Anda di halaman 1dari 15

Keterampilan Berbahasa

Indonesia SD
MODUL 4 : KETERAMPILAN MEMBACA

Keterampilan Membaca
KB1 Permulaan

KB2 Keterampilan Membaca Lanjut


NAMA KELOMPOK

Samsul Bahri
(857206945)

Siti Yusfita
(857207051)

Novi Yanti
(857207241)
KB 1 : KETERAMPILAN MEMBACA
PERMULAAN
A. Pengertian Membaca Permulaan

Membaca permulaan sering diversuskan dengan membaca lanjut. Sasarannya adalah pembaca-pembaca pemula yang
belum mengenal lambang-lambang bunyi bahasa. Di lingkungan sekolah, yang dimaksud dengan pembaca pemula adalah siswa kelas 1
dan 2 sekolah dasar. Sementara di lingkungan masyarakat atau di lingkungan pendidikan nonformal, yang dimaksud dengan pembaca
pemula adalah mereka yang tergolong iliterat atau masyarakat yang masih buta aksara. Di lingkungan masyarakat, para pembaca
pemula tidak dibatasi oleh usia. Siapapun yang belum mengenal lambang bunyi bahasa, tidak bisa melafalkan lambang-lambang bunyi
bahasa disebut pembaca pemula. Golongan mereka itu sering juga disebut sebagai golongan buta aksara. Jenis membaca yang
dipelajarinya adalah membaca permulaan. Dengan demikian, membaca permulaan dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengenalan
lambang-lambang bunyi bahasa dan pengubahan lambang-lambang bunyi tersebut menjadi bunyi-bunyi bahasa bermakna.
Di lihat dari keliterasiannya, masyarakat kita terbagi atas tiga kelompok, yakni kelompok iliterat (buta aksara),
aliterat (malas membaca), dan literat (bisa dan biasa membaca). Kelompok iliterat dan aliterat sama buruknya bagi kualitas
kehidupan. Oleh karena itu, kedua kondisi ini harus secara terus-menerus diberantas, diatasi, dan diupayakan untuk menjadi
literat.
Pengajaran membaca permulaan, menurut Ngurah Oka (1983:71), lebih ditujukan pada pembinaan daasar-dasar
mekanisme membaca. Dasar-dasar dimaksud, antara lain : a) Kemampuan mengasosiasikan huruf dengqn bunyi-bunyi bahasa
yang diwakilinya; b) Membina gerak mata dari kiri ke kanan; c) Membaca kata-kata dan kalimat-kalimat sederhana.
R. Masri Sareb Putra (2008:4) menjelaskan membaca permulaan itu diperuntukkan bagi siswa kelas 1-3 SD.
Penekanan pembelajarannya difokuskan terhadap pengondisian siswa untuk masuk dan mengenal bacaan. Pemahaman mendalam
akan materi bacaan belum menjadi perhatian. Orientasi pembelajaran lebih diarahkan pada pengenalan lambing bunyi, pelafalan
lambing bunyi. Oleh karenanya, pembelajaran membaca permulaan lebih menekankan kegiatan membaca nyaring dan membaca
teknis.
B. Tujuan Membaca Permulaan

Secara umum, tujuan pembelajaran membaca permulaan adalah “melek huruf”. Istilah ini sering diversuskan dengan
“melek wacana”. Melek huruf, secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan mengenali lambang-lambang bahasa tulis dan
kemampuan membunyikannya atau melafalkannya dengan benar. Sebagai contoh, si pembaca dapat membedakan /adul/ dengan
/dadu/, melalui pelafalan kedua kata itu; meskipun pada awal-awal masa pengenalan lambang itu boleh jadi si pembaca belum
memahami artinya. Perbedaan fonem /b/ dan /d/ pada kedua kata itu akan menyebabkan perbedaan makna.
Membaca permulaan sebaiknya berakhir di kelas 2 SD. Setelah itu, program pembelajaran membaca permulaan secara
berangsur harus sudah diarahkan pada kegiatan membaca lanjut. Pada kegiatan membaca permulaan, jenis membaca yang dilatihkan
kepada anak adalah membaca nyaring (bersuara) dan membaca teknis. Dengan jenis membaca ini, guru akan dapat mengontrol siswa
yang belum membaca, bisa membaca tetapi belum lancar, dan bisa membaca dengan lancar.
Kedudukan membaca permulaan di sekolah dasar menurut Kurikulum 2006 (KTSP), dapat dilihat dari Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar (SK-KD) yang ditetapkan kurukulum tersebut. Butir-butir SK-KD yang berkenaan dengan membaca permulaan
(kelas 1 dan 2 SD) dapat dilihat dalam uraian berikut :
Kelas 1, Semester 1
Standar Kompetensi: Kompetensi Dasar:
Memahami teks pendek dengan membaca nyaring 3.1 Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal
yang tepat
3.2 Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal
dan intonaqsi yang tepat

Kelas 1, Semester 2
Standar Kompetensi: Kompetensi Dasar:
Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan 7.1 Membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang
membaca puisi anak terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat
7.2 membaca puisi anak yang terdiri atas 2-4 baris
dengan lafal dan intonasi
Kelas 2 Semester 1
Standar Kompetensi: Kompetensi Dasar:
Memahami teks pendek dengan membaca lancar 3.1 Menyimpulkan isi teks pendek (10-15 kalimat)
dan membaca puisi anak yang dibaca dengan membaca lancar
3.2 Menjelaskan isi puisi anak yang dibaca

Kelas 2 Semester 2

Standar Kompetensi: Kompetensi Dasar:


Memahami ragam wacana tulis dengan membaca 7.1 Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan
nyaring dan membaca dalam hati memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat
7.2 Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25
kalimat) yang dibaca dalam hati

Berdasarkan tuntutan SK-KD di atas, bahwa tujuan membaca permulaan lebih diorientasikan untuk
kepentingan melek huruf, yakni bisa membaca teks tertulis dengan lancar. Oleh karena itu, pembelajarannya lebih
difokuskan pada membaca nyaring.
C. Fungsi Membaca Permulaan

Membaca permulaan berfungsi sebagai peletak dasar atau fondasi bagi keberhasilan seseorang dalam semua aspek
kehidupannya kelak. Terdapat banyak ungkapan bijak yang mengimplisitkan betapa pentingnya peran dan fungsi membaca bagi
kehidupan. Ungkapan-ungkapan bijak itu, antara lain: membaca merupakan jantungnya pendidikan, buku adalah gudang ilmu dan
membaca adalah kunci pembukanya, buku merupakan jendela informasi dunia.
Membaca permulaan dikatakan sebagai peletak dasar atau fondasi bagi semua aspek kehidupan, terlebih untuk
kehidupan akademik, karena tidak ada satupun dari aktivitas akademik yang tidak melibatkan kegiatan membaca. Melek Huruf
merupakan jembatan bagi melek wacana. Melek wacana merupakan jendela untuk melongok dunia.
Upaya pemberantasan buta huruf pada sector informal/nonformal memang bukanlah hal yang mudah. Terdapat empat
factor utama yang mempengaruhi keberhasilan program ini. Keempat program tersebut adalah (1) budaya masyarakat, (2) motivasi
penduduk, (3)sarana ketenagaan, (4) peran dan partisipasi rakyat. Pada sector informal/nonformal, upaya pemberantasan buta huruf
akan sangat bergantung pada budaya literasi masyarakatnya. Oleh karena itu, pelaksanaan pemberantasan buta huruf harus dilakukan
secara lintas sektoral, yakni dengan terlebih dahulu membangun budaya literasi di masyarakat. Melalui pengembangan nilai-nilai
literasi ini, masyarakat akan terdorong untuk berpartisipasi dalam mewujudkan program melek huruf.
D. Jenis-jenis Membaca Permulaan

Keterampilan membaca merupakan keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian sub-subketerampilan yang
lebih kecil. Tarigan (1979:10) dengan mengutip pendapat Broughton, et al. (1978) menjelaskan sub-subketerampilan membaca itu
melibatkan tiga komponen berikut;
1. pengenalan terhadap aksara dan tanda-tanda baca;
2. korelasi antara aksara, tanda-tanda baca, dan unsur-unsur linguistic formal;
3. hubungan lebih lanjut antara (1) dan (2) dengan makna (meaning)
Subketerampilan pertama berkaitan dengan kemampuan melek huruf. Sementara subketerampilan kedua mulai
menghubungkannnya dengan umsur-unsur linguistic formal, seperti kata, frase, kalimat, atau wacana sederhana. Sementara itu,
subketerampilan ketiga merupakan sasaran kegiatan membaca laqnjut karena sudah melibatkan intelektuaql pembaacanya.
Keterampilan membaca dibangun oleh dua aspek penting, yaitu (a) keterampilan yang bersifat mekanis dan (b) keterampilan
yang bersifat pemahaman. Keterampilan yang bersifat mekanis meliputi: (1) pengenalan bentuk huruf; (2) pengenalan unsur-unsur
linguistik: fonem/grafem, kat, frase, klausa, kalimat; (3) pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi atau kemampuan menyuarakan
lambing tulis: (4) kecepatan membaca bertaraf lambat.
Keterampilan yang bersifat pemahaman meliputi: (1) memahami pengertian sederhana (leksial, gramatikal, retorikal); (2)
memahami signifikasi/makna (maksud dan tujuan pengarang, relevansinya, dengn kebudayaan, reaksi pembaca); (3) kemampuan
mengevaluasi, bik terhadap isi maupun bentuk; dan (4) kecepatan membaca fleksibel yang disesuaikan dengan keadaan.
Dari kedua aspek yang dijelaskan, membaca permulaan berada pada tataran aspek pertama, yakni aspek mekanis. Oleh
karena itu, jenis membaca yang cocok ditanamkan pada pembaca permulaan adalah jenis membaca nyaring (membaca bersuara) dan
membaca teknis.
1. Membaca Nyaring ( Membaca Bersuara)
Membaca nyaring pada kelas permulaan dimaksudkan untuk mengukur tingkat ketercapaian melek huruf si pembelajarnya.
Pada tataran linguistik, lambing bunyi terkecil adalah fonem yang biasa dilambangkan pada berbagai bentuk huruf seperti yang terdapat
dalam sistem alphabet kita.
Pada pembelajaran membaca permulaan terdapat dua pendekatan utama yang mendasarii pembelajarannya, yakni, (1)
pendekatan Usuriah dan (2) pendekatan Gestalt (global). Kedua pendekatan ini akan mendasari bagaimana cara yang digunakan guru
dalam mengajar membaca anak-anak didiknya. Metode-metode yang dilahirkan dari pendekatan ini, antara lain: metode bunyi (eja),
metode alphabet, dan metode suku kata (silaba).
2. Membaca Teknis
Dalam membaca teknis anak sudah mulai dibimbing ke arah pembcaan teks secara tepat menurut pelafalan dan
intonasinya. Tanda-tanda baca yang menandai mulai diperkenalkan.
Penanaman konsep membaca teknis pada anak harus simultan dengan kegiatan membaca nyaring. Karena dengan
kegiatan membaca nyaring, guru dapat mengontrol dan mengevaluasi kemampuan melek huruf anak didiknya. Guru juga kan dapat
menilai kemampuan teknis membaca para siswanya secara tepat. Pembetulan, pengoreksian, pengulangan, pelatihan, pembimbingan,
harus dilakukan secara terus-menerus hingga diperoleh keterampilan yang diinginkan.
KB 2 : KETERAMPILAN MEMBACA
LANJUT
A. Pengertian Membaca Lanjut

Membaca lanjut sering diversuskan dengan membaca permulaan. Keterampilan membaca jenis ini diberikan
setelah seseorang melek huruf. Oleh karena itu, tuntutan dari kemampuan membaca lanjut tidak hanya sebatas mengenali
lambang tulis dan dapat membunyikannya, melainkan juga harus memahami makna atau maksud yang terkandung di dalam
lambang, baik makna tersurat maupun tersirat.
Pada kegiatan belajar 1 sebelumnya sudah diketahui bahwa menurut tarigan, (1979) keterampilan membaca dibangun oleh
dua aspek penting, yaitu (a) keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skill), (b) keterampilan yang bersifat
pemahaman (comprehension skills).
Keterampilan yang bersifat pemahaman meliputi : (1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), (2)
memahami signifikansi/makna, (3) kemampuan untuk mengevaluasi, baik terhadap isi maupun bentuk, (4) kecepatan
membaca fleksibel yang disesuaikan dengan keadaan.
B. Tujuan membaca lanjut

Waples sebagaimana dikutip oleh Nurhadi (1987) mengelompokkan tujuan membaca ke dalam beberapa keperluan berikut :
1) Mendapat alat tertentu (instrumental effect)
2) Mendapat hasil yang berupa prestise (prestige effect)
3) Memperkuat nilai-nilai kepribadian atau keyakinan atas suatu pilihan
4) Mendapatkan pengalaman estetik melalui penikmatan emosional
5) Membaca untuk menghindari diri dari kesulitan, ketakutan, atau kekhawatiran tertentu.
Tujuan-tujuan khusus itu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
6) Membaca untuk memperoleh informasi factual
7) Membaca untuk memperoleh informasi khusus
8) Membaca untuk memberikan pertimbangan atau penilaian
9) Membaca untuk memenuhi kepuasan dan kenikmatan emosi
10) Membaca untuk mengisis waktu luang
C. Fungsi dan manfaat membaca lanjut

Kegiatan membaca lanjut, dilihat dari sasaran pembacanya, terbagi kedalam tiga kategori, yakni (a) membaca
lanjut tingkat dasar, untuk kelas 3-6 SD, (b) membaca lanjut tingkat menengah, untuk siswa SMP, dan (c) membaca lanjut
tingkat mahir, untuk siswa SMA keatas.

D. Jenis membaca lanjut

Ditinjau dari sudut cara membacanya dikenal dua jenis membaca, yakni membaca nyaring dan membaca dalam hati.
Membaca nyaring lazim dikembangkan pada pembelajaran membaca permulaan, sementara untuk pembelajaran membaca
lanjut digunakan jenis membaca dalam hati. Kegiatan membaca nyaring untuk kepentingan diri sendiri biasanya berkaitan
dengan tujuan penikmatan atau kepuasan emosional, misalnya membaca puisi. Membaca dalam hati lebih ditujukan untuk
kepentingan pemahaman bacaan. Kegiatan membaca dalam hati jika dikaitkan dengan cakupan bahan bacaan yang
dihadapi pembaca akan menghasilkan jenis membaca intensif dan membaca ekstensif.
E. Mengimplementasikan jenis membaca lanjut

1) Membaca naskah pidato


2) Membaca wacana informative dari internet
3) Menikmati karya sastra

Anda mungkin juga menyukai