Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MANAJEMEN EPIDEMIOLOGI

KEBIASAAN MAKAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN


KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA
DI DESA PADENDE KECAMATAN MARAWOLA
Kelompok B – Kelas 9D:
Monica Beatrice Magaline
Pande Made Doddy Haryadi
Amalia Yuliasari
Firda Diah
Jurisna Maria Pangemanan
Mitha Ismi Istiqomah
Meilinda Laurensia Febrihianto
Dea Britta Hilda Setiani
Nunki Aprilita
Rizky Nadya Dwitasari

Program Studi Pascasarjana Managemen Rumah Sakit


Universitas Adhirajasa Reswara Sanjaya
2022
PENDAHULUAN

• Masalah gizi di Indonesia : kelebihan gizi, kekurangan gizi, obesitas dan stunting

• Stunting : masalah kekurangan gizi pada anak


dalam waktu lama yang menyebabkan
pertumbuhan yang kurang optimal pada anak
• Awal kejadian stunting terjadi di dalam rahim dan
terlihat pada usia 2 tahun

• Penilaian Stunting menurut WHO :


Standar pertumbuhan anak  TB/U atau PB/U
dengan batas z score <-2 SD
• Masa balita adalah masa emas pertumbuhan
dan perkembangan pada anak

• Masa tersebut membutuhkan asupan zat gizi :

makro (karbohidrat, protein, lemak) dan mikro (seng, kalsium)


• Menurut data dinas kesehatan provinsi Sulawesi Tengah

tahun 2015 – 2019 angka balita stunting


mengalami peningkatan

. . . . PENDAHULUAN
TUJUAN PENELITIAN
Melakukan analisa terhadap kebiasaan makan dan hubungannya
dengan kejadian stunting
pada anak balita di Desa Padende
Kecamatan Marawola
METODE
• Jenis penelitian : penelitian kuantitatif
dengan metode analitik dan rancangan case control
• Tempat & Waktu penelitian : Desa Padende, Marawola
tanggal 6 – 13 Juni 2019
• Populasi : seluruh balita di Desa Padende berjumlah 139 balita
• Sampel : 66 balita (balita stunting 33 balita dan kontrol 33 balita)
• Instrumen penelitian : Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan indeks TB/U
• Analisis data : Uji Chi Square
HASIL

Tabel 1 :
• Dari kelompok kasus, sebagian besar ibu berusia 26-35 tahun yaitu
42,4% dan pada kelompok Kontrol sebesar 60,6%.
• Pada kedua kelompok, ibu berpendidikan dasar lebih banyak
dengan persentase 66,7% pada kelompok kasus dan 54,6% pada
kelompok kontrol.
• Pada kelompok kasus, Sebagian besar ibu memiliki pendapatan <
Rp.1.500.000 yaitu 57,6%. Sedangkan pada kelompok kontrol,
sebagian besar ibu memiliki pendapatan Rp.1.500.000 - 2.500.000
yaitu 60,6%
Con’t
Tabel 2 :
• Dari kelompok kasus dan kontrol, sebagian besar balita berjenis
kelamin perempuan yakni 54,6%.
• Yang berusia 2 tahun sebesar 54,6%, dan berusia 3 tahun sebesar
45,4%.

Tabel 3 :
A. Kelompok Kasus
• 21 (63.6%) anak balita mempunyai kebiasaan makan yang jarang
• 12 (36.4%) anak balita mempunyai kebiasaan makan yang sering
B. Kelompok kontrol,
• 23 (69.7%) anak balita mempunyai kebiasaan makan yang sering
• 10 (30.3%) anak balita mempunyai kebiasaan makan yang jarang
Con’t

Tabel 4 :
• dari 31 anak balita yang mempunyai kebiasaan makan yang jarang terhadap sumber
karbohidrat, protein, serat, terdapat 21 anak balita (63,6%) yang stunting dan 10 anak balita
(30,3%) yang tidak stunting,
• sedangkan dari 35 anak balita yang mempunyai kebiasaan makan yang sering terhadap sumber
karbohidrat, protein, serat, terdapat 12 anak balita (36,4%) yang stunting dan 23 anak balita
(69,7%) yang tidak stunting.
HASIL

• Hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,014 (p-value ≤ 0,05) 


ada hubungan antara kebiasaan makan dengan kejadian stunting pada anak balita di Desa
Padende Kecamatan Marawola.

• Nilai Odds Ratio (OR) yaitu 4,025 


anak balita yang jarang menkonsumsi sumber karbohidrat, protein, serat, memiliki risiko atau

peluang 4 kali lebih besar untuk mengalami stunting dibanding anak balita yang sering
mengkonsumsi sumber karbohidrat, protein, serat.
PEMBAHASAN

1. Kebiasaan makan pada anak balita di Desa Padende Kecamatan Marawola

Dari 66 balita :

 53% anak balita sering makan makanan karbohidrat, protein dan serat
karena orang tua/ ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi 
mengupayakan anaknya untuk memperoleh makanan yang bergizi untuk tumbuh kembang balitanya

 47% anak balita jarang mengkonsumsi makanan tersebut, karena :


- Kurangnya pengetahuan mengenai gizi yang baik untuk tumbuh kembang balita

- Penghasilan orang tua/ibu yang rendah 


sehingga ibu tidak dapat menyediakan makanan dengan gizi yang baik untuk anak balitanya.
2. Kejadian stunting pada anak balita di Desa Padende Kecamatan Marawola
Dari 66 balita :
 50% anak balita mengalami stunting
 50% anak balita tidak mengalami stunting :

Hal Ini di sebabkan karena :


1. Kurangnya Pengetahuan mengenai gizi yang baik untuk tumbuh kembang balita
2. Penghasilan orang tua/ ibu yang rendah,
3. Orang tua yang sibuk bekerja tidak memiliki banyak waktu
untuk mengatur makanan yang dikonsumsi oleh anaknya.
Sehingga ibu tidak dapat menyediakan makanan dengan gizi yang baik
untuk anak balitanya

. . . . PEMBAHASAN
3. Hubungan antara kebiasaan makan dengan kejadian stunting
pada anak balita di Desa Padende Kecamatan Marawola

 Pada Anak balita yang jarang mengkonsumsi karbohidrat, protein dan serat tidak
mengalami stunting karena :
o Saat lahir (BB normal) mereka mendapatkan ASI eksklusif
o Tidak memiliki riwayat penyakit
o Tinggi badan orang tua dalam batas normal

 Pada Anak balita yang sering mengkonsumsi karbohidrat, protein dan serat tetapi
mengalami stunting disebabkan :
o Tidak memperoleh ASI eksklusif,
o Memiliki riwayat penyakit infeksi seperti cacingan dan ISPA
o Orang tua yang memiliki tinggi badan tidak normal (pendek)

. . . . PEMBAHASAN
Peneliti menemukan bahwa:
1. Balita yang mengalami stunting disebabkan karena pola asuh ibu yang sudah membiasakan anak
balitanya mengkonsumsi roti dan buah pisang
serta jarang diberikan karbohidrat dan makanan bergizi lainnya

2.Faktor pendapatan orang tua yang tidak mencukupi dan


memaksakan mereka menjadi peminta-minta/pengemis di
sekitaran jalan Kota Palu terutama di lampu merah dan mereka
juga turut membawa anak balitanya untuk meminta bantuan pada
orang yang ditemui,  anak rentan terhadap penularan
penyakit infeksi seperti ISPA karena asap kendaraan.

. . . . PEMBAHASAN
KESIMPULAN
1. Pada kelompok kasus, Sebagian besar ibu berusia 26-35 tahun (42.4%), Sebagian
besar ibu berpendidikan dasar (66.7%) dan Sebagian besar ibu memiliki pendapatan
<Rp. 1.500.000,- (57.6%).
2. Pada kelompok kasus, Sebagian besar balita berjenis kelamin perempuan (54.6%) dan
Sebagian besar balita berusia 2 tahun (54.6%)
3. Pada kelompok kasus, Sebagian besar anak balita memiliki kebiasaan makan yang
jarang (63.6%)
4. Sebagian besar anak balita di Desa Padende Kecamatan Marawola mempunyai
kebiasaan sering makan karbohidrat, protein dan serat
5. Terdapat hubungan antara kebiasaan makan dengan kejadian stunting pada anak
balita di Desa Padende Kecamatan Marawola.
SARAN
Diharapkan pihak Puskesmas Marawola
dapat melakukan upaya penanggulangan
kejadian stunting dengan:
1. Melakukan kerja sama dengan aparat desa setempat
dan mengadakan penyuluhan secara aktif bagi seluruh keluarga di Desa Padende Kecamatan
Marawola
2. Melakukan kunjungan ke rumah-rumah balita yang orang tuanya berpenghasilan rendah (<
Rp.1.500.000) untuk memberikan makanan tambahan pada balita.
Sehingga ibu balita di Desa Padende dapat lebih memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan
yang akan diberikan pada anaknya sehingga balita dapat bertumbuh dan berkembang dengan optimal
di usianya.

Anda mungkin juga menyukai