Anda di halaman 1dari 20

KEBIJAKAN

PERBERASAN
• Berbagai kebijakan Beras di Indonesia
http://www.bulog.co.id/kebijakan.php terdiri dari berbagai
kebijakan diantaranya:
1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 Tahun 2012
Tentang Pangan
2. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2015 Tentang
Ketahanan Pangan dan Gizi
3. Perpres Nomor 71 Tahun 2015 Tentang Penetapan Dan
Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok Dan Barang Penting
4. Perpres 48-2016 Tentang Penugasan BULOG Dalam
Rangka Ketahanan Pangan Nasional
5. Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2015
Tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran
Beras oleh Pemerintah
6. Peraturan Menteri Sosial No. 20 Tahun 2012 Tentang
Prosedur dan Mekanisme Penyaluran Cadangan Beras
Pemerintah Untuk Penanganan Tanggap Darurat
7. Peraturan Menteri Perdagangan No. 04/M-DAG/PER/1/2012
Tentang Cadangan Beras Pemerintah Untuk Stabilisasi
Harga
Sejarah panjang bangsa ini telah
mencatat bahwa dalam sebutir
beras terkandung berbagai dimensi
kehidupan. Mulai dari dimensi
ekonomi, sosial, keadilan, hak asasi,
nasionalisme, spiritual, hingga
dimensi politik. Sampai kapan pun
permasalahan beras akan selalu
menjadi permasalahan bangsa dari
waktu ke waktu, dari generasi ke
generasi.
a. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat
Indonesia
 UU No. 7/1996 tentang Pangan
b. Bobot pengeluaran Rumah Tangga untuk pangan
43,37% (SBH 2008) dan khusus untuk RTM 74,07%
(2008).
c. Pangan adalah sektor penentu tingkat kesejahteraan
masyarakat di pedesaan dan konsumen/masyarakat
miskin di perkotaan.
d. Kebijakan Perberasan merupakan upaya
meningkatkan Ketahanan Pangan.
e. Beras merupakan pangan pokok yang dihasilkan
oleh banyak petani dan dikonsumsi oleh mayoritas
masyarakat Indonesia
 BERAS UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
 PERLU STABILITAS HARGA DAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN BERAS NASIONAL
• Beras mempunyai peran strategis
dalam memantapkan ketahanan
pangan, ketahanan ekonomi, dan
keamanan serta stabilitas politik
nasional. Goncangan politik pada tahun
1966 dan 1998 dapat berubah menjadi
krisis politik yang dahsyat karena harga
pangan melonjak tinggi dalam waktu
singkat. Kondisi ini menunjukkan
bahwa beras masih menjadi komoditas
strategis secara politis.
Beras merupakan komoditi yang unik, tidak saja
bagi bangsa Indonesia, tetapi juga bagi
sebagian besar negara-negara Asia. Keunikan
dari beras antara lain:
• Pertama, 90 persen produksi dan konsumsi
beras berada di Asia.
• Kedua pasar beras sangat tipis, yaitu hanya
sekitar 4% – 5% dari total produksi.
• Ketiga, harga beras sangat tidak stabil apabila
dibandingkan dengan komoditas pangan
lainnya.
• Keempat, 80 % perdagangan beras dunia
dikuasai oleh 6 negara yaitu Thailand, Amerika
Serikat, Vietnam, Pakistan, Cina dan
Myanmar.
• Kelima, struktur pasar oligopolitik, dengan
sigmentasi pasar terutama disebabkan oleh
perbedaan selera, sehingga pertukaran antar
sigmen pasar dalam hubungan suplai dan
demand sulit diantisipasi.
• Keenam, Indonesia yang negara agraris
merupakan negara net importir terbesar akhir
ini.
• Ketujuh, di sebagian besar negara di Asia,
umumnya beras diperlakukan sebagai ways
goods dan political goods.
Harga Gabah Terkini
• http://aplikasi2.pertanian.go.id/sim
harga2017/gabah/hgb1
Perkembangan Rata-rata Harga Gabah di
Tingkat Petani di Indonesia Thn 2020

Bulan
NO Kualitas HPP
Januari Februari Maret April Mei

1 a. GKG 4600 5798 5826 0 0 0

2 b. GKP 3700 5273 5176 0 0 0

3 c. Kualitas Rendah 0 4690 4774 0 0 0

Sumber : BPS Laporan Monitoring Harga Gabah


Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi di
Indonesia
2014 - 2018
STABILISASI HARGA BERAS
a. BULOG melakukan intervensi pasar melalui 3
jalur yaitu (langsung) ke pasar melalui program
OSHB, CBP, dan melalui program Raskin
(tidak langsung).
b. Intervensi akan efektif bila dilakukan tepat
waktu, tepat jumlah serta mempertimbangkan
kekuatan stok BULOG.
c. Intervensi pasar menyebabkan harga beras DN
lebih stabil dibanding harga beras LN, dan
lebih stabil dibandingkan dengan harga pangan
lain.
TUJUAN DAN SASARAN
RASKIN
Tujuan Program RASKIN adalah
mengurangi beban pengeluaran Rumah
Tangga Sasaran melalui pemenuhan sebagian
kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras
.

Sasaran Program RASKIN Tahun


2009 adalah berkurangnya beban pengeluaran
18,5 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS)
berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),
melalui pendistribusian beras bersubsidi
sebanyak 15 Kg/RTS/bulan selama 12 bulan
dengan harga tebus Rp 1.600 per kg netto di
tempat penyerahan yang disepakati (Titik
Distribusi atau Warung Desa).
– 2009
URAIAN Satuan 2006 2007 2008 2009

1. Sasaran RTS 19.100.000 19.100.000 19.100.000 18.500.000


2. Pagu Alokasi
- Kuantum ton 1.624.500 1.736.007 3.342.500 3.329.514
- RTM RTM 10.830.000 15.781.884 19.100.000 18.500.000
- Alokasi/RTM/bln kg 15 10 15 15
- Durasi bln 10 11 12 12
3. Realisasi
- Kuantum ton 1.624.089 1.731.804 3.238.626 831.781
- RTM RTM 13.882.731 16.736.411 19.085.706 18.444.539
4. Pencapaian
- Kuantum % 99,97 99,76 96,89 24,98
- RTM % 128,19 106,05 99,93 99,70
Data Raskin Thn 2015
(Sumber: Bulog, 27 Feb
2015)

• RTM sasaran 15.530.897 RTM


• Reaslisasi 210.204 Ton
• RTM penerima 15.530.897 RTM
• Realisasi Pengadaan 2.349.802
Ton
Cadangan Beras Pemerintah
(CBP)

• Diperlukan untuk memperkuat


ketahanan pangan termasuk
kawasan Asia.
• Situasi Darurat ( Bencana
Alam; Konflik Sosial; Rawan
Pangan )
• Stabilisasi Harga
CADANGAN BERAS PEMERINTAH
Tahun 2005 - 2009
Tahun
URA IA N
2005 2006 2007 2008 2009
Stok Awal 338.764 337.261 177.464 348.730
Tambahan CBP 350.000 92.398 255.682 204.082 181.818 *)
Pemanfaatan CBP
- Bantuan Darurat/Korban Bencana 11.236 34.122 19.041 8.749 2.749
- Pengendalian Harga Beras Kons (OPM) - 59.779 318.702 -
- OPK - CBP RASKIN 77.736 24.067
To tal Pemanfaatan 11.236 93.901 415.479 32.816 2.749
Stok Akhir 338.764 337.261 177.464 348.730 345.981
HPP (Harga Pembelian
Pemerintah)
• GKP tingkat petani Rp 4.200/kg
• GKP tingkat penggilingan Rp 4.250/kg
• GKG tingkat penggilingan Rp.
5.250/kg
• GKG di Gudang Bulog Rp. 5.300/Kg
• Beras di gudang Bulog Rp 8.300/kg

Sumber: Bulog, 2020


Penguatan Stok Beras
• Selama beberapa tahun terakhir kondisi stok beras
pemerintah begitu mengkhawatirkan. Padahal, stok
beras yang dikuasai pemerintah selalu menjadi tolok
ukur kondisi ketahanan pangan Republik ini.
Implikasinya  pertaruhan kedaulatan dan ketahanan
pangan bangsa, melalui kebijakan-kebijakan yang
bersifat ad hoc.
• Pengalaman empiris tahun-tahun sebelumnya
menunjukkan bahwa kegagalan pemenuhan target
pengadaan gabah/beras oleh Perum Bulog selalu
menimbulkan kegaduhan.
• Nyaris tidak ada upaya yang benar-benar terencana
agar kegaduhan tidak terulang. Ujung-ujungnya juga
selalu sama: kondisi kekurangan stok beras yang
dikuasai pemerintah selalu menjadi justifikasi untuk
”panen” beras di pelabuhan (baca: impor)
• Penyebab:
1. Target tak tercapai  2015 Target pengadaan
gabah/beras yang dipatok pemerintah 2,7 juta
ton setara beras, hingga akhir Mei baru
terealisasi 700.000 ton setara beras. Padahal,
panen musim rendeng merupakan tumpuan bagi
Bulog dalam pengadaan gabah/beras 60% dari
target setahun.
Penyebab utama : molornya penandatanganan
payung hukum pengadaan gabah/beras.
Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan
Penyaluran Beras oleh Pemerintah baru
ditandatangani 17 Maret 2015 I(saat puncak
panen musim rendeng hampir berlalu). Padahal,
mekanisme pembelian gabah oleh Bulog kepada
petani harus melalui proses yang rumit dan
dengan time lag yang panjang pula.
2. Jemput bola Bulog harus sigap melakukan
tugasnya dalam menyerap gabah petani, tidak
lagi mengandalkan pengadaan oleh mitra-mitra
Bulog yang hanya memperpanjang mata rantai
perdagangan. Bulog harus menjemput bola,
memperbanyak dan memaksimalkan kinerja
satuan tugas pengadaan pada unit pengolahan
gabah dan beras (UPGB).
Perlu dijalin kerja sama dengan kelompok tani,
gabungan kelompok tani, serta lembaga
ekonomi pedesaan lainnya. Upaya ini
diharapkan mampu memperpendek mata rantai
penjualan gabah/beras sehingga lebih
menguntungkan petani.
3. Bersaing tengkulak  kenyataannya, gabah
petani banyak yang diserap oleh tengkulak.
4. Kualitas gabah  Selama ini Bulog selalu
beralasan bahwa kualitas gabah petani jelek, 
penyerapan sangat rendah. Padahal, sudah ada
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
71/Permentan/PP.200/12/2015 tentang Pedoman
Harga Pembelian Gabah di Luar Kualitas oleh
Pemerintah. Permentan ini memberi keleluasaan
Bulog untuk membeli gabah petani dalam segala
kualitas. Sesuai Inpres No 5/2015 GKP dengan
kadar air 25 persen dan kadar hampa10 persen
harganya Rp 3.700 per kg di tingkat petani danRp
3.750 per kg di penggilingan. Harga GKP dengan
kualitas di luar ketentuan seperti yang diatur dalam
Inpres No 5/2015 dapat dibaca dalam tabel rafaksi
yang tertuang dalam Permentan No 71/2015.

Anda mungkin juga menyukai