KUHP
PUTUSAN NO.635 K/Pid/2011
Pencurian
A
M EG UD IN
NGA L I :G
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi :
JAKSA/PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI TANGERANG tersebut; Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Tangerang No.
775/Pid.B/2010/PN.TNG. tanggal 22 Desember 2010;
MENGADILI SENDIRI :
1. Menyatakan Terdakwa RASMIAH alias RASMINAH binti RAWAN, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“PENCURIAN“ ;
2. Menghukum Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4 (empat) bulan 10 (sepuluh) hari ;
3. Menetapkan bahwa masa penahanan yang telah di jalani oleh Terdakwa akan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;
4. Memerintahkan agar barang bukti berupa : 1 (satu) kantong plastik daging buntut sapi (berupa foto), 1 (satu) buah gelas, 1 (satu) botol Hair Tonic
Hadi Suwarno dan shamponya, 1 (satu) lembar Baju Musl im, Sapu Tangan, 1 (satu) boto l Listerin, 1 (satu) kaleng racun nyamuk Force Magic, 1
(satu) buah Tempat Tisu, 1 (satu) buah piring keramik merek Anchor Hocking, 1 (satu) buah piring Geshen Kartikel, 2 (dua) buah piring merek Royal
Province dan 1 (satu) buah piring merek Taichi Cina, dikembalikan kepada Terdakwa Rasmiah alias Rasminah binti Rawan serta 1 (satu) buah
mangkok dan 3 (tiga) buah piring kecil/cawan dikembalikan kepada saksi Hj. Siti MR. Soekarno Putri;
5. Membebankan Terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 2.500, - (dua ribu lima ratus rupiah).
ANALISIS TUNTUTAN JAKSA/PENUNTUT UMUM
Jaksa penuntut umum menyatakan bahwa alasan diajukannya kasasi terhadap putusan Pengadilan
Negeri Tangerang kepada Mahkamah Agung adalah bahwa putusan bebas oleh Pengadilan Negeri
Tangerang merupakan putusan bukan bebas murni sehingga dapat diajukan kasasi. Namun disini, aspek
yang disoroti adalah tidak dikenalnya putusan bebas tidak murni dalam perundang-undangan yang
mana hanya terdapat tiga putusan yang telah dikenal luas, yakni putusan bebas, lepas, dan pemidanaan.
Oleh karena itu, Jaksa/Penuntut Umum mestinya dapat membuktikan unsur-unsur yang harus dipenuhi
terkait putusan bebas tidak murni tersebut. Namun, dalam pengadilan Mahkamah Agung,
Jaksa/Penuntut Umum banyak menyatakan terkait tidak dipenuhinya unsur pencurian dan dissenting
opinion oleh hakim. Sehingga tidak ditemukannya korelasi yang acapkali dinyatakan sebagai alasan
oleh Jaksa/Penuntut Umum melakukan kasasi dengan bukti dan pernyataan yang disertakan oleh
Jaksa/Penuntut Umum di pengadilan Mahkamah Agung. Selain itu, terkait putusan Mahkamah Agung
dianggap hanya memenuhi aspek kepastian hukum sehingga melukai keadilan di masyarakat.
A S P E K YA N G DI KRITISI
Jika ada pertanyaan "apakah adanya putusan dari Mahkamah Agung itu dirasa adil bagi masyarakat ?"
Jawabnya bisa ya atau bisa tidak, tergantung dari sisi mana kita melihat. Dari Mahkamah Agung putusan tersebut
merupakan putusan yang adil, karena saudara Rasminah secara yuridis formal telah memenuhi persyaratan untuk
dihukum, ditambah jika aspek pencurian pada saat bencana “banjir” yaitu pada pasal 363 ayat (1) yang bisa menjadi
hukuman pemberat dengan pidana 7 tahun. Kalaupun pasal pemberat itu diberikan tetap saja pada sisi lain dari kerugian
yang ditimbulkan tidak begitu besar. Oleh sebab itu Hakim Agung berusaha untuk berdiri di antara dua kepentingan,
yaitu kepentingan hukum dan kepentingan keadilan.
2 . S I S I N I L A I K E M A N FA ATA N
Kasus Nenek Rasminah mendapat perdebatan di masyarakat. Sebagian masyarakat menginginkan nenek Rasminah tidak
perlu dihukum atau dibebaskan dari hukuman, karena nilai kerugian yang tidak begitu besar. Sementara masyarakat yang
lain, khususnya penegak hukum beranggapan berapapun nilai kerugian yang ditimbulkan kejahatan tetap harus dihukum.
Penanganan perkara tindak pidana ringan seperti pencurian ringan, penipuan ringan, penggelapan ringan dan sejenisnya
dapat ditangani secara proporsional mengingat ancaman hukuman paling lama tiga bulan penjara dan acara pemeriksaan
yang digunakan seharusnya adalah penyelesaian perkara gugatan sederhara melalui mediasi terlebih dahulu pada
pengadilan berlandaskan PERMA NO 1 Tahun 2008 dan PERMA NO. 2 Tahun 2012 dengan pendampingan mediator
yang dapat dilaksanakan dengan efisien dan bertujuan pada perdamaian dengan pemulihan hak – hak korban.
3 . S I S I N I L A I K E PA S T I A N H U K U M
Putusan Mahkamah Agung menunjukkan bahwa penegakan hukum di
Indonesia lebih mengutamakan kepastian hukum dibandingkan dengan
keadilan hukum. Ketidakbulatan hakim Agung dalam memutus perkara
ini menunjukkan bahwa ada penilaian yang berbeda di antara ketiga
hakim Agung mengenai kepastian dan keadilan hukum. Satu hakim
Agung dalam menyelesaikan kasus ini lebih menitikberatkan pada rasa
keadilan. Sementara dua Hakim Agung lebih menitikberatkan pada
kepastian hukum. Hakim tidak akan berani untuk tidak menghukum
seseorang yang terbukti secara sah dan meyakinkan para hakim,
kecuali ketentuan dalam perundang-undangan memberi peluang untuk
tidak menghukum dan/atau mengganti hukuman.
Kesimpulan
Putusan Mahkamah Agung No. 653 K/Pid/2011 dilihat dari sisi keadilan terdakwa kurang terpenuhi.
Karena putusan tidak didasarkan pada substansi keadilan tetapi didasarkan pada suara terbanyak dari
Majelis Hakim
Adanya putusan Mahkamah Agung ini mempunyai manfaat atau membawa pengaruh terhadap kasus-
kasus lain yang menimbulkan kerugian yang tidak besar dimasa yang akan datang. Sebab Mahkamah
Agung telah mengeluarkan Perma No. 02 Tahun 2012 tentang penyesuaian batasan tindak pidana
ringan dan jumlah denda dalam KUHP
Putusan Mahkamah Agung ini menunjukkan bahwa penegakan hukum di Indonesia lebih
mengutamakan kepastian hukum dibandingkan dengan keadilan hukum
Penegak Hukum khususnya bagi hakim pada Mahkamah Agung seharusnya dalam Putusannya harus
memperhatikan segala aspek terutama sosiologis, yuridis, dan filosofis
TERIMA KASIH