Permen Lingker 05 Tahun 2018 1
Permen Lingker 05 Tahun 2018 1
I. Latar Belakang
II. Dasar Hukum
III. Pengertian
IV. Ruang Lingkup dan Tujuan
V. Pengukuran dan Pengendalian Lingkungan Kerja
VI. Penerapan Higiene dan Sanitasi
VII. Personil K3
VIII. Pemeriksaan dan Pengujian
IX. Peninjauan Berkala
X. Pengawasan
XI. Sanksi
XII. Ketentuan Peralihan
XIII. Ketentuan Penutup
I. Latar belakang
Internal
Amanat Pasal 5 dan Pasal 6 Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional
Nomor 120 yang telah di ratifikasi melalui UU No 3 tahun 1969 tentang
Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No 120 Mengenai
Higiene Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor;
Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3 ayat (1) huruf huruf i, j, k, l dan m Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
Pengaturan dalam PMP No 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan dan Penerangan dalam Tempat Kerja yang sudah berusia lebih dari
54 tahun sudah tidak sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan
dunia kerja saat ini;
Pasal 17 Permenaker No 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Kimia di Tempat Kerja, mengamanatkan perlu nya peninjauan
kembali sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali sejak diterbitkan, namun
sampai dengan saat ini belum pernah dilakukan perubahan terhadap peraturan
ini, walaupun banyak perubahan terhadap Nilai Ambang Batas;
Penegakan hukum terhadap PMP No 7 Tahun 1964 sulit dilakukan karena tidak
mengacu pada sanksi hukum baik dalam UU No 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja ataupun UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Eksternal
kimia;
biologi;
ergonomi; dan
psikologi
fasilitas Kebersihan;
Faktor Biologi,
Faktor Psikologi
Kebisingan;
Getaran;
Pencahayaan.
Standar
IKLIM KERJA (Ps.9)
Iklim Kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, NAB Iklim Kerja Indeks Suhu Basah
kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas
radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari Dan Bola (ISBB) Yang
tubuh Tenaga Kerja sebagai akibat pekerjaannya Diperkenankan
meliputi tekanan panas dan dingin.
Tekanan Dingin adalah pengeluaran panas akibat pajanan terus menerus terhadap dingin
yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas sehingga mengakibatkan
hipotermia (suhu tubuh di bawah 36 derajat Celsius).
Standar Iklim Kerja Dingin (Cold Stress)
Pengendalian terhadap Iklim Kerja:
a.menghilangkan sumber panas atau sumber dingin dari Tempat Kerja;
b.mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber panas atau
sumber dingin;
c.mengisolasi atau membatasi pajanan sumber panas atau sumber dingin;
d.menyediakan sistem ventilasi;
e.menyediakan air minum;
f.mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber panas atau sumber
dingin;
g.penggunaan baju kerja yang sesuai;
h.penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
i.melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
KEBISINGAN (Ps.10)
Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) Nilai Ambang Batas Radiasi Ultra Ungu
binatang berbisa;
berbahaya lainnya.
Pengendalian bahaya faktor biologi dengan:
a.menghilangkan sumber bahaya Faktor Biologi dari Tempat Kerja;
b.mengganti bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber bahaya Faktor Biologi;
c.mengisolasi atau membatasi pajanan sumber bahaya Faktor Biologi;
d.menyediakan sistem ventilasi;
e.mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya Faktor Biologi;
f.menggunakan baju kerja yang sesuai;
g.menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
h.memasang rambu-rambu yang sesuai;
i.memberikan vaksinasi apabila memungkinkan;
j.meningkatkan Higiene perorangan;
k.memberikan desinfektan;
l.penyediaan fasilitas Sanitasi berupa air mengalir dan antiseptik; dan/atau
m.pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.
V. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA
melakukan pekerjaan;
desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan
melakukan pekerjaan dengan sikap tubuh dalam posisi netral atau baik;
dan/atau
menggunakan alat bantu
V. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA
konflik peran;
Jika hasil pengukuran psikologi terdapat potensi bahaya harus dilakukan pengendalian
sehingga memenuhi standar.
Pengendalian faktor psikologi melalui manajemen stress dengan:
melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi Tenaga Kerja;
mengadakan program kebugaran bagi Tenaga Kerja;
mengadakan program konseling;
mengadakan komunikasi organisasional secara memadai;
memberikan kebebasan bagi Tenaga Kerja untuk memberikan masukan dalam proses
pengambilan keputusan;
mengubah struktur organisasi, fungsi dan/atau dengan merancang kembali pekerjaan yang
ada;
menggunakan sistem pemberian imbalan tertentu; dan/atau
pengendalian lainnya sesuai dengan kebutuhan.
V. PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA
Meliputi:
1. Bangunan Tempat Kerja
- halaman;
bersih, tertata rapi, rata, dan tidak becek; dan cukup luas untuk lalu lintas orang dan barang
saluran air pembuangan pada halaman, maka saluran air harus tertutup dan terbuat dari
bahan yang cukup kuat serta air buangan harus mengalir dan tidak boleh tergenang.
- gedung, meliputi dinding dan langit-langit, atap; dan lantai.
gedung dalam kondisi:
cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2 (dua) meter persegi per orang.
Dinding dan langit-langit harus:
kering atau tidak lembab;
Lantai harus:
terbuat dari bahan yang keras, tahan air, dan tahan dari bahan kimia
yang merusak;
datar, tidak licin, dan mudah dibersihkan; dan
boleh kurang dari 2/3 (dua pertiga) jumlah jamban yang dipersyaratkan
Ratio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja area
konstruksi atau Tempat Kerja sementara
untuk 1-19 orang = 1 (satu) jamban;
untuk 20 -199 orang = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk setiap 40 (empat
puluh) orang;
untuk 200 orang atau lebih = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk setiap 50
(lima puluh) orang.
Ukuran Toilet
Ruang Toilet paling sedikit berukuran:
panjang 80 cm, lebar 155 cm, tinggi 220 cm lebar pintu 70 cm.
Ruang Toilet untuk penyandang disabilitas harus memenuhi
persyaratan:
Panjang 152,5 cm;
lebar 227,5 cm;
tinggi 240 cm;
mempunyai akses masuk dan keluar yang mudah dilalui;
mempunyai luas ruang bebas yang cukup untuk pengguna kursi roda bermanuver 180 derajat;
lebar pintu masuk berukuran paling sedikit 90 cm yang mudah dibuka dan ditutup.
pintu Toilet dilengkapi dengan plat tendang di bagian bawah pintu untuk pengguna kursi roda
dan penyandang disabilitas netra;
kemiringan lantai tidak lebih dari 7 (tujuh) persen; dan
mempunyai pegangan rambat untuk memudahkan pengguna kursi roda berpindah dari kursi
roda ke jamban ataupun sebaliknya.
Pakaian Kerja dan Ruang Ganti Pakaian
Tenaga Kerja dalam perusahaan tertentu dapat diwajibkan
memakai pakaian kerja sesuai syarat-syarat K3 yang
ditetapkan.
Pakaian kerja harus disediakan oleh Pengurus .
Dalam hal Tenaga Kerja menggunakan pakaian kerja
hanya selama bekerja, Pengurus harus menyediakan ruang
ganti pakaian yang bersih, terpisah antara laki-laki dan
perempuan serta pemakaiannya harus diatur agar tidak
berdesakan.
Ruang ganti pakaian harus tersedia tempat menyimpan
pakaian/loker untuk setiap Pekerja yang terjamin
keamanannya.
Tempat sampah dan peralatan Kebersihan harus disediakan
pada setiap Tempat Kerja.
Tempat sampah harus:
ruang udara.
Kewajiban Personil K3
mematuhi peraturan perundang-undangan dan standar yang telah ditetapkan;
melaporkan pada atasan langsung mengenai kondisi pelaksanaan pengukuran, pengendalian
lingkungan kerja, dan penerapan Higiene Sanitasi;
bertanggungjawab atas hasil pelaksanaan pengukuran, pengendalian lingkungan kerja, dan
penerapan Higiene Sanitasi di Tempat Kerja;
membantu Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja dalam melaksanakan
pemeriksaaan dan Pengujian K3 Lingkungan Kerja; dan
melaksanakan kode etik profesi.
VIII. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN (Ps.58-68)
2. Berkala dilakukan secara eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sesuai
dengan penilaian risiko atau ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi sda.
3. Ulang dilakukan apabila hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebelumnya baik secara
internal maupun eksternal terdapat keraguan.
4. Khusus dilakukan setelah kecelakaan kerja atau laporan dugaan tingkat pajanan di atas
NAB
Mekanisme
Pengawasan pelaksanaan
K3 Lingkungan Kerja dilaksanakan oleh
Pengawas Ketenagakerjaan
Spesialis K3 Lingkungan Kerja
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
XI. Sanksi (Ps. 71)