Anda di halaman 1dari 15

Gerakan 30 September:

SUPERSEMAR/
SUPERTASMAR
Kelompok 6 :
Ade F
Nova E
Wahyuni A. P
LATAR BELAKANG G30S
Terjadinya Perang Kemerdekaan PKI juga mulai masuk dalam sistem
Indonesia kedua membuat keadaan menjadi serba darurat. parlementer. Secara umum, G30S/PKI dilatarbelakangi oleh
Pemerintah Indonesia tidak sempat menuntaskan tindakan kemunculan konsep ideologi Nasionalisme, Agama dan
pembubaran PKI. Kaum kiri yang sebelumnya menjadi Komunisme (Nasakom) yang berlangsung dari tahun 1959-
tawanan terpaksa dilepas atau berhasil lolos dari 1965 di bawah kekuasaan Presiden Soekarno. Presiden
penjara. Soekarno ingin menyertakan PKI dalam konsep Nasakom
Mengutip dari buku Tragedi Fajar Perseteruan Tentara-PKI tersebut.
dan Peristiwa G30S karya Agus Salim, PKI mulai bangkit Di sisi lain, TNI AD masih tidak bisa
kembali pada 1949. Salah satu tokoh PKI yang berhasil menerima keberadaan PKI. TNI AD pun menolak konsep
lolos adalah Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit, sosok Nasakom karena dianggap hanya menguntungkan PKI. Hal
muda yang kemudian menjadi pemimpin terakhir PKI. ini memicu ketidakharmonisan hubungan antara TNI AD
Di bawah kepemimpinan DN Aidit, PKI dan PKI. Pertentangan ini juga turut melatarbelakangi
semakin berkembang dengan pesat. Jumlah anggota PKI peristiwa G30S/PKI.
semakin meningkat dari 8.000 anggota hingga menjadi 3
juta anggota.
TUJUAN G30S/PKI
Tujuan G30S/PKI
Tujuan utama G30S/PKI adalah menggulingkan pemerintahan Presiden
Soekarno dan mengganti negara Indonesia menjadi negara komunis.

Menghancurkan Negara Kesatuan Republik


Indonesia (NKRI) dan menjadikannya sebagai
negara komunis.
Mewujudkan cita-cita PKI untuk Kudeta yang dilakukan kepada Presiden
menjadikan ideologi komunis dalam Soekarno tak lepas dari rangkaian kegiatan
membentuk sistem pemerintahan komunisme internasional.
Menyingkirkan TNI AD dan
merebut kekuasaan pemerintahan

Mengganti ideologi Pancasila


menjadi ideologi komunis
KRONOLOGI G30S/PKI
Tindakan dan penyebarluasan ideologi komunis yang
dilakukan oleh PKI menimbulkan kecurigaan dari kelompok anti-
komunis. Kecurigaan tersebut memunculkan desas-desus tentang
adanya sekelompok jenderal atau Dewan Jenderal yang hendak
mengudeta presiden Soekarno.
Di tengah kecurigaan tersebut, Letnan Kolonel Untung
Samsuri selaku Komandan Batalyon I Kawal Resimen Cakrabirawa
(pasukan khusus pengawal presiden) memimpin sekelompok pasukan
untuk menculik sejumlah perwira tinggi TNI AD yang terlibat dalam
Dewan Jenderal.
Perwira tinggi TNI AD yang dimaksud adalah Letnan
Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto,
Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo
Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan Brigadir Jenderal
Sutoyo Siswomiharjo.
Dalam buku G30S, Fakta atau Rekayasa? karya
Julius Pour, Letkol Untung membagi eksekutor ke
dalam tiga satuan tugas. Yakni Satgas Pasopati,
Satgas Bimasakti dan Satgas Pringgodani.
Ketiga pasukan tersebut mulai melancarkan
aksinya pada tengah malam, tepatnya pada pergantian Hari Kamis,
30 September menuju Hari Jumat, 1 Oktober 1965. Gerakan yang
sebelumnya dinamakan Operasi Takari ini kemudian diubah
menjadi Gerakan 30 September.
Sebenarnya, tidak ada perintah untuk
membunuh para perwira tinggi tersebut. Namun, Kepala Biro
Khusus PKI Sjam Kamaruzaman menginstruksikan untuk
membawa para jenderal baik dalam keadaan hidup atau mati.
Saat memasuki waktu fajar, seluruh pasukan
G30S kembali ke Lubang Buaya. Wakil Komandan Satgas
Pringgodani Mayor Gatot Soekrisno kebingungan ketika para
pasukan menurunkan empat orang yang terikat dan ditutup
matanya serta tiga mayat. Keempat orang yang masih hidup
kemudian dieksekusi dengan ditembak mati oleh pasukan G30S.
Pihak TNI AD yang berpihak kepada ketujuh
jenderal menjadi yakin bahwa dalang dari Peristiwa G30S adalah
PKI. PKI melakukan itu karena ingin merebut kekuasaan dengan
cara menculik dan membunuh para perwira tinggi TNI AD yang
anti-komunis. Adapun desas-desus keberadaan Dewan Jenderal
hanya sebagai alibi bagi PKI untuk mendapatkan pembenaran atas
Peristiwa G30S.
KEMUNGKINAN
DALANG DARI
G30S/PKI
Kedua faksi ini sama-sama anti-PKI, tetapi berbeda
sikap dalam menghadapi Presiden Sukarno.
• Kelompok pertama, “faksi tengah” yang loyal
terhadap Presiden Sukarno, dipimpin Letjen TNI
Ahmad Yani, hanya menentang kebijakan Soekarno
tentang persatuan nasional karena PKI termasuk di
dalamnya.
• Kelompok kedua, “faksi kanan” bersikap menentang
kebijakan Ahmad Yani yang bernafaskan
Sukarnoisme. Dalam faksi ini ada Jenderal TNI AH
Nasution dan Mayjen TNI Soeharto.
Peristiwa G30S yang berdalih menyelamatkan Soekarno dari kudeta Dewan Jenderal, sebenarnya ditujukan bagi perwira-perwira utama “faksi tengah”
untuk melapangkan jalan bagi perebutan kekuasaan oleh kekuatan sayap kanan Angkatan Darat.
Selain mendukung versi itu, WF Wertheim menambahkan, Sjam Kamaruzaman yang dalam Buku Putih terbitkan Sekretariat Negara disebut sebagai
Kepala Biro Chusus Central PKI adalah “agen rangkap” yang bekerja untuk DN Aidit dan Angkatan Darat.

IR. SOEKARNO LETJEN SOEHARTO Central Intelligence Agency (CIA)

Ketika buku Dake terbit di Indonesia dengan judul Letjen TNI Soeharto, waktu itu menjabat
AS menyiapkan beberapa opsi terkait
Sukarno File (2005), keluarga Soekarno protes Menpangad, menerima delegasi KAMI
situasi politik di Indonesia.
keras dan menyebutnya sebagai pembunuhan (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), salah
Menurut David T Johnson dalam Indonesia
karakter terhadap Sukarno. satu organisasi antikomunis.
1965: The Role of the US Embassy,
Untuk menyanggah buku-buku tersebut, Yayasan Komandan Brigade Infanteri I Jaya Sakti
opsinya adalah membiarkan saja,
Bung Karno menerbitkan buku Bung Karno Komando Daerah Militer V, Kolonel Abdul
membujuk Soekarno beralih kebijakan,
Difitnah pada 2006. Latief dalam Pledoi Kolonel A. Latief:
menyingkirkan Soekarno, mendorong
Cetakan kedua memuat bantahan dari Kolonel Soeharto Terlibat G30S (1999)
Angkatan Darat merebut pemerintahan,
CPM Maulwi Saelan, wakil komandan Resimen mengungkapkan bahwa dia melaporkan akan
merusak kekuatan PKI dan merekayasa
Tjakrabirawa. adanya G30S kepada Soeharto di kediamannya
kehancuran PKI sekaligus menjatuhkan
di Jalan Haji Agus Salim Jakarta pada 28
Sukarno.
September 1965, dua hari sebelum operasi
dijalankan.
01
SUPERSEMAR
Surat Perintah Sebelas Maret
Usai penumpasan G30S PKI, situasi politik di Setelah menerima Supersemar, pada 12 Maret 1966
pemerintahan masih belum stabil sepenuhnya.Hal Letjen Soeharto membubarkan dan melarang PKI
tersebut membuat kepercayaan masyarakat terhadap beserta ormas-ormas yang bernaung atau senada
Presiden Soeharto saat itu makin menurun. dengannya di seluruh Indonesia.Supersemar dianggap
Ditambah kala itu Indonesia tengah menghadapi sebagai tonggak lahirnya pemerintahan Orde Baru.
situasi ekonomi yang memburuk.Kemudian pada 12 Pada Sidang Istimewa MPRS tanggal 7-12 Maret
Januari 1966, para pelajar, mahasiswa, dan 1967 di Jakarta, MPR secara resmi mengangkat
masyarakat mengajukan Tiga Tuntutan Rakyat atau Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia
disebut Tritura. Isi dari Tritura tersebut adalah kedua.Hingga kini, setiap tanggal 11 Maret
dibubarkannya PKI, bersihkan Kabinet Dwikora, dan diperingati sebagai Hari Supersemar. Hari ini
turunkan harga kebutuhan pokok. diperingati sebagai kelahiran Supersemar yang
merupakan bagian dari sejarah Indonesia.
ISI SUPERSEMAR :

1. 2. 3.

Mengambil segala tindakan yang dianggap


perlu untuk terjaminnya keamanan dan
Mengadakan koordinasi Supaya melaporkan segala sesuatu
ketenangan serta kestabilan jalannya
pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta pelaksanaan perintah dengan yang bersangkut paut dalam tugas
menjamin keselamatan pribadi dan Panglima-Panglima Angkatan Lain dan tanggung jawabnya seperti
kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima dengan sebaik-baiknya. tersebut di atas.
Tertinggi/Pemimpin Besar
Revolusi/Mandataris MPRS, demi untuk
keutuhan Bangsa dan Negara Republik
Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti
segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi.
02
SUPERTASMAR
Surat Perintah Tiga Belas Maret
Kelahiran Supertasmar disebut berawal ketika Soekarno marah
mendengar kabar bahwa Partai Komunis Indonesia dibubarkan oleh Soeharto
berdasarkan Surat Perintah Sebelas Maret. Perbuatan Suharto tersebut dianggap telah
melampaui wewenang Sukarno sebagai Presiden Republik Indonesia dan sebagai
mandataris MPR. Kemarahan Sukarno atas tindakan Suharto tersebut , menyebabkan
diterbitkannya Surat Perintah Tigabelas Maret 1966.
Sukarno marah besar melihat demonstrasi Supersemar itu. Makanya
pada tanggal 14 Maret 1966, dia memanggil semua panglima angkatan bersenjata ke
Istana dan memarahi mereka. Dia menegaskan bahwa Supersemar tidak pernah
dimaksudkan untuk mengambil langkah membubarkan PKI.
Sedangkan menurut Suharto , Supersemar (Surat Perintah 11 Maret
1966) berisi perintah Sukarno kepada Soeharto untuk mengambil langkah-langkah yang
diperlukan untuk memulihkan ketertiban dan keamanan umum. Perintah kedua adalah
meminta Soeharto untuk melindungi presiden, semua anggota keluarga, hasil karya dan
ajarannya.
Namun langkah pertama yang dilakukan Soeharto begitu menerima
surat tersebut adalah langsung membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan
Surat Keputusan Presiden No. 1/3/1966 yang ditandatanganinya pukul 04.00 Sabtu, 12
Maret 1966. Surat itu dibuat meng-atasnama kan presiden Sukarno dengan dasar mandat
Supersemar dari Sukarno yang ditafsirkan oleh Soeharto sendiri, bertentangan dengan
keinginan Sukarno.
Bukan hanya membubarkan PKI saja , tetapi ada beberapa tindakan yang dilakukan oleh Suharto berdasarkan Supersemar 1966 tersebut , antara lain :
Melarang semua kegiatan PKI dan menangkapi semua anggota PKI dan para simpatisannya.
Menangkap para menteri yang terlibat PKI.
Melakukan kontrol terhadap pers ( semua surat kabar )
Menjadikan Sukarno sebagai tahanan yang semula di Istana Bogor dan kemudian memindahkannya ke Wisma Yaso di Jakarta ( Kediaman Ratna Sari
Dewi ).
Maka Presiden Sukarno sempat mengecam keras aksi Suharto menggunakan Supersemar melampaui kewenangan yang diberikan
Presiden kepadanya. Dalam pidato kenegaraannya pada tanggal 17 Agustus 1966 yang berjudul : " Jangan sekali kali Meninggalkan Sejarah ( Jasmerah )
" , Sukarno menegaskan bahwa Supersemar bukanlah satu transfer of sovereignity dan bukan juga transfer of authrity . Jadi sama sekali bukan pengalihan
kekuasaan,
Namun dengan telah dikeluarkannya Supersemar tersebut , wewenang dan kekuasaan Sukarno sebagai Presiden , sudah tidak efektif
lagi , karena sebagian besar kekuatan angkatan darat sudah berada di tangan Suharto, bahkan Jenderal jenderal yang mendukung dan setia kepada
Presiden Sukarno pun disingkirkan ,seperti Jenderal Pranoto Reksosamudra, Jenderal Ibrahim Adjie, Jenderal Hartono .
Menurut sejarawan Baskara T. Wardaya penetapan Supersemar sebagai ketetapan MPRS telah mengikis habis kekuasaan Sukarno
sekaligus menghilangkan kemampuannya untuk mencegah tindakan politis yang dilakukan Soeharto atas nama surat tersebut. “Dia pun tak akan dapat
mencabut surat perintah itu,” tulis Baskara dalam Membongkar Supersemar.
Bagaimana nasib Supertasmar sekarang ?
Mengenai keberadaan Supertasmar sekarang , sama sekali tidak bisa ditemukan di manapun , bahkan bentuknya pun tidak pernah muncul. Sama seperti
hal nya Supersemar yang sampai kini Supersemar yang asli juga tidak pernah ditemukan.
SEKIAN..
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai