pemerintah mungkin tidak memiliki cukup uang untuk


membayar utang perusahaan tersebut.
• Ketidakstabilan politik: Kerusuhan politik atau krisis ekonomi dapat menyebabkan
pemerintah memprioritaskan kebutuhan domestik daripada pembayaran utang luar
negeri.
• Keinginan untuk melindungi perusahaan domestik: Pemerintah mungkin ingin
melindungi perusahaan domestik dari persaingan dengan perusahaan luar negeri yang
bangkrut.

Contoh Kasus:

• Tahun 1982: Pemerintah Mexico dan Brazil mengumumkan debt moratorium


(penundaan pembayaran utang) kepada kreditor negara-negara barat. Hal ini terjadi
karena krisis ekonomi yang melanda kedua negara tersebut.
• Tahun 1990-an: Negara USA, Eropa, dan Jepang telah menaikkan sovereign risk
exposure kepada negara Rusia, Korea Utara, Malaysia dan Indonesia. Hal ini terjadi
karena krisis keuangan Asia yang melanda negara-negara tersebut.

Dampak Larangan Pembayaran Utang:

Larangan pembayaran utang luar negeri dapat berdampak negatif pada:


• Kreditor: Kreditor akan mengalami kerugian karena tidak dapat menerima
pembayaran utang mereka.
• Negara yang melarang pembayaran: Negara tersebut akan mengalami kesulitan
dalam mendapatkan pinjaman baru di masa depan.
• Perekonomian global: Larangan pembayaran utang dapat menyebabkan krisis
keuangan global.

Solusi:

Untuk menghindari larangan pembayaran utang luar negeri, perusahaan dan pemerintah perlu:

• Menjaga kesehatan keuangan: Perusahaan dan pemerintah perlu memastikan bahwa


mereka memiliki cukup uang untuk membayar utang mereka.
• Menjalin hubungan yang baik dengan kreditor: Komunikasi yang terbuka dan
transparan dengan kreditor dapat membantu membangun kepercayaan dan menghindari
kesalahpahaman.
• Membuat kebijakan yang pro-bisnis: Pemerintah perlu membuat kebijakan yang
mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi, sehingga perusahaan dapat
menghasilkan keuntungan dan membayar utang mereka.

Slide 27

Risiko Likuiditas pada LK

Benar, risiko likuiditas dapat muncul pada LK (Lembaga Keuangan) ketika pemegang utang
(seperti penabung, pemegang polis asuransi) tiba-tiba melakukan penarikan dana yang
menyebabkan kekurangan aset likuid untuk memenuhinya. Berikut penjelasannya:

Definisi Risiko Likuiditas:


Risiko likuiditas adalah risiko yang dihadapi LK dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh
tempo pada saat ini atau di masa depan dengan aset likuid yang tersedia. Aset likuid adalah
aset yang dapat dengan mudah diubah menjadi uang tunai tanpa mengalami kerugian yang
signifikan.

Penyebab Risiko Likuiditas:

Risiko likuiditas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

• Penarikan dana yang tiba-tiba: Penarikan dana yang besar dan tidak terduga oleh
pemegang utang dapat menyebabkan kekurangan aset likuid pada LK.
• Ketidakcocokan jatuh tempo aset dan kewajiban: LK yang memiliki aset jangka
panjang tetapi memiliki kewajiban jangka pendek dapat mengalami kesulitan dalam
memenuhi kewajibannya ketika jatuh tempo.
• Kondisi pasar yang tidak stabil: Krisis keuangan atau perubahan kondisi ekonomi
dapat menyebabkan penurunan nilai aset dan membuat LK sulit untuk menjual asetnya
untuk mendapatkan uang tunai.

Dampak Risiko Likuiditas:

Risiko likuiditas dapat berdampak negatif pada LK, antara lain:

• Kerugian finansial: LK dapat mengalami kerugian finansial jika mereka harus


menjual asetnya dengan harga yang rendah untuk memenuhi kewajibannya.
• Kehilangan kepercayaan: Ketidakmampuan LK untuk memenuhi kewajibannya
dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan dari pemegang utang dan investor.
• Kebangkrutan: Dalam kasus yang parah, risiko likuiditas dapat menyebabkan
kebangkrutan LK.

Mitigasi Risiko Likuiditas:

LK dapat melakukan beberapa langkah untuk memitigasi risiko likuiditas, antara lain:

• Mengelola aset dan kewajiban dengan hati-hati: LK perlu memastikan bahwa


mereka memiliki aset yang cukup likuid untuk memenuhi kewajibannya yang jatuh
tempo.
• Membangun cadangan likuiditas: LK dapat membangun cadangan likuiditas untuk
digunakan dalam keadaan darurat.
• Memanfaatkan instrumen keuangan: LK dapat menggunakan instrumen keuangan
seperti repurchase agreements (repo) dan lines of credit untuk mendapatkan akses ke
dana tunai dengan cepat.
• Membuat rencana kontinjensi: LK perlu membuat rencana kontinjensi untuk
mengatasi situasi di mana mereka tidak dapat memenuhi kewajibannya.
Slide 28

Kasus Rush Bank BCA Tahun 1998

Benar, pada tahun 1998 Bank BCA mengalami rush, yaitu penarikan dana besar-besaran oleh
nasabah dalam waktu singkat. Rush ini terjadi akibat beberapa faktor, antara lain:

• Krisis moneter yang melanda Indonesia: Krisis moneter menyebabkan nilai rupiah
terhadap dolar AS jatuh drastis, sehingga nasabah khawatir akan kehilangan uang
mereka jika disimpan di bank.
• Ketidakpercayaan terhadap sistem perbankan: Ketidakpercayaan terhadap sistem
perbankan meningkat akibat beberapa bank yang mengalami kesulitan keuangan dan
ditutup oleh pemerintah.
• Isu dan rumor yang beredar: Isu dan rumor yang tidak benar tentang Bank
BCA, seperti kebangkrutan dan penipuan, semakin memperparah situasi.

Dampak Rush pada Bank BCA:

Rush menyebabkan Bank BCA mengalami kekurangan likuiditas, yaitu kekurangan dana untuk
memenuhi kewajibannya kepada nasabah. Hal ini menyebabkan Bank BCA:

• Membekukan operasi: Bank BCA terpaksa membekukan operasinya selama beberapa


hari untuk mencegah terjadinya kekacauan.
• Diambil alih oleh pemerintah: Pemerintah Indonesia kemudian mengambil alih Bank
BCA untuk mencegahnya bangkrut.

Penilaian Kondisi Normal, Abnormal, dan Tipe-Tipe Liquidity Risk:


Kondisi normal adalah ketika LK mampu memenuhi kewajibannya dengan aset likuid yang
tersedia. Kondisi abnormal adalah ketika LK mengalami kesulitan dalam memenuhi
kewajibannya dengan aset likuid yang tersedia.

Tipe-tipe liquidity risk:

• Liquidity risk jangka pendek: Risiko ini terjadi ketika LK mengalami kesulitan
dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo dalam waktu dekat.
• Liquidity risk jangka panjang: Risiko ini terjadi ketika LK mengalami kesulitan
dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo dalam jangka panjang.
• Funding risk: Risiko ini terjadi ketika LK mengalami kesulitan dalam mendapatkan
pendanaan untuk memenuhi kewajibannya.

Dampak Liquidity Risk pada LK:

Liquidity risk dapat berdampak negatif pada LK, antara lain:

• Kerugian finansial: LK dapat mengalami kerugian finansial jika mereka harus


menjual asetnya dengan harga yang rendah untuk memenuhi kewajibannya.
• Kehilangan kepercayaan: Ketidakmampuan LK untuk memenuhi kewajibannya
dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan dari pemegang utang dan investor.
• Kebangkrutan: Dalam kasus yang parah, liquidity risk dapat menyebabkan
kebangkrutan LK.

Kesimpulan:

Risiko likuiditas merupakan salah satu risiko utama yang dihadapi LK. LK perlu melakukan
langkah-langkah untuk memitigasi risiko likuiditas dan memastikan bahwa mereka memiliki
cukup aset likuid untuk memenuhi kewajibannya.
Slide 29

Anda benar. Insolvency risk atau risiko insolvensi adalah risiko dimana Lembaga Keuangan
(LK) seperti bank tidak memiliki cukup modal/kapital untuk menutupi penurunan nilai asetnya
secara tiba-tiba yang dikaitkan dengan utangnya.

Penjelasan lebih lanjut:

• Penurunan nilai aset: Faktor utama yang menyebabkan risiko insolvensi adalah
penurunan nilai aset LK. Ini bisa terjadi karena berbagai alasan, termasuk:
o Meningkatnya NPL (Non-Performing Loan): Ketika banyak kredit macet
dan tidak bisa dibayarkan kembali, nilai aset bank menurun.
o Kegagalan kredit yang disalurkan: Kredit yang diberikan kepada debitur
yang tidak memenuhi kewajibannya akan menyebabkan kerugian bagi bank dan
menurunkan nilai asetnya.
o Krisis ekonomi: Kondisi ekonomi yang buruk dapat menyebabkan penurunan
nilai aset secara keseluruhan, termasuk aset milik LK.
• Hubungan dengan modal/kapital: Modal/kapital berfungsi sebagai penyangga
keuangan LK untuk menghadapi kerugian yang tidak terduga. Jika penurunan nilai aset
melebihi jumlah modal yang dimiliki, LK akan mengalami kekurangan modal dan
berisiko menjadi insolvent.

Dampak dari Insolvency Risk:

• Ketidakmampuan memenuhi kewajiban: LK yang insolvent tidak dapat memenuhi


kewajibannya kepada kreditor, seperti nasabah dan pemegang obligasi.
• Kehilangan kepercayaan: Ketidakmampuan memenuhi kewajiban dapat
menyebabkan hilangnya kepercayaan dari nasabah dan investor, yang berdampak
negatif pada reputasi dan stabilitas LK.
• Penutupan LK: Dalam kasus yang parah, LK yang insolvent dapat ditutup oleh
otoritas terkait untuk melindungi kepentingan nasabah dan menjaga stabilitas sistem
keuangan.

Mitigasi Insolvency Risk:

• Manajemen risiko kredit yang baik: LK perlu menerapkan manajemen risiko kredit
yang baik untuk mencegah terjadinya kredit macet dan kegagalan kredit.
• Mempertahankan tingkat modal yang memadai: LK perlu mempertahankan tingkat
modal yang cukup untuk menyerap kerugian yang tidak terduga dan menjaga
solvabilitasnya.
• Diversifikasi aset: LK perlu melakukan diversifikasi aset untuk mengurangi
ketergantungan pada aset tertentu dan mengurangi risiko penurunan nilai aset secara
tiba-tiba.

Dengan memahami dan mengelola risiko insolvensi, LK dapat menjaga stabilitas keuangannya
dan melindungi kepentingan nasabah dan investor.

Slide 30

Benar, krisis 1998-2000an di Indonesia menyebabkan berbagai dampak negatif pada sektor
perbankan, termasuk:

Peningkatan NPL (Non-Performing Loan):

• Krisis ekonomi menyebabkan banyak debitur mengalami kesulitan keuangan dan tidak
mampu membayar pinjaman mereka.
• Hal ini menyebabkan NPL bank-bank di Indonesia meningkat secara signifikan.
• NPL yang tinggi membebani bank dengan biaya dan risiko yang besar, dan dapat
menyebabkan penurunan profitabilitas dan solvabilitas bank.

Penurunan CAR (Capital Adequacy Ratio):

• CAR adalah rasio yang menunjukkan kecukupan modal bank untuk menanggung
risiko.
• Penurunan CAR bank-bank di Indonesia disebabkan oleh:
o Peningkatan NPL yang menggerus modal bank.
o Penurunan nilai aset bank akibat krisis ekonomi.
o Ketidakmampuan bank untuk meningkatkan modalnya karena kondisi pasar
yang sulit.
• CAR yang rendah menunjukkan bahwa bank tidak memiliki cukup modal untuk
menanggung risiko, dan meningkatkan risiko insolvensi bank.

Insolvency dan Loss:

• Bank dengan CAR yang rendah dan NPL yang tinggi berisiko mengalami
insolvensi, yaitu tidak mampu memenuhi kewajibannya kepada kreditor.
• Insolvensi bank dapat menyebabkan loss bagi LK (Lembaga Keuangan) terkait, seperti:
o Nasabah yang kehilangan simpanannya di bank.
o Pemegang obligasi bank yang tidak dapat menerima pembayaran bunga dan
pokok utang.
o Pemerintah yang harus menanggung biaya penyelamatan bank.

Dampak Krisis 1998-2000an:

• Krisis 1998-2000an menyebabkan banyak bank di Indonesia mengalami kesulitan


keuangan dan beberapa bank bahkan harus ditutup.
• Hal ini menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan
dan menghambat pemulihan ekonomi nasional.

Upaya Pemulihan:

• Pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk mengatasi krisis


perbankan, antara lain:
o Penyelamatan bank-bank yang mengalami kesulitan keuangan.
o Penguatan regulasi dan pengawasan perbankan.
o Peningkatan edukasi dan literasi keuangan masyarakat.

Kesimpulan:

Krisis 1998-2000an memberikan pelajaran penting bagi sektor perbankan di Indonesia tentang
pentingnya:

• Manajemen risiko yang baik.


• Kecukupan modal bank.
• Regulasi dan pengawasan perbankan yang efektif.
• Edukasi dan literasi keuangan masyarakat yang tinggi.
Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, diharapkan sektor perbankan di Indonesia
dapat lebih tangguh dalam menghadapi krisis di masa depan.

Slide 31

Pengaruh Kesembilan Jenis Risiko pada Pengambilan Keputusan dan Strategi


Pengelolaan Risiko LK

Benar, kesembilan jenis risiko yang dihadapi LK (Lembaga Keuangan) akan mempengaruhi
proses pengambilan keputusan manajemen dan strategi pengelolaan risiko. Berikut
penjelasannya:

Pengaruh pada Pengambilan Keputusan:

• Manajemen LK perlu mempertimbangkan semua jenis risiko sebelum mengambil


keputusan terkait bisnis, investasi, dan pendanaan.
• Keputusan yang diambil harus memperhitungkan potensi dampak dari setiap jenis
risiko dan bagaimana risiko tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan.
• Manajemen perlu memiliki pemahaman yang baik tentang interaksi antara berbagai
jenis risiko dan bagaimana interaksi tersebut dapat mempengaruhi solvabilitas LK.

Pengaruh pada Strategi Pengelolaan Risiko:

• LK perlu mengembangkan strategi pengelolaan risiko yang komprehensif untuk


mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan semua jenis risiko.
• Strategi ini harus disesuaikan dengan profil risiko LK dan mempertimbangkan
interaksi antara berbagai jenis risiko.
• LK perlu menggunakan berbagai instrumen dan teknik untuk mengelola
risiko, seperti:
o Penetapan batas risiko.
o Diversifikasi portofolio.
o Hedging.
o Asuransi.

Interaksi dan Korelasi Antar Risiko:

• Masing-masing jenis risiko saling tergantung satu sama lain. Contoh:


o Credit risk dan interest risk berkorelasi positif. Ketika suku bunga
naik, risiko kredit juga meningkat karena debitur akan lebih sulit untuk
membayar pinjaman mereka.
o Liquidity risk berkorelasi dengan interest risk dan credit risk. Ketika suku
bunga naik, nilai aset LK dapat turun, yang dapat menyebabkan liquidity risk.
o Operational risk dapat meningkatkan credit risk dan liquidity
risk. Kegagalan sistem IT, misalnya, dapat menyebabkan kerugian finansial
dan mengganggu operasi LK.

Dampak pada Solvency Risk:

• Masing-masing risiko berinteraksi dan mempengaruhi solvency risk LK. Solvency


risk adalah risiko LK tidak mampu memenuhi kewajibannya kepada kreditor.
• LK dengan tingkat solvency risk yang tinggi lebih berisiko mengalami
kebangkrutan.
• Manajemen LK perlu mengelola semua jenis risiko secara efektif untuk menjaga
solvency risk pada tingkat yang rendah.

Kesimpulan:

Kesembilan jenis risiko yang dihadapi LK saling terkait dan dapat berdampak signifikan pada
solvabilitas LK. Manajemen LK perlu memiliki pemahaman yang baik tentang interaksi antar
risiko dan mengembangkan strategi pengelolaan risiko yang komprehensif untuk menjaga
stabilitas dan kelangsungan hidup LK.
Slide 32

Risiko Discrete/Even dan Dampaknya pada LK

Benar, risiko discrete/even adalah salah satu risiko yang dihadapi LK (Lembaga Keuangan)
yang dapat mempengaruhi profitability, risk exposure, dan aset LK. Berikut penjelasannya:

Definisi Risiko Discrete/Even:

Risiko discrete/even adalah risiko yang terjadi akibat peristiwa tertentu yang dapat
diidentifikasi dan memiliki dampak yang signifikan pada LK. Contohnya:

• Bencana alam: Gempa bumi, banjir, dan tsunami dapat menyebabkan kerusakan aset
LK dan mengganggu operasinya.
• Serangan siber: Peretasan dan pencurian data dapat menyebabkan kerugian finansial
dan reputasi bagi LK.
• Kesalahan manusia: Kesalahan dalam pengambilan keputusan atau operasi dapat
menyebabkan kerugian finansial bagi LK.

Dampak Risiko Discrete/Even:

• Profitability: Risiko discrete/even dapat menyebabkan penurunan profitabilitas LK


karena:
o Kerusakan aset.
o Gangguan operasi.
o Kerugian finansial.
• Risk exposure: Risiko discrete/even dapat meningkatkan risk exposure LK karena:
o Penurunan nilai aset.
o Peningkatan risiko kredit.
o Peningkatan risiko reputasi.
• Aset LK: Risiko discrete/even dapat menyebabkan:
o Kerusakan aset fisik.
o Kehilangan aset digital.
o Penurunan nilai aset.

Mitigasi Risiko Discrete/Even:

LK dapat melakukan beberapa langkah untuk memitigasi risiko discrete/even, antara lain:

• Melakukan analisis risiko: LK perlu mengidentifikasi dan menilai risiko


discrete/even yang dihadapinya.
• Mengembangkan rencana mitigasi: LK perlu mengembangkan rencana untuk
mengurangi dampak risiko discrete/even.
• Membeli asuransi: LK dapat membeli asuransi untuk melindungi diri dari kerugian
finansial akibat risiko discrete/even.
• Meningkatkan budaya risiko: LK perlu meningkatkan budaya risiko untuk
meningkatkan kesadaran dan kesigapan terhadap risiko discrete/even.

Kesimpulan:

Risiko discrete/even adalah salah satu risiko penting yang dihadapi LK. LK perlu melakukan
langkah-langkah untuk memitigasi risiko discrete/even untuk menjaga profitability, risk
exposure, dan asetnya.

Slide 33

Contoh Discrete Risk

Berikut adalah beberapa contoh discrete risk:


Perubahan:

• Perubahan Undang-Undang Pajak: Perubahan undang-undang pajak dapat


meningkatkan beban pajak LK dan menurunkan profitabilitasnya.
• Perubahan Kebijakan Regulasi: Perubahan kebijakan regulasi dapat membatasi
kegiatan LK dan meningkatkan risikonya.
• Perubahan Kondisi Pasar Uang: Perubahan kondisi pasar uang, seperti suku bunga
dan nilai tukar, dapat mempengaruhi nilai aset dan profitabilitas LK.

Kejadian:

• Fraud (Penipuan): Penipuan oleh karyawan atau pihak eksternal dapat menyebabkan
kerugian finansial bagi LK.
• Theft (Pencurian): Pencurian aset LK dapat menyebabkan kerugian finansial dan
mengganggu operasinya.
• Earthquake (Gempa Bumi): Gempa bumi dapat menyebabkan kerusakan aset LK dan
mengganggu operasinya.
• Storm (Badai): Badai dapat menyebabkan kerusakan aset LK dan mengganggu
operasinya.
• Malfeasance (Kesalahan Jabatan): Kesalahan jabatan oleh karyawan LK dapat
menyebabkan kerugian finansial bagi LK.
• Breach of Fiduciary Trust (Pelanggaran Kepercayaan Fidusia): Pelanggaran
kepercayaan oleh pihak yang memiliki tanggung jawab fidusia kepada LK dapat
menyebabkan kerugian finansial bagi LK.

Makroekonomi:

• Kenaikan Inflasi: Kenaikan inflasi dapat menyebabkan penurunan nilai aset riil LK
dan meningkatkan biaya operasinya.
• Volatilitas Inflasi: Volatilitas inflasi dapat membuat LK sulit untuk memprediksi
pendapatan dan pengeluarannya.
• Pengangguran: Pengangguran yang tinggi dapat menyebabkan penurunan permintaan
kredit dan meningkatkan risiko kredit LK.

Dampak Discrete Risk:

Discrete risk dapat berdampak signifikan pada LK, antara lain:

• Kerugian finansial: Discrete risk dapat menyebabkan kerugian finansial bagi LK


karena kerusakan aset, gangguan operasi, dan denda.
• Penurunan profitabilitas: Discrete risk dapat menurunkan profitabilitas LK karena
penurunan pendapatan dan peningkatan biaya.
• Peningkatan risiko: Discrete risk dapat meningkatkan risiko LK, seperti risiko
kredit, risiko pasar, dan risiko operasional.

Mitigasi Discrete Risk:

LK dapat melakukan beberapa langkah untuk memitigasi discrete risk, antara lain:
• Melakukan analisis risiko: LK perlu mengidentifikasi dan menilai discrete risk yang
dihadapinya.
• Mengembangkan rencana mitigasi: LK perlu mengembangkan rencana untuk
mengurangi dampak discrete risk.
• Membeli asuransi: LK dapat membeli asuransi untuk melindungi diri dari kerugian
finansial akibat discrete risk.
• Meningkatkan budaya risiko: LK perlu meningkatkan budaya risiko untuk
meningkatkan kesadaran dan kesigapan terhadap discrete risk.

Kesimpulan:

Discrete risk adalah salah satu risiko penting yang dihadapi LK. LK perlu melakukan langkah-
langkah untuk memitigasi discrete risk untuk menjaga stabilitas dan kelangsungan hidup LK.

Slide 34
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai