Anda di halaman 1dari 41

MEMORI PENINJAUAN KEMBALI

terhadap

PUTUSAN KASASI MAHKAMAH AGUNG RI


Nomor: 439 K/Pid/2010
tertanggal 20 Juli 2010

Jo.

PUTUSAN PENGADILAN TINGGI PEKANBARU


Nomor: 376/PID/2009/PTR
tertanggal 23 November 2009

Jo.

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DUMAI


Nomor: 126/Pid/B/2009/PN.DUM.
tertanggal 04 Agustus 2009

untuk dan atas nama

Terdakwa

BERLIN NADEAK, S.H.

1
Jakarta, 16 Juni 2011

Kepada Yth.,
KETUA MAHKAMAH AGUNG RI
Jl. Medan Merdeka Utara No. 9-13
Jakarta Pusat,-

Melalui Yth.,

KETUA PENGADILAN NEGERI DUMAI


Di;
Jl. Raya Bukit Datuk
Dumai Riau 28825,-

Perihal: MEMORI PENINJAUAN KEMBALI

Dengan hormat,

Bersama ini perkenankan kami, TOMSON SITUMEANG, S.H. dan rekan-


rekan, Para Advokat berkantor di Law Firm “RB SITUMEANG &
PARTNERS”, beralamat di Jl. Hayam Wuruk No. 103-104, Jakarta Barat
11160, Telp. (021) 6012554; Fax. (021) 6295185, dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama BERLIN NADEAK, S.H., beralamat di Jl. Dock Yard,
Gg. Melati, No. 03, Dumai, Riau, berdasarkan Surat Kuasa Khusus No.:
036/RBS-SK/VI/2011, tertanggal 15 Juni 2011, selaku PEMOHON
PENINJAUAN KEMBALI (“selanjutnya disebut PEMOHON PK”), dengan
ini menyampaikan MEMORI PENINJAUAN KEMBALI (“selanjutnya disebut
MEMORI PK”) atas PUTUSAN KASASI MAHKAMAH AGUNG RI Nomor:
439 K/Pid/2010, tertanggal 20 Juli 2010 Jo. PUTUSAN PENGADILAN
TINGGI PEKANBARU Nomor: 376/PID/2009/PTR, tertanggal 23 November
2009 Jo. PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DUMAI Nomor:
126/Pid/B/2009/PN.DUM., tertanggal 04 Agustus 2009, sebagai berikut:

- BAHWA PEMOHON PK SANGAT BERHARAP


KEPADA KETUA MAHKAMAH AGUNG RI q.q. YANG
2
MULIA MAJELIS HAKIM AGUNG pada MAHKAMAH
AGUNG RI, DAPAT MEMERIKSA DAN MEMUTUS
PERKARA A QUO, SECARA UTUH DAN
MENYELURUH DENGAN MEMPERHATIKAN &
MEMPERTIMBANGKAN SELURUH FAKTA HUKUM
YANG TERUNGKAP DALAM PERKARA A QUO YANG
SESUNGGUHNYA & SEBENARNYA TERUNGKAP
DEMI TERCIPTANYA KEADILAN YANG HAKIKI,
TIDAK SEMATA HANYA MEMERIKSA PERKARA INI
DARI MEMORI PK DAN KONTRA MEMORI PK;

Adapun amar PUTUSAN KASASI MAHKAMAH AGUNG RI Nomor: 439


K/Pid/2010, tertanggal 20 Juli 2010 yang dimohonkan Peninjauan Kembali
tersebut adalah sebagai berikut:

MENGADILI

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi II:


JAKSA/PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI DUMAI tersebut;

Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I/Terdakwa:


BERLIN NADEAK, S.H. tersebut;

Membebankan Terdakwa tersebut untuk membayar biaya perkara


dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah);

Adapun amar PUTUSAN PENGADILAN TINGGI PEKANBARU Nomor:


376/PID/2009/PTR, tertanggal 23 November 2009 tersebut adalah sebagai
berikut:

MENGADILI

- Menerima permintaan banding dari Terdakwa dan Jaksa Penuntut


Umum;

-Memperbaiki PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DUMAI Nomor:


126/Pid/B/2009/PN.DUM., tanggal 04 Agustus 2009 sekedar mengenai
lamanya pidana yang dijatuhkan kepada Terdakwa sehingga amarnya
berbunyi sebagai berikut:

- Menyatakan Terdakwa BERLIN NADEAK, S.H. oleh karena itu


dengan pidana penjara selama 2 (dua) tahun;

3
- Menetapkan agar Terdakwa ditahan;

- Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Dumai tersebut untuk


selebihnya;

- Menghukum Terdakwa untuk membayar biaya perkara dalam


kedua tingkat peradilan yang untuk tingkat banding sebesar
Rp.5.000,- (lima ribu rupiah).

Adapun amar PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DUMAI Nomor:


126/Pid/B/2009/PN.DUM., tanggal 04 Agustus 2009 adalah sebagai berikut:

MENGADILI

1. Menyatakan bahwa Terdakwa BERLIN NADEAK telah terbukti secara


sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “secara
bersama-sama melakukan penipuan”;

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana


penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan;

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani


oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan agar Terdakwa ditahan;

5. Memerintahkan agar barang bukti berupa:

- Fotokopi Akta Jual Beli Tanah dengan luas 265 m2 dibuat Berlin
Nadeak selaku PPAT kota Dumai tanpa Nomor, tanggal, bulan,
tahun dan tidak tertera tanda tangan Berlin Nadeak, S.H., selaku
Pejabat Pembuatan Akta Tanah yang tertera tanda tangan (pihak
pertama) di atas meterai Rp.6.000,- atas nama Ir. Bulan Sitepu,
persetujuan istri bernama Rosta Tarigan dan tanda tangan
pembeli (pihak kedua) an. Acu Budi;

- …dst…;

- 7 (tujuh) lembar fotokopi bukti setoran dari Bank Mandiri ke


Rekening Rosta Tarigan sebesar Rp.1.010.000.000,- dan 1 (satu)
lembar fotokopi pemindahan bukuan an. Rina Yuliani ke rekening
Rosta Tarigan sebesar Rp.20.000.000,-;

tetap terlampir dalam berkas perkara;

4
6. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah).

ADAPUN YANG MENJADI DASAR DAN ALASAN PEMOHON


PK MENGAJUKAN MEMORI PK INI ADALAH SEBAGAI
BERIKUT:

I. PENDAHULUAN
Bahwa sebelum kami menyampaikan Dasar dan Alasan PEMOHON PK
mengajukan Permohonan Peninjauan Kembali ini, terlebih dahulu kami
uraikan Analisa Fakta-Fakta Yang Terungkap di muka Persidangan dalam
perkara a quo pada Pengadilan Negeri Dumai dihubungkan dengan
Dakwaan Penuntut Umum dengan harapan dapat dipertimbangkan oleh
Majelis Hakim Agung Peninjauan Kembali yang memeriksa dan
mengadili perkara a quo, sebagai berikut:

1. Bahwa Terdakwa telah didakwa melanggar Pasal 378 KUHPidana jo.


Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana atau Pasal 372 KUHPidana jo. Pasal
55 ayat (1) ke-1 KUHPidana;

2. Bahwa Kedua Dakwaan tersebut mempunyai pokok permasalahan,


yaitu masalah adanya penguasaan (menguasai/memiliki) barang oleh
diri sendiri atau orang lain (pihak ketiga) yang menimbulkan
kerugian bagi orang lain (korban);

3. Bahwa yang membedakan Kedua Dakwaan tersebut adalah bahwa


Dakwaan Kesatu tentang PENIPUAN adalah penyerahan barang oleh
korban dilakukan atas dasar adanya tipu muslihat atau rangkaian
kebohongan yang dilakukan oleh Pelaku sehingga korban
menyerhakan barang sesuatu yang menimbulkan kerugian baginya
sedangkan Dakwaan Kedua tentang PENGGELAPAN adalah
penyerahan barang sesuatu bukanlah atas dasar suatu kejahatan
(bukan atas dasar tipu muslihat atau rangkaian kebohongan), tetapi
pelaku tidak mempergunakan barang sesuatu tersebut sebagaimana
mestinya sehingga menimbulkan kerugian bagi korban;

4. Bahwa dalam Dakwaan Kesatu tersebut, Penuntut Umum menguraikan


Dakwaannya sebagai berikut:

“…Bahwa pada tanggal 08 Juni 2003 bertempat di Kantor Notaris Berlin


Nadeak, S.H., Jl. Sultan Syarif Kasim No. 356 D, Dumai, Terdakwa Berlin
Nadeak, S.H., bersama saksi Iwan CHK menawarkan tanah kepada
5
Saksi Awaludin als. Kian Hua, Soin dengan cara Terdakwa meyakinkan
kepada para saksi bahwa Saksi Iwan CHK sudah mendapat Surat Kuasa
Jual dari pemilik tanah yang bernama Bulan Sitepu dimana Terdakwa
Berlin Nadeak, S.H., menunjukkan sesuatu Surat Akta dan mengatakan
surat tersebut adalah Surat Kuasa menjual tanah dari pemilik tanah an.
Bulan Sitepu serta tanah tersebut tidak ada masalah dan Terdakwa Berlin
Nadeak, S.H., juga mengatakan kepada para saksi Awaludin als. Kian
Hua, Soin “Bahwa saksi Iwan CHK telah mendapat Surat Kuasa Jual dari
Bulan Sitepu dan dengan surat tersebut saksi Iwan CHK telah punya
wewenang menurut hukum, dimana untuk pemecahan sertifikat dan balik
nama langsung akan saya urus”, atas penjelasan Terdakwa Berlin
Nadeak, S.H., tersebut maka saksi Awaludin als. Kian Hua, Soin percaya
sehingga disepakati harga tanah Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah)/
m2…dst…”;

FAKTA YANG TERUNGKAP DI PERSIDANGAN:

a. Bahwa Terdakwa Berlin Nadeak, S.H., bertempat di Kantor Jl. Sultan


Syarif Kasim No. 356 D, Dumai, baik secara sendiri atau bersama
saksi Iwan CHK TIDAK PERNAH menawarkan tanah kepada Saksi
Awaludin als. Kian Hua, Soin, YANG BENAR adalah bahwa Saksi
Iwan CHK sendiri yang menawarkan tanah kepada para Saksi
melalui A Seng & Soin, hal ini dapat kita lihat dari keterangan saksi-
saksi sebagai berikut:

1) Saksi Awaludin alias Kian Hua (vide PUTUSAN PENGADILAN


NEGERI DUMAI Nomor: 126/Pid/B/2009/PN.DUM., tanggal 04
Agustus 2009, halaman 10, poin 5 s/d 7), yang menyatakan:

- Bahwa saksi mengetahui adanya tanah yang mau dijual dari


Soin, dimana Soin mengetahui hal itu dari A Seng;

- Bahwa waktu itu Soin memberitahu saksi kalau ada orang yang
mau menjual tanah di Kelakap Tujuh, tanah itu milik Bulan
Sitepu yang telah dikuasakan kepada Iwan CHK dengan ukuran
110 m x 65 m;

- Bahwa keinginan saksi untuk membeli tanah tersebut saat saksi


bersama Soin, A Seng berkumpul di kantor Notaris Berlin
Nadeak, S.H., sekitar tahun 2003, ditawarkan oleh Iwan CHK
seharga Rp.450.000,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah)
kemudian ditawar dan akhirnya disepakati seharga
Rp.400.000,-;

2) Saksi A Seng (vide PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DUMAI


Nomor: 126/Pid/B/2009/PN.DUM., tanggal 04 Agustus 2009,
halaman 12 dan 13, poin 2, 5 s/d 10), yang menyatakan:
6
- Bahwa Iwan CHK menawarkan tanah kepada saksi tetapi
saksi tidak bisa membeli kemudian saksi mencari orang lain
untuk membelinya;

- Bahwa setelah kira-kira 10 (sepuluh) menit saksi ditawari oleh


Iwan CHK kemudian saksi menelpon Awaludin alias Kian
Hua dan saksi bilang kepada Awaludin alias Kian Hua kalau di
Jalan Kelakap Tujuh Kel. Ratu Sima Kec. Dumai Barat mau
dijual dengan ukuran 110 m x 65 m, setelah itu saksi
menelpon Soin sambil menunggu kabar dari Awaludin alias
Kian Hua;

- Bahwa saat menelpon Awaludin alias Kian Hua, saksi


berada di Kedai Kopi merk Pang Hing di Jl. Ombak Dumai;

- Bahwa kemudian saksi pergi ke rumah Soin untuk mengajak


melihat di lokasi tanah yang dijual;

- Bahwa sesampainya saksi dan Soin di Lokasi, Iwan CHK sudah


ada di atas tanah itu, kemudian antara Soin dan Iwan CHK
saling bicara dan menjelaskan panjang tanah sekitar 110 m x
65 m;

- Bahwa pada waktu itu Iwan CHK menawarkan kepada Soin


harga tanah Rp.450.000,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah),
sehingga terjadi tawar menawar dan akhirnya disepakati tanah
itu dihargai Rp.400.000,- (empat ratus ribu rupiah) pajak
ditanggung Iwan CHK dan biaya balik nama ditanggung oleh
pembeli;

- Bahwa yang membeli tanah itu Awaludin alias Kian Hua, Soin,
Jenius Gunawan, Asmadi Hartono, dan pada saat itu ada
kesepakatan penjual dengan pembeli untuk dibuat surat atas
nama masing-masing pembeli tanah tersebut, lalu Iwan CHK
berjanji akan membuat pecahan masing-masing nama pembeli
di Notaris Berlin Nadeak, S.H.;

3) Saksi Acu Budi (vide PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DUMAI


Nomor: 126/Pid/B/2009/PN.DUM., tanggal 04 Agustus 2009,
halaman 16, poin 2), yang menyatakan:

- Bahwa yang menawarkan kepada Saksi adalah Awaludin


alias Kian Hua dengan mengatakan dia ada membeli tanah
dan mau dijual kepada Saksi dengan ukuran luas 5 m x 65 m;

7
4) Saksi Soin alias A In (vide PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
DUMAI Nomor: 126/Pid/B/2009/PN.DUM., tanggal 04 Agustus
2009, halaman 19, poin 1 s/d 3), yang menyatakan:

- Bahwa pada sekitar bulan Juni tahun 2003, Saksi ditawari


untuk membeli tanah oleh A Seng, pada waktu itu A Seng
berkata kepada saksi bahwa Iwan CHK akan menjual tanah di
Kelakap Tujuh Kel. Ratu Sima Kec. Dumai Barat Kota Dumai,
dengan ukuran 110 m x 65 m, tanah itu milik Bulan Sitepu yang
dikuasakan kepada Iwan CHK untuk menjual tanah itu. Pada
saat itu saksi mengatakan kepada A Seng kalau saksi tidak ada
uang dan A Seng minta tolong carikan teman lain yang mau
membeli tanah kemudian saksi menghubungi Awaludin alias
Kian Hua;

- Bahwa A Seng bersama Iwan CHK kemudian datang ke


rumah saksi dan menawarkan tanah itu dengan harga
Rp.450.000,- per meternya, kemudian terjadilah tawar-menawar
dan Iwan CHK mengatakan jadi harga per meternya waktu itu
adalah Rp.400.000,-;

- Bahwa pada saat Iwan CHK datang ke rumah saksi dia tidak
membawa surat-surat tanah itu, dan waktu itu Iwan CHK
berkata kepada saksi kalau dia sudah menerima kuasa untuk
menjual tanah di Kelakap Tujuh Kel. Ratu Sima Kec. Dumai
Barat Kota Dumai dari pemilik tanah yang bernama Bulan
Sitepu, kalau tidak percaya tanyakan sama Notaris Berlin
Nadeak, S.H.;

5) Saksi Handoko Nusantara (vide PUTUSAN PENGADILAN


NEGERI DUMAI Nomor: 126/Pid/B/2009/PN.DUM., tanggal 04
Agustus 2009, halaman 21, poin 2 dan 4), yang menyatakan:

- Bahwa yang mengenalkan saksi dengan Iwan CHK adalah A


Seng di Kedai Kopi yang mengatakan kepada saksi ada
teman bernama Iwan CHK menawarkan tanah yang terletak di
Jl. Kelakap Tujuh Kel. Ratu Sima Kec. Dumai Barat Kota Dumai
seluas sekitar 1 (satu) hektar;

- Bahwa saat itu Iwan CHK menunjukkan Sertifikat tanah dan


KUASA MENJUAL TANAH kepada saksi, namun saksi tetap
keberatan untuk membeli tanah itu sebelum dibalik nama ke
Iwan CHK;

b. Bahwa TIDAK BENAR Terdakwa meyakinkan kepada para saksi


bahwa Saksi Iwan CHK sudah mendapat Surat Kuasa Jual dari
pemilik tanah yang bernama Bulan Sitepu, YANG BENAR adalah
8
bahwa Terdakwa hanya membacakan Surat Kuasa Menjual No.
59, dari Bulan Sitepu kepada Iwan CHK, hal ini dapat kita lihat dari
keterangan saksi-saksi sebagai berikut:

1) Saksi Awaludin alias Kian Hua (vide PUTUSAN PENGADILAN


NEGERI DUMAI Nomor: 126/Pid/B/2009/PN.DUM., tanggal 04
Agustus 2009, halaman 12, poin 22), yang menyatakan:

- Bahwa pada waktu itu saksi tidak melihat surat kuasa dari
Pemilik tanah kepada Iwan CHK, terdakwa saat itu hanya
membacakan saja di kantornya dan surat kuasa itu adalah
surat kuasa no. 59;

2) Saksi A Seng (vide PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DUMAI


Nomor: 126/Pid/B/2009/PN.DUM., tanggal 04 Agustus 2009,
halaman 13, poin 11 s/d 13 dan halaman 15 poin 21), yang
menyatakan:

- Bahwa pada waktu 7 (tujuh) hari kemudian Saksi Soin, Iwan


CHK, Awaludin alias Kian Hua pergi ke kantor Notaris Berlin
Nadeak, S.H., dan bertemu dengan Terdakwa di kantornya lalu
dibicarakan tentang pemecahan surat masing-masing pembeli,
dimana pada saat itu Terdakwa menjelaskan dengan kata-kata
Surat Sertifikat Tanah sudah dibawa dari Jakarta dan juga
pemilik tanah yang bernama Bulan Sitepu telah
memberikan Surat Kuasa tertulis kepada Iwan CHK untuk
menjualkan tanahnya di Kelakap Tujuh Kel. Ratu Sima Kec.
Dumai Barat Kota Dumai;

- Bahwa pada waktu itu Terdakwa ada membacakan Surat


Kuasa dari pemilik tanah Bulan Sitepu kepada Iwan CHK
untuk menjualkan tanahnya dan menerima uang dari hasil
penjualan tanahnya yang terletak di Kelakap Tujuh Kel. Ratu
Sima Kec. Dumai Barat Kota Dumai;

- Bahwa Awaludin alias Kian Hua pernah menanyakan kepada


Terdakwa mengenai tanah dan Surat dari tanah yang terletak di
Kelakap Tujuh Kel. Ratu Sima Kec. Dumai Barat Kota Dumai
yang dijawab oleh Terdakwa “Tanah di Kelakap Tujuh Kel.
Ratu Sima Kec. Dumai Barat Kota Dumai tidak ada
masalah, sedangkan Surat Kuasa dari Bulan Sitepu kepada
Iwan CHK untuk menjualkan tanahnya adalah sudah sangat
kuat”;

- Bahwa saksi tahu Iwan CHK mendapat kuasa untuk menjual


tanah Bulan Sitepu yang terletak di Kelakap Tujuh Kel. Ratu

9
Sima Kec. Dumai Barat Kota Dumai adalah pada waktu Iwan
CHK bersama Terdakwa pergi ke Jakarta;

3) Saksi Soin alias A In (vide PUTUSAN PENGADILAN NEGERI


DUMAI Nomor: 126/Pid/B/2009/PN.DUM., tanggal 04 Agustus
2009, halaman 19, poin 5), yang menyatakan:

- Bahwa pada waktu itu A Seng ada mengatakan kepada


saksi kalau Iwan CHK sudah mempunyai surat kuasa dari
Bulan Sitepu akan tetapi waktu itu saksi tidak melihat surat
kuasa itu…dst…;

4) Saksi Handoko Nusantara (vide PUTUSAN PENGADILAN


NEGERI DUMAI Nomor: 126/Pid/B/2009/PN.DUM., tanggal 04
Agustus 2009, halaman 21, poin 4), yang menyatakan:

- Bahwa saat itu Iwan CHK menunjukkan Sertifikat tanah dan


KUASA MENJUAL TANAH kepada saksi, namun saksi tetap
keberatan untuk membeli tanah itu sebelum dibalik nama ke
Iwan CHK;

5. Bahwa selanjutnya dalam Dakwaan Kesatu tersebut, Penuntut Umum


menguraikan lebih lanjut Dakwaannya sebagai berikut:

“…Pada bulan Juli 2003 Terdakwa Berlin Nadeak, S.H., menelepon saksi
Awaludin yang mengatakan bahwa Terdakwa Berlin Nadeak, S.H.,
bersama saksi Iwan CHK mau berangkat ke Jakarta membawa Akta Jual
Beli tanah tersebut untuk ditandatangani Bulan Sitepu dan Terdakwa
meminta uang pembayaran tanah guna pengurusan surat-surat ke
Jakarta sehingga saksi Awaludin pada tanggal 21 Juli 2003 membayar
kepada saksi Iwan CHK sebesar Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh
juta rupiah) dengan kwitansi tertanggal 21 Juli 2003…”;

“…Pada tanggal 29 Juli 2003 Terdakwa Berlin Nadeak, S.H., menelepon


saksi Awaludin dan memberitahukan bahwa akta jual beli sudah ditanda-
tangani oleh Bulan Sitepu dan selanjutnya saksi Awaludin, saksi A Seng
dan saksi Soin ke kantor Notaris Berlin Nadeak, S.H. Jl. Sultan Syarif
Kasim No. 356 D, Dumai dimana pada saat itu saksi Iwan CHK bersama
Terdakwa Berlin Nadeak, S.H., sudah ada di kantor Notaris tersebut
sesuai kesepakatan saksi Awaludin dkk harus membayar
Rp.1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta rupiah), sesampainya di
Kantor Notaris tersebut, Terdakwa Berlin Nadeak, S.H., membacakan
Akta Notaris No. 58 tanggal 29 Juli 2003 pada bagian Surat Kuasa
Jual saja dari pemilik tanah Bulan Sitepu kepada saksi Iwan CHK di
hadapan saksi Awaludin dkk sedangkan maksud dari Akta Notaris No. 58
tanggal 29 Juli 2003 tersebut tidak dijelaskan oleh Terdakwa Berlin
Nadeak, S.H.,…dst…”;
10
FAKTA YANG TERUNGKAP DI PERSIDANGAN:

 Bahwa Terdakwa Berlin Nadeak, S.H., TIDAK PERNAH menelepon


saksi Awaludin yang mengatakan bahwa Terdakwa Berlin Nadeak,
S.H., bersama saksi Iwan CHK mau berangkat ke Jakarta dan
meminta uang pembayaran tanah guna pengurusan surat-surat ke
Jakarta serta memberitahukan bahwa akta jual beli sudah ditanda-
tangani oleh Bulan Sitepu, YANG BENAR adalah bahwa Saksi Iwan
CHK sendiri yang menelepon saksi Awaludin yang mengatakan
bahwa saksi Iwan CHK bersama Terdakwa Berlin Nadeak, S.H.,
mau berangkat ke Jakarta dan meminta uang pembayaran tanah
guna pengurusan surat-surat ke Jakarta serta memberitahukan
bahwa Akta Jual Beli sudah ditanda-tangani oleh Bulan Sitepu,
hal ini dapat kita lihat dari keterangan saksi-saksi sebagai berikut:

1) Saksi A Seng (vide PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DUMAI


Nomor: 126/Pid/B/2009/PN.DUM., tanggal 04 Agustus 2009,
halaman 14, poin 14 dan 15), yang menyatakan:

- Bahwa Iwan CHK pernah menelpon saksi untuk minta


batuan uang sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) untuk pergi ke Jakarta bersama terdakwa, tetapi
entah bagaimana Iwan CHK waktu itu langsung mengambil
sama Awaludin als. Kian Hua sebesar Rp.50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah);

- Bahwa waktu itu Iwan CHK pergi ke Jkarta bersama Terdakwa,


saksi mengetahui kepergian mereka karena Iwan CHK setelah
pulang dari Jakarta menelpon saksi memberitahukan kalau
surat-surat tanah di Jalan Kelakap Tujuh Kel. Ratu Sima Kec.
Dumai Barat Kota Dumai sudah ada di tangan Iwan CHK,
kemudian saksi menelpon Awaludin alias Kian Hua dan
mengatakan kalau surat-surat tanah Kelakap Tujuh Kel. Ratu
Sima Kec. Dumai Barat Kota Dumai sudah ada pada Iwan CHK;

Bahwa dengan demikian, berdasarkan Keterangan Saksi-


Saksi yang Terungkap di Muka Persidangan sebagaimana
kami uraikan di atas, maka dalil-dalil yang diuraikan dalam
Dakwaan Kesatu TIDAK TERBUKTI SECARA SAH DAN
MEYAKINKAN sehingga SUDAH SEHARUSNYA
Terdakwa dibebaskan atau setidak-tidaknya dinyatakan
lepas dari segala tuntutan hukum;

11
6. Bahwa kami SANGAT SEPENDAPAT dengan PERTIMBANGAN
HUKUM Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri Dumai sebagaimana
diuraikan dalam PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DUMAI Nomor:
126/Pid/B/2009/PN.DUM., tanggal 04 Agustus 2009, halaman 48 s/d 54,
yang menyatakan:

1) Bahwa dakwaan Jaksa Penuntut Umum disusun secara Alternatif


yaitu Kesatu melanggar Pasal 378 KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP atau Kedua melanggar Pasal 372 KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1)
KUHP;

a. Bahwa di dalam Pasal 378 KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP dalam Surat Dakwaan ada unsur delik yang ditekankan
Jaksa Penuntut Umum yang kalimatnya berbunyi “apakah ini
sudah tidak ada masalah Pak, apa surat Kuasa Jual Beli dan
Pengikatan Jual Belinya tidak ada masalah” dijawab oleh
Terdakwa “tidak ada masalah surat-suratnya sudah cukup
kuat dimana pengurusan Sertifikat Hak Milik hingga Balik
Nama saya langsung mengurusnya jadi tidak perlu ragu dan
kalau mau bayar pelunasannya juga boleh”;

b. Sedangkan didalam dakwaan Alternatif Kedua ada kalimat yang


menjadi dasar dakwaan Jasa Penuntut Umum, yaitu: pada waktu
saksi Awaludin menyerahkan uang pembayaran Tanah
Sertifikat Hak Milik No. 391 ke rekening Wati di Bank Mandiri
dan pada waktu penandatanganan kwitansi tertanggal 23
Agustus 2003 sebesar Rp.2.860.000.000,- diketahui oleh
Terdakwa;

2) Bahwa didalam Pasal 378 KUHP yang menjadi inti delik (Bestandel
Delik) adalah “Dengan tipu muslihat ataupun rangkaian
kebohongan untuk menggunakan orang lain” sedangkan di dalam
Pasal 372 KUHP yang menjadi inti delik adalah dengan sengaja dan
melawan hukum memiliki barang yang seluruhnya atau
sebahagiaan kepunyaan orang lain yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan:

- Menurut HR, 24 Juli 1936 yang dimaksudkan dengan tipu


muslihat adalah mendapatkan tanda tangan palsu dalam buku
stempel untuk menggunakan Pejabat menyerahkan uang
sakunya.

- HR Agustus 1912, melakukan pesanan-pesanan dalam suatu


Kop Surat karena bertentangan dengan kenyataan mengesankan
seolah-olah pemesan mempunyai usaha dengan cara sungghu-
sungguh;

12
- HR 01 Nopember 1930, menggunakan selembar cek yang
diketahuinya bahwa cek tersebut tidak ada dananya;

- HR 12 Juni 1951, melakukan perbuatan atau tidak melakukan


perbuatan yang dapat menimbulkan gambaran-gambaran keliru
tentang adanya unsur-unsur bahwa pelaku mempunyai hak atas
uang tertentu;

- Sedangkan yang dimaksudkan dengan rangkaian kebohongan


menurut HR 8 Maret 1926 adalah terdapat rangkaian kebohongan
jika antara pelbagai kebohongan itu terdapat suatu hubungan
yang demikian rupa dan kebohongan yang satu melengkapi
kebohongan yang lain, sehingga mereka secara timbal balik
menimbulkan suatu gambaran palsu seolah-olah merupakan
kebenaran;

3) Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi, Keterangan Terdakwa


dan barang bukti yang diajukan dalam perkara ini terdapat fakta-fakta
hukum yaitu sebagai berikut:

- Bahwa pembicaraan penawaran harga tanah Sertifikat Hak Milik


391 atas nama Bulan Sitepu dilakukan ASENG, SOIN dan IWAN
di Kedai Kopi Panghing di Jalan Ombak dan dilanjutkan di Rumah
Soin tanpa mengiktusertakan Terdakwa;

- Pada waktu itu saksi Iwan CHK menawarkan harga tanah sebesar
Rp.450.000,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah) permeter dan
kemudian disepakati sebesar Rp. 400.000,- (empat ratus ribu
rupiah) per meter dan Biaya Balik Nama di tanggung Pembeli hal
ini pun tanpa mengikutsertakan Terdakwa;

- Sesuai dengan fakta dipersidangan Terdakwa tidak pernah


menelepon saksi Awaludin untuk menyuruh datang ke Kantor
Terdakwa;

- Saksi Soin dan saksi Awaludin pernah membuat Akta di Kantor


Terdakwa sebelum perkara ini tetapi tidak ada masalah;

- Bahwa tanah yang dibeli saksi Awaludin, dkk adalah seluas 110 x
65 m dan Sertifikat Hal Milik 391 atas nama Bulan Sitepu yang
keseluruhannya + 18.689 M2;

- Bahwa Terdakwa telah memecah Sertifikat Hak Milik 391 atas


nama Bulan Sitepu sesuai kapling-kapling yang dibeli oleh saksi
Awaludin, dkk. Menjadi Sertifikat Hak Milik yaitu:

1. Hak Milik 260 seluas 0.639 m2


13
2. Hak Milik 261 seluas 0.265 m2
3. Hak Milik 262 seluas 0.530 m2
4. Hak Milik 263 seluas 2.122 m2
5. Hak Milik 264 seluas 1.591 m2
6. Hak Milik 265 seluas 1.513 m2
7. Hak Milik 266 seluas 0.211 m2

- Bahwa sedangkan sisa tanah dari Hak Milik 391 dijual saksi Iwan
ke Handoko Nusantara melalui Akta Notaris yang dibuat oleh
Terdakwa ;

- Bahwa uang pembayaran jual beli tanah seluas 110 x 65 m2


sudah dibayar saksi Awaludin ke saksi Iwan melalui rekening Wati
(anak saksi Iwan melalui Bank Mandiri Cabang Dumai sejumlah
Rp.2.860.000.000,- (dua milyar delapan ratus ebam puluh juta
rupiah));

- Bahwa pembayaran uang tersebut tidak melibatkan Terdakwa,


Terdakwa hanya diberitahu saja dan mengenai bukti kwitansi
pembayaran uang sejumlah Rp.2.860.000.000,-(dua milyar
delapan ratus ebam puluh juta rupiah) yang ditandatangani
Terdakwa dikarenakan atas permintaan saksi Awaludin untuk
minta pengesahan atas bukti kwitansi tersebut untuk minta
pengesahan (waarmeking);

- Bahwa uang sejumlah Rp.2.860.000.000,- (dua milyar delapan


ratus ebam puluh juta rupiah) tidak diserahkan saksi Iwan CHK
kepada Pemilik Tanah tetapi dibuat untuk kepentingan pribadi
saksi Iwan CHK yaitu untuk bisnis CPO, dan Terdakwa tidak
menerima bagian dari uang sebesar Rp.2.860.000.000,- (dua
milyar delapan ratus ebam puluh juta rupiah) tersebut;

- Bahwa uang yang dimintakan Terdakwa kepada Iwan CHK


melalui Wati sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah)
dipergunakan Terdakwa untuk pembayaran Pajak atas Tanah Hak
Milik 391 dan biaya Pemecahan Sertifikat Tanah (Bukti
sebagaimana terlampir dalam lampiran Pledoi Terdakwa);

- Bahwa mengenai Akta No. 58 dan No. 59 merupakan pekerjaan


Notaris yang diatur mengenai Undang-undang dan sampai saat ini
akta-akta tersebut masih sah karena Jaksa tidak dapat
membuktikan kalau akta-akta tersebut tidak sah, karena akta-akta
tersebut terbukti telah dipergunakan saksi Iwan CHK untuk
menjual atas sebahagian dari Tanah Hak Milik 391 kepada
Handoko Nusantara;

14
- Bahwa mengenai akta-akta yang masih berupa blanko yang
sudah ditandatangani Penjual dan Pembeli namun belum diberi
nomor, tanggal dan bulan serta tahun serta belum ditandatangani
Terdakwa sebagai Notaris adalah merupakan Akta sebagai
persiapan dalam hal seperti itu lumrah terjadi, yang mana proses
tersebutakan dilanjutkan apabila pembayaran harga tanah sudah
dilunasi kepada Bulan Sitepu sebagai Pemilik Tanah, namun oleh
karena uang harga tanah Sertifikat Hak Milik 391 yang sudah
dipecah menjadi Hak Milik No. 391 (sebagian dibeli Handoko
Nusantara), Hak Milik 360 s/d Hak Milik 264 belum diserahkan
Iwan CHK (Saksi/Terdakwa dalam berkas tersendiri) kepada
Pemilik Tanah (Bulan Sitepu/Rosta tarigan) maka hal; tersebut
tidak bisa dilanjutkan prosesnya karena apabila Terdakwa
melanjutkan maka kesalahan itu ada pada Terdakwa;

- Bahwa tidak dilanjutkannya proses penandatanganan akta-akta


dan Balik Nama, karena Iwan CHK (Saksi/Terdakwa dalam berkas
tersendiri) belum melunasi harga tanah seluas 110 x 65 m
(sebahagian dari luas tanah Hak Milik No. 391) kepada Bulan
Sitepu adalah di luar kemampuan Terdakwa selaku Notaris/PPAT
dan Terdakwa tidak bisa memaksakan kehendak agar Iwan CHK
menyerahkan uang itu kepada Bulan Sitepu/Rosta Tarigan;

- Bahwa kesaksian Rosta Tarigan menerangkan tidak


terlaksananya jual beli tersebut dikarenakan belum lunasnya
harga tanah seluas 110 x 65 m (sebahagian dari luas tanah Hak
Milik No. 391) dari Iwan CHK kepada Rosta Tarigan;

- Bahwa kesaksian: Awaludin Acu Budi, Aseng, Soin, Rosta Tarigan


sesuai dengan fakta hukum yang menerangkan bahwa yang
merugikan mereka adalah Iwan CHK;

- Bahwa pengakuan Iwan CHK dipersidangan bahwa ia


bertanggung jawab atas perkara ini bukan Terdakwa, sedangkan
di Pledoi Iwan CHK yang menerangkan bahwa Terdakwa Berlin
Nadeak ikut bertanggung jawab atas perkara ini adalah saling
kontradiktif dan tidak bisa dijadikan pegangan untuk membuktikan
kesalahan Terdakwa;

- Menurut teori syarat-syarat pemidanaan haruslah memenuhi


ketentuan sebagai berikut:

1. adanya kesalahan (schuld);

2. adanya unsur melawan hukm (wederechtelijk heid);

15
3. adanya perbuatan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
pidana (toeringkeningvanbaar heids);

4) Bahwa berdasarkan pertimbangan–pertimbangan tersebut diatas saya


berpendapat perbuatan terdakwa Berlin Nadeak, SH adalah tidak
terbutki memenuhi unsur pasal baik dalam dakwaan Alternatif Kesatu
ataupun Alternatif Kedua dan karenanya Terdakwa haruslah
dibebaskan dari Kedua Dakwaan Jaksa Penuntut Umum tersebut
karena perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa adalah bukan
perbuatan yang dapat dipidana (Strafbare Handeling).

II. FAKTA-FAKTA PERSIDANGAN PADA PEMERIKSAAN


JUDEX FACTIE TINGKAT PERTAMA
Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, termasuk
PERTIMBANGAN HUKUM Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Dumai sebagaimana diuraikan dalam PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
DUMAI Nomor: 126/Pid/B/2009/PN.DUM., tanggal 04 Agustus 2009,
halaman 48 s/d 54 serta seluruh Keterangan Saksi-Saksi yang terungkap
dalam Persidangan Perkara A Quo di Pengadilan Negeri Dumai (Judex
Factie Tingkat Pertama), maka diperoleh FAKTA-FAKTA HUKUM sebagai
berikut:

- Bahwa Rosta Tarigan memiliki tanah seluas 3,6 hektar di Kelakap Tujuh
Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai dengan
Sertifikat No. 391, 392, 393;

- Bahwa Sertifikat No. 391 atas nama Mesta Tarigan dan Johanes Ginting,
No. 392 atas nama Rosta Tarigan dan No. 393 atas nama Bulan Sitepu;

- Bahwa pembicaraan Iwan CHK dengan Bulan Sitepu waktu itu adalah
Bulan Sitepu mengatakan kepada Iwan CHK kalau Bulan Sitepu
memiliki tanah di Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan
Dumai Barat Kota Dumai, KALAU COCOK HARGANYA DIJUALKAN
SAJA, kemudian Iwan CHK dan Bulan Sitepu mengadakan perjanjian
dimana Bulan Sitepu mengatakan kepada Iwan CHK semua tanah
miliknya yang terletak di Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima
Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai, mau dijual dengan harga
keseluruhan sebesar enam milya rupiah lebih;

- Bahwa Iwan CHK sudah pernah berhubungan dengan Berlin Nadeak,


S.H., dimana pada waktu itu Iwan CHK pergi ke Kantor Notaris Berlin
Nadeak, S.H. minta tolong untuk dibuatkan surat-surat tanah;

- Bahwa Iwan CHK bersama dengan Berlin Nadeak, S.H pergi ke Jakarta
bersama dalam rangka menemui Bulan Sitepu untuk pengurusan surat-
16
surat tanah yang terletak di Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima
Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai;

- Bahwa pada waktu itu Iwan CHK datang menemui Rosta Tarigan,
menanyakan tanah Rosta Tarigan yang terletak di Kelakap Tujuh
Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai kalau mau
dijual maka Iwan CHK yang akan menjual;

- Bahwa Iwan CHK sering menelepon Rosta Tarigan menanyakan


apakah tanah Rosta Tarigan jadi mau dijual dan dijawab Rosta Tarigan
tanah yang terletak di Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan
Dumai Barat Kota Dumai seluas 1,8 Hektar Sertifikat No. 391, JADI
DIJUAL karena suami Rosta Tarigan saat itu sedang sakit;

- Bahwa atas kesepakatan Rosta Tarigan dengan Iwan CHK saat itu
harga tanah per meternya senilai Rp. 284.000,- (dua ratus delapan puluh
empat ribu rupiah);

- Bahwa setelah ada kesepakatan harga tanah itu, Iwan CHK dan
Terdakwa datang ke rumah Rosta Tarigan di Jakarta;

- Bahwa yang mau menjualkan tanah milik Bulan Sitepu adalah Iwan CHK
sendiri;

- Bahwa Iwan CHK menawarkan tanah yang terletak di Kelakap Tujuh


Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai seluas lebih
dari 1 (satu) hektar dengan ukuran 110 m x 65 m kepada A Seng, tetapi
A Seng tidak bisa membeli dan kemudian A Seng mencari orang lain
untuk membelinya dan pada waktu Iwan CHK tidak membawa surat-
surat tanah itu;

- Bahwa setelah kira-kira 10 (sepuluh) menit A Seng ditawari oleh Iwan


CHK kemudian A Seng menelepon Awaludin alias Kian Hua dan A
Seng bilang kepada Awaludin alias Kian Hua di Jalan Kelakap Tujuh
Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat mau dijual dengan
ukuran 110 m x 65 m;

- Bahwa saat menelepon Awaludin alias Kian Hua, A Seng


berada di Kedai Kopi merk Pang Hing di Jl. Ombak Dumai;

- Sambil menunggu kabar dari Awaludin alias Kian Hua, A Seng


menelepon So In dan kemudian A Seng pergi ke rumah So In untuk
mengajak melihat di lokasi tanah yang dijual;

- Bahwa A Seng bersama Iwan CHK kemudian datang ke rumah So in


alias A in dan menawarkan tanah itu dengan harga Rp.450.000,- per

17
meternya, kemudian terjadilah tawar menawar dan Iwan CHK
mengatakan, jadi harga per meternya waktu itu adalah Rp.400.000,-;

- Bahwa pada sekitar bulan Juni tahun 2003 So in alias A in ditawarii


untuk membeli tanah oleh A Seng, pada waktu itu A Seng berkata
kepada So in alias A in bahwa Iwan CHK akan menjual tanah di
Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat Kota
Dumai, dengan ukuran 110 m x 65 m, tanah itu milik Bulan Sitepu yang
dikuasakan kepada Iwan CHK untuk menjual tanah itu. Pada saat itu So
in alias A in mengatakan kepada A Seng kalau So in alias A in tidak
ada uang dan A Seng minta carikan teman lain yang mau membeli
tanah kemudian So in alias A in menghubungai Awaludin alias Kian
Hua;

- Bahwa sesampainya A Seng dan So In di lokasi, Iwan CHK sudah ada


di atas tanah itu, kemudian antara So In dan Iwan CHK saling bicara
dan menjelaskan panjang tanah sekitar 110 m x 65 m;

- Bahwa pada waktu itu Iwan CHK menawarkan kepada So In harga


tanah Rp.450.000,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah), sehingga
terjadi tawar menawar dan akhirnya disepakati tanah itu dihargai
Rp.400.000,- (empat ratus ribu rupiah) pajak ditanggung Iwan CHK dan
biaya balik nama ditanggung oleh pembeli;

- Bahwa setelah Iwan CHK dan Terdakwa pulang dari Jakarta kemudian
Iwan CHK pergi ke Kantor Notaris Berlin Nadeak, S.H., dan yang ada di
Kantor Notaris itu adalah Iwan CHK, Awaludin alias Kian Hua, So In, A
Seng dan Berlin Nadeak, S.H., untuk membicarakan harga tanah
permeternya yang ditawarkan Iwan CHK sebesar Rp.450.000,- akhirnya
disepakati harga per meternya Rp.400.000,-;

- Bahwa pada saat Iwan CHK datang ke rumah So in alias A in dia tidak
membawa surat-surat tanah itu, dan waktu itu Iwan CHK berkata kepada
So in alias A in kalau dia sudah menerima surat kuasa untuk
menjual tanah di Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan
Dumai Barat Kota Dumai dari pemilik tanah yang bernama Bulan
Sitepu;

- Bahwa pada waktu itu A Seng mengatakan kepada So in alias A in


kalau Iwan CHK sudah mempunyai surat kuasa dari Bulan Sitepu;

- Bahwa A Seng tahu Iwan CHK mendapat kuasa untuk menjual tanah
Bulan Sitepu yang terletak di Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima
Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai adalah pada waktu Iwan CHK
bersama Terdakwa (Berlin Nadeak, S.H.) pergi ke Jakarta;

18
- Bahwa pada pertemuan pertama belum ada pembayaran, dan pada hari
itu juga dibuatkan Ikatan Jual Beli antara Awaludin alias Kian Hua
dengan Iwan CHK;

- Bahwa pada WAKTU TUJUH HARI KEMUDIAN A Seng, So In, Iwan


CHK, Awaludin alias Kian Hua pergi ke kantor Notaris Berlin Nadeak,
S.H. (Terdakwa) dan bertemu dengan Terdakwa di kantornya lalu
dibicarakan tentang pemecahan surat masing-masing pembeli, dimana
pada saat itu Terdakwa menjelaskan dengan kata-kata Surat Sertifikat
Tanah sudah dibawa dari Jakarta dan juga pemilik tanah yang bernama
Bulan Sitepu telah memberikan Surat Kuasa tertulis kepada Iwan CHK
untuk menjualkan tanahnya di Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima
Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai;

- Bahwa AKTA NO. 58 antara suami Rosta Tarigan, Bulan Sitepu


kepada Iwan CHK, KUASA UNTUK MENJUAL TANAH, tetapi setelah
lunas uang dibayar baru tanah boleh dijual;

- Bahwa pada saat itu AWALUDDIN tidak melihat surat kuasa dari Pemilik
tanah kepada Iwan CHK, Terdakwa saat itu hanya membacakan saja
di Kantornya dan surat kuasa itu adalah surat kuasa no. 59;

- Bahwa sesudah dibacakan Surat Kuasa Awaludin alias Kian Hua


membayar uang pembelian tanah kepada Iwan CHK sebesar
Rp.150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah);

- Bahwa Handoko Nusantara kenal dengan Iwan CHK sebagai calo


tanah dan Berlin Nadeak, S.H., sebagai Notaris;

- Bahwa yang mengenalkan Handoko Nusantara dengan Iwan CHK


adalah A Seng di Kedai Kopi yang mengatakan kepada Handoko
Nusantara ada teman bernama Iwan CHK menawarkan tanah yang
terletak di Jalan Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai
Barat Kota Dumai seluas sekitar 1 (satu) hektar;

- Bahwa Handoko Nusantara akhirnya membeli tanah itu dan Handoko


Nusantara membayar kepada Iwan CHK sebesar Rp.1.300.000.000,-
(satu milyar tiga ratus juta rupiah);

- Bahwa saat itu Iwan CHK MENUNJUKKAN Sertifikat tanah dan


KUASA MENJUAL TANAH kepada Handoko Nusantara, namun
Handoko Nusantara tetap keberatan untuk membeli tanah itu sebelum
dibalik nama ke Iwan CHK;

- Bahwa kemudian Handoko Nusantara bersama Kunjono, Iwan CHK, A


Seng pergi ke Kantor Notaris Berlin Nadeak, S.H. dan bertemu dengan
Terdakwa (Notaris Berlin Nadeak, S.H.);
19
- Bahwa kepada Notaris Berlin Nadeak, S.H. (Terdakwa) Handoko
Nusantara mengatakan jika pemilik tanah asal mau membalik nama
kepada atas nama Iwan CHK baru Handoko Nusantara mau membeli
tanah tersebut, kemudian Notaris Berlin Nadeak, S.H. berkata “Tunggu
balik nama dulu”, pada akhirnya waktu itu terjadilah balik nama
menjadi atas nama Iwan CHK;

- Bahwa benar tanda tangan Rosta Tarigan dan suami Rosta Tarigan
pada Akta Jual Beli Tanah dengan ukuran 40 m x 53,3 m atas nama
Awaludin yang tidak ada nomor dan tanggalnya tersebut;

- Bahwa saat itu di Jakarta Rosta Tarigan dan Suami Rosta Tarigan
menandatangani 2-3 buah Blangko Akta Jual Beli kosong;

- Bahwa uang penjualan tanah yang telah diterima Rosta Tarigan adalah
pertama sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), kedua
sebesar Rp.1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta rupiah), ketiga
sebesar Rp.600.000.000,- (enam ratus juta rupiah);

- Bahwa tanah di Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai


Barat Kota Dumai yang Rosta Tarigan jual kepada Handoko
Nusantara seluas 1,1 hektar dan uang yang diterima Rosta Tarigan
adalah Rp.254.000.000,- (dua ratus lima puluh empat juta rupiah) dan
masih tersisa uang Rosta Tarigan di Handoko Nusantara sebesar
Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah);

- Bahwa setelah Rosta Tarigan menandatangani blangko Akta Jual Beli


kosong, Notaris Berlin Nadeak, S.H., berkata kepada Rosta Tarigan
“Kalau belum dibayar uangnya tidak dibuat akta jual belinya”;

- Bahwa Iwan CHK menjualkan tanah saksi senilai Rp.1.300.000.000,-


(satu milyar tiga ratus juta rupiah);

- Bahwa Wati adalah anak dari Iwan CHK dan Wati mempunyai dua
rekening yaitu rekening BNI 46 cabang Dumai yang sudah di blokir serta
rekening Bank Mandiri cabang Dumai sejak tahun 2002 yang masih
berlaku sampai sekarang;

- Bahwa menurut Bapak Wati (Iwan CHK) uang yang masuk rekening
Wati sebesar Rp.1.500.000.000 (satu milyar lima ratus juta rupiah)
adalah dari Awaludin alias Kian Hua;

- Bahwa selain itu ada juga uang masuk ke rekening Wati sebesar
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), Rp.900.000.000,- (sembilan
ratus juta rupiah) dan Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah);

20
- Bahwa Bapak Wati (Iwan CHK) menyuruh Wati untuk mentransfer uang
itu ke nomor rekening Ibu Rosta Tarigan;

- Bahwa waktu itu Wati mengirim ke nomor rekening Ibu Rosta Tarigan
sebesar 1 (satu) milyar lebih kemudian saksi mengirimkan uang lagi
kepada Ibu Rosta Tarigan dengan menggunakan Giro sebesar 1 (satu)
milyar lebih;

- Bahwa total uang Awaludin alias Kian Hua yang masuk ke nomor
rekening Wati sebesar Rp.2.860.000.000,- (dua milyar delapan ratus
enam puluh juta rupiah);

- Bahwa Wati juga terima uang dari Handoko Nusantara di Pekanbaru


sebesar Rp.1.300.000.000,- (satu milyar tiga ratus juta rupiah) yang
pembayarannya dilakukan sebanyak 2 (dua) kali;

- Bahwa Wati mengambil uang di rumah Handoko Nusantara bersama


dengan ayah Wati, yaitu Iwan CHK;

- Bahwa uang dari Handoko Nusantara itu setengahnya Wati setorkan


ke rekening Rosta Tarigan;

- Bahwa uang yang disetorkan ke nomor rekening Rosta


Tarigan hanya setengahnya saja, yang setengahnya
digunakan Bapak Wati Iwan CHK untuk usaha;

- Bahwa Bapak Wati (Iwan CHK) meminta uang dari Wati


sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah),
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), Rp.100.000.000,-
(seratus juta rupiah) untuk bisnis CPO;

- Bahwa jumlah uang keseluruhan yang Wati terima dari Awaludin alias
Kian Hua dan Handoko Nusantara ada sekitar Rp.4.160.000.000,-
(empat milyar seratus enam puluh juta rupiah), dan Wati menyetor uang
penjualan tanah milik Bulan Sitepu ke rekening Rosta Tarigan sebesar
Rp.2.860.000.000,- (dua milyar delapan ratus enam puluh juta rupiah),
sisa uang itu dipergunakan oleh Bapak Wati (Iwan CHK)
untuk usaha CPO;

- Bahwa pembayaran uang hasil penjualan tanah itu setelah ditunggu


sampai tahun 2005 tidak juga dibayar oleh Iwan CHK kepada Rosta
Tarigan;

21
- Bahwa uang yang diterima Iwan CHK dari Awaludin alias
Kian Hua sebesar Rp.2.860.000.000,- dan dari Handoko
Nusantara Rp.1.500.000.000,-

- Bahwa total uang yang diterima Iwan CHK dari penjualan


tanah ada Rp.4.700.000.000,- (empat milyar tujuh ratus juta
rupiah) dan tidak semuanya Iwan CHK setorkan kepada
Bulan Sitepu;

- Bahwa uang yang Iwan CHK setorkan kepada Istri Bulan


Sitepu yang bernama Rosta Tarigan sebesar
Rp.2.860.000.000,- dan sisanya saksi guakan untuk usaha
minyak CPO;

- Bahwa AWALUDDIN selaku korban karena AWALUDDIN merasa ditipu


oleh Iwan CHK, saat AWALUDDIN membeli tanah Bulan Sitepu akan
tetapi surat tanah itu tidak diberikan kepada AWALUDDIN sehingga
AWALUDDIN merasa dirugikan;

- Bahwa kejadiannya pada tanggal 21 Juli 2003 di Kantor Notaris


Berlin Nadeak, S.H., yang terletak di Jl. Sultan Syarif Kasim No. 336
Dumai;

BAHWA PEMAPARAN FAKTA-FAKTA HUKUM TERSEBUT DI


ATAS, SANGATLAH PENTING UNTUK DAPAT
MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN HAKIM ATAU
SUATU KEKELIRUAN YANG NYATA YANG AKAN KAMI
URAIKAN DALAM ALASAN-ALASAN DAN KEBERATAN-
KEBERATAN DALAM MEMORI PK INI;

III. ANALISA YURIDIS TERHADAP FAKTA-FAKTA


PERSIDANGAN
1. Bahwa BENAR Rosta Tarigan memiliki tanah seluas 3,6 hektar di
Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat Kota
Dumai dengan Sertifikat No. 391 atas nama Mesta Tarigan dan Johanes
Ginting, No. 392 atas nama Rosta Tarigan dan No. 393 atas nama
Bulan Sitepu;

2. Bahwa BENAR Bulan Sitepu mengatakan kepada Iwan CHK KALAU


COCOK HARGANYA DIJUALKAN SAJA, kemudian Iwan CHK dan
Bulan Sitepu mengadakan perjanjian dimana Bulan Sitepu
22
mengatakan kepada Iwan CHK semua tanah miliknya yang terletak di
Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat Kota
Dumai, mau dijual dengan harga keseluruhan sebesar enam milya
rupiah lebih;

3. Bahwa BENAR Rosta Tarigan menyatakan tanah yang terletak di


Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat Kota
Dumai seluas 1,8 Hektar Sertifikat No. 391, JADI DIJUAL karena suami
Rosta Tarigan saat itu sedang sakit;

4. Bahwa BENAR yang mau menjualkan tanah milik Bulan Sitepu adalah
Iwan CHK sendiri;

5. Bahwa BENAR Iwan CHK menawarkan tanah yang terletak di Kelakap


Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai seluas
lebih dari 1 (satu) hektar dengan ukuran 110 m x 65 m kepada A Seng,
tetapi A Seng dan A Seng menelepon Awaludin alias Kian Hua dan A
Seng bilang kepada Awaludin alias Kian Hua di Jalan Kelakap Tujuh
Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat mau dijual dengan
ukuran 110 m x 65 m;

6. Bahwa BENAR saat menelepon Awaludin alias Kian Hua, A


Seng berada di Kedai Kopi merk Pang Hing di Jl. Ombak
Dumai;

7. Bahwa BENAR A Seng pergi ke rumah So In untuk mengajak melihat di


lokasi tanah yang dijual;

8. Bahwa BENAR pada waktu itu Iwan CHK menawarkan kepada So In


harga tanah Rp.450.000,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah),
sehingga terjadi tawar menawar dan akhirnya disepakati tanah itu
dihargai Rp.400.000,- (empat ratus ribu rupiah) pajak ditanggung Iwan
CHK dan biaya balik nama ditanggung oleh pembeli;

9. Bahwa BENAR yang mengenalkan Handoko Nusantara dengan Iwan


CHK adalah A Seng di Kedai Kopi yang mengatakan kepada Handoko
Nusantara ada teman bernama Iwan CHK menawarkan tanah yang
terletak di Jalan Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai
Barat Kota Dumai seluas sekitar 1 (satu) hektar;

10. Bahwa BENAR Handoko Nusantara membeli tanah itu dan membayar
kepada Iwan CHK sebesar Rp.1.300.000.000,- (satu milyar tiga ratus
juta rupiah);

11. Bahwa BENAR uang penjualan tanah yang telah diterima Rosta
Tarigan adalah pertama sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta

23
rupiah), kedua sebesar Rp.1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta
rupiah), ketiga sebesar Rp.600.000.000,- (enam ratus juta rupiah);

12. Bahwa BENAR Wati adalah anak dari Iwan CHK dan Wati mempunyai
dua rekening yaitu rekening BNI 46 cabang Dumai yang sudah di blokir
serta rekening Bank Mandiri cabang Dumai sejak tahun 2002 yang
masih berlaku sampai sekarang;

13. Bahwa BENAR uang yang masuk rekening Wati sebesar


Rp.1.500.000.000 (satu milyar lima ratus juta rupiah) dari Awaludin
alias Kian Hua dan sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),
Rp.900.000.000,- (sembilan ratus juta rupiah) dan Rp.200.000.000,- (dua
ratus juta rupiah);

14. Bahwa BENAR Wati juga terima uang dari Handoko Nusantara di
Pekanbaru sebesar Rp.1.300.000.000,- (satu milyar tiga ratus juta
rupiah) yang pembayarannya dilakukan sebanyak 2 (dua) kali;

15. Bahwa BENAR jumlah uang keseluruhan yang Wati terima dari
Awaludin alias Kian Hua dan Handoko Nusantara ada sekitar
Rp.4.160.000.000,- (empat milyar seratus enam puluh juta rupiah), dan
Wati menyetor uang penjualan tanah milik Bulan Sitepu ke rekening
Rosta Tarigan sebesar Rp.2.860.000.000,- (dua milyar delapan ratus
enam puluh juta rupiah), sisa uang itu dipergunakan oleh
Bapak Wati (Iwan CHK) untuk usaha CPO;

16. Bahwa uang yang disetorkan ke nomor rekening Rosta


Tarigan hanya setengahnya saja, yang setengahnya
digunakan Bapak Wati Iwan CHK untuk usaha;

17. Bahwa Bapak Wati (Iwan CHK) meminta uang dari Wati
sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah),
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), Rp.100.000.000,-
(seratus juta rupiah) untuk bisnis CPO;

18. Bahwa total uang yang diterima Iwan CHK dari penjualan
tanah ada Rp.4.700.000.000,- (empat milyar tujuh ratus juta
rupiah) dan tidak semuanya Iwan CHK setorkan kepada
Bulan Sitepu;

19. Bahwa uang yang Iwan CHK setorkan kepada Istri Bulan
Sitepu yang bernama Rosta Tarigan sebesar
Rp.2.860.000.000,- dan sisanya saksi gunakan untuk
usaha minyak CPO;
24
20. Bahwa BENAR AWALUDDIN merasa ditipu oleh Iwan CHK, saat
AWALUDDIN membeli tanah Bulan Sitepu akan tetapi surat tanah itu
tidak diberikan kepada AWALUDDIN sehingga AWALUDDIN merasa
dirugikan;

21. Bahwa BENAR kejadiannya pada tanggal 21 Juli 2003 di


Kantor Notaris Berlin Nadeak, S.H., yang terletak di Jl. Sultan Syarif
Kasim No. 336 Dumai;

BAHWA DARI URAIAN DI ATAS, TERLIHAT JELAS BAHWA


JUAL-BELI TANAH MEMANG BENAR ADANYA, AKAN TETAPI
OLEH IWAN CHK, UANG PENJUALAN TANAH TIDAK
DISERAHKAN SELURUHNYA KEPADA PEMILIK TANAH
NAMUN IWAN CHK MALAH MENGGUNAKAN SEBAGIAN
UNTUK USAHA/BISNIS CPO YANG KEMUDIAN MENGALAMI
KERUGIAN, SEHINGGA IWAN CHK TIDAK DAPAT
MENYERAHKAN SELURUH UANG PENJUALAN TANAH MILIK
ROSTA TARIGAN KEPADA ROSTA TARIGAN SEHINGGA
ROSTA TARIGAN MEMBATALKAN SEMUA PROSES JUAL-
BELI YANG TELAH DISETUJUI SEBELUMNYA, YANG
AKIBATNYA MENIMBULKAN KERUGIAN BAGI PARA PEMBELI
(IN CASU SAKSI AWALUDDIN);

BAHWA DARI URAIAN TERSEBUT, TERLIHAT JELAS BAHWA


IWAN CHK MENERIMA UANG DARI PARA SAKSI BUKAN
KARENA KEJAHATAN, TETAPI KARENA ADANYA JUAL BELI
TANAH YANG TELAH DISETUJUI OLEH PEMILIKNYA, AKAN
TETAPI UANG PENJUALAN TANAH TERSEBUT TIDAK
DISERAHKAN SELURUHNYA KEPADA PEMILIK TANAH AKAN
TETAPI SEBAGIAN DIGUNAKAN UNTUK USAHA/BISNIS CPO
YANG DIKELOLA IWAN CHK;

URAIAN TERSEBUT MENUNJUKKAN “QUAD NOON” TELAH


TERJADI TINDAK PIDANA ADALAH TINDAK PIDANA
PENGGELAPAN YANG DILAKUKAN OLEH IWAN CHK ATAS
UANG PENJUALAN TANAH MILIK ROSTA TARIGAN;

IV. DASAR & ALASAN PERMOHONAN PK ADALAH


SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 263 AYAT (2)
UU NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA
PIDANA (KUHAP)
25
1. Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat,
bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
berlangsung hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan
lepas dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum
tidak dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan
pidana yang lebih ringan;

2. Apabila dalam pelbagai putusan, terdapat pernyataan bahwa


sesuatu telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar
dan alasan putusan yang dinyatakan tetap terbukti itu, ternyata telah
bertentangan satu dengan yang lain;

3. Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan


hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.

MAKA DALAM PENGAJUAN PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI


PERKARA A QUO, KAMI MENDASARKANNYA ATAS DASAR POIN 3 DI
ATAS, YAITU “…APABILA PUTUSAN ITU DENGAN JELAS
MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN HAKIM ATAU SUATU
KEKELIRUAN YANG NYATA…”;

V. ALASAN-ALASAN DAN KEBERATAN DALAM MEMORI


PK
A. JUDEX JURIS TELAH DENGAN JELAS DAN NYATA
MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN ATAU SUATU
KEKELIRUAN KARENA TIDAK MEMBERIKAN PERTIMBANGAN
YANG CUKUP (NIET VOLDOENDE GEMOTIVEERD)

1. Bahwa Judex Juris pada Pertimbangan Hukumnya, sebagaimana


Putusan No.439_K/Pid/2010, tertanggal 20 Juli 2010, halaman 47
s/d 48, yang pada pokoknya menyebutkan “…menimbang, bahwa
atas alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung berpendapat:
Mengenai alasan ke-1: bahwa alasan tersebut tidak dapat
dibenarkan…dst…Mengenai alasan-alasn ke-2 dan ke-5: Bahwa
alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan;

2. Bahwa Judex Juris dalam Putusan No.439_K/Pid/2008, tertanggal


20 Juli 2010, SAMA SEKALI tidak mempertimbangkan kesalahan
penerapan HUKUM PEMBUKTIAN yang dilakukan oleh Judex
Factie, baik di tingkat Pertama maupun di tingkat Banding,
sehingga Judex Juris Telah dengan Jelas dan Nyata
Memperlihatkan Suatu Kekhilafan atau Suatu Kekeliruan Karena
Tidak Memberikan Pertimbangan Yang Cukup (Niet Voldoende
Gemotiveerd);
26
Bahwa dengan demikian, karena JUDEX JURIS TELAH DENGAN JELAS
DAN NYATA MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN ATAU SUATU
KEKELIRUAN KARENA TIDAK MEMBERIKAN PERTIMBANGAN YANG
CUKUP (NIET VOLDOENDE GEMOTIVEERD) sehingga SUDAH
SEHARUSNYA PUTUSAN KASASI MAHKAMAH AGUNG RI Nomor:
439 K/Pid/2010, tertanggal 20 Juli 2010 DIBATALKAN;

B. JUDEX FACTIE TINGKAT BANDING TELAH DENGAN JELAS DAN


NYATA MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN ATAU SUATU
KEKELIRUAN DALAM MENERAPKAN HUKUM PEMBUKTIAN

1. Bahwa Pasal 185 ayat (6) KUHAP, menyebutkan “…Dalam menilai


kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-
sungguh memperhatikan:

a. Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;

b. Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;

c. Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk member


keterangan yang tertentu;

d. Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada
umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu
dipercaya…”;

2. Bahwa Judex Factie Tingkat Banding pada Pertimbangan


Hukumnya, sebagaimana Putusan Nomor: 376/PID/2009, tertanggal
23 November 2009, halaman 16, menyebutkan:

“…Menimbang, bahwa peran Terdakwa cukup besar di dalam


perkara ini sebagaimana keterangan Terdakwa antara lain:

- “Bayar saja kepada Iwan CHK karena Iwan CHK sudah menerima
kuasa dari pemilik tanah yaitu Bulan Sitepu dan surat kuasa sudah
cukup kuat” (hal. 11);

- “Tanah di Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai


barat Kota Dumai tidak ada masalah, sedangkan surat kuasa dari
Bulan Sitepu kepada Iwan CHK untuk menjualkan tanahnya
adalah sudah sangat kuat” (hal. 14);

- “Pak Awaludin Alias Kin Hua tenanglah, saya yang mengurus


surat-surat tanah tersebut, karena saya sebagai Notaris Pejabat
Pembuat Akta Tanah, pokoknya sampai tuntas, beres bos” (hal.
14);
27
- “Tanah ini sudah dikuasakan kepada Iwan CHK untuk menjualnya
tak apa-apa tanah tidak ada masalah” (hal. 20);

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangannya atau kata-kata


Terdakwa tersebut saksi Awaludin Alias Kian Hua percaya kepada
Terdakwa apalagi Terdakwa seorang Notaris dan kata-kata tersebut
diucapkan oleh Terdakwa juga di kantor Notarisnya…”;

3. Bahwa Keterangan Saksi yang dikutip oleh Judex Factie Tingkat


Banding tersebut hanyalah sepenggal-sepenggal, tanpa
mempertimbangkan keseluruhan Keterangan Saksi (vide: Pasal 185
ayat (6) KUHAP) yang saling mendukung dengan Keterangan yang
dikutip tersebut, yaitu sebagai berikut:

- Bahwa pada saat itu Awaluddin tidak melihat surat kuasa dari
pemilik tanah kepada Iwan CHK, Terdakwa saat itu hanya
membacakan saja di Kantornya dan surat kuasa itu adalah
surat kuasa no. 59 (halaman 12, Keterangan Saksi Awaludin
alias Kian Hua);

- Bahwa pada saat Iwan CHK datang ke rumah So in alias A in


dia tidak membawa surat-surat tanah itu, dan waktu itu Iwan
CHK berkata kepada So in alias A in kalau dia sudah
menerima surat kuasa untuk menjual tanah di Kelakap
Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai
dari pemilik tanah yang bernama Bulan Sitepu (halaman 19,
Keterangan Saksi So in alias A in);

- Bahwa pada waktu itu Terdakwa ada membacakan Surat Kuasa


dari pemilik tanah Bulan Sitepu kepada Iwan CHK untuk
menjual tanahnya dan menerima uang dari hasil penjualan
tanahnya yang terletak di Kelakap Tujuh Kel. Ratu Sima, Kec.
Dumai Barat Kota Dumai (halaman 13, Keterangan Saksi A
Seng);

- Bahwa pada waktu itu A Seng mengatakan kepada So in alias A


in kalau Iwan CHK sudah mempunyai surat kuasa dari Bulan
Sitepu (halaman 19, Keterangan Saksi So in alias A in);

- Bahwa AKTA NO. 58 antara suami Rosta Tarigan, Bulan


Sitepu kepada Iwan CHK, KUASA UNTUK MENJUAL TANAH,
tetapi setelah lunas uang dibayar baru tanah boleh dijual
(halaman 26, Keterangan Saksi Rosta Tarigan);

28
- Bahwa saat itu Iwan CHK MENUNJUKKAN Sertifikat tanah
dan KUASA MENJUAL TANAH kepada Handoko Nusantara,
namun Handoko Nusantara tetap keberatan untuk membeli
tanah itu sebelum dibalik nama ke Iwan CHK (halaman 21,
Keterangan Saksi Handoko Nusantara);

4. Bahwa dari Keterangan Saksi-Saksi tersebut, NYATALAH bahwa


SURAT KUASA MENJUAL dari bulan sitepu / rosta tarigan
kepada iwan chk BENAR-BENAR ADA;

5. Bahwa dengan BENAR-BENAR ADANYA SURAT KUASA


MENJUAL tersebut, maka apa yang disampaikan oleh Terdakwa
kepada para Saksi sebagaimana Keterangan Saksi yang dikutip
oleh Judex Factie adalah informasi yang TEPAT dan dibenarkan
HUKUM;

6. BAHWA DENGAN DEMIKIAN JUDEX FACTIE TINGKAT


BANDING TELAH SALAH MENERAPKAN HUKUM
PEMBUKTIAN SEBAGAIMANA DIAMANATKAN DALAM
PASAL 185 AYAT (6) KUHAP;

7. Bahwa Judex Factie pada Tingkat Banding juga mengambil alih


seluruh PERTIMBANGAN HUKUM Judex Factie Tingkat Pertama,
sebagaimana Putusan Nomor: 376/PID/2009, tertanggal 23
November 2009, halaman 16, yang menyebutkan “…Menimbang
bahwa setelah Pengadilan Tinggi mempelajari dengan seksama
berkas perkara dan turunan resmi putusan Pengadilan Negeri Dumai
tanggal 04 Agustus Nomor: 126/PID.B/2008/PN.DUM. serta memori
banding dari Jaksa Penuntut Umum, Pengadilan Tinggi
sependapat dengan pertimbangan Hakim Tingkat Pertama dalam
Putusannya Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
telah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan kepadanya
dan pertimbangan hakim tingkat pertama tersebut di ambil alih
dan dijadikan sebagai pertimbangan Pengadilan Tinggi sendiri
dalam memutus perkara ini dalam tingkat banding, kecuali mengenai
pidana yang dijatuhkan oleh hakim tingkat pertama menurut
Pengadilan tinggi terlalu ringan dan adil apabila terdakwa dihukum
seperti akan disebut dalam amar putusan di bawah ini…”;

8. Bahwa PERTIMBANGAN HUKUM Judex Factie Tingkat Banding


yang demikian adalah PERTIMBANGAN yang Tidak Memberikan
Pertimbangan Yang Cukup (Niet Voldoende Gemotiveerd)
karena SAMA SEKALI tidak dengan sungguh-sungguh
memperhatikan: Persesuaian antara keterangan saksi satu
dengan yang lain, sebagaimana kami tuangkan pada Bagian II
tentang FAKTA-FAKTA PERSIDANGAN PADA PEMERIKSAAN

29
JUDEX FACTIE TINGKAT PERTAMA MEMORI PK ini, yang pada
pokoknya menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
- BAHWA DARI URAIAN DI ATAS, TERLIHAT JELAS BAHWA
JUAL-BELI TANAH MEMANG BENAR ADANYA, AKAN TETAPI
OLEH IWAN CHK, UANG PENJUALAN TANAH TIDAK
DISERAHKAN SELURUHNYA KEPADA PEMILIK TANAH
NAMUN IWAN CHK MALAH MENGGUNAKAN SEBAGIAN
UNTUK USAHA/BISNIS CPO YANG KEMUDIAN MENGALAMI
KERUGIAN, SEHINGGA IWAN CHK TIDAK DAPAT
MENYERAHKAN SELURUH UANG PENJUALAN TANAH MILIK
ROSTA TARIGAN KEPADA ROSTA TARIGAN SEHINGGA
ROSTA TARIGAN MEMBATALKAN SEMUA PROSES JUAL-
BELI YANG TELAH DISETUJUI SEBELUMNYA, YANG
AKIBATNYA MENIMBULKAN KERUGIAN BAGI PARA PEMBELI
(IN CASU SAKSI AWALUDDIN);

- BAHWA DARI URAIAN TERSEBUT, TERLIHAT JELAS BAHWA


IWAN CHK MENERIMA UANG DARI PARA SAKSI BUKAN
KARENA KEJAHATAN, TETAPI KARENA ADANYA JUAL BELI
TANAH YANG TELAH DISETUJUI OLEH PEMILIKNYA, AKAN
TETAPI UANG PENJUALAN TANAH TERSEBUT TIDAK
DISERAHKAN SELURUHNYA KEPADA PEMILIK TANAH AKAN
TETAPI SEBAGIAN DIGUNAKAN UNTUK USAH /BISNIS CPO
YANG DIKELOLA IWAN CHK;

- URAIAN TERSEBUT MENUNJUKKAN “QUAD NOON” TELAH


TERJADI TINDAK PIDANA ADALAH TINDAK PIDANA
PENGGELAPAN YANG DILAKUKAN OLEH IWAN CHK ATAS
UANG PENJUALAN TANAH MILIK ROSTA TARIGAN;

9. Bahwa karena Judex Factie Tingkat Banding Telah


dengan Jelas dan Nyata Memperlihatkan Suatu
Kekhilafan atau Suatu Kekeliruan dalam Menerapkan
HUKUM PEMBUKTIAN (vide: Pasal 185 ayat (6)
KUHAP), sehingga PUTUSAN PENGADILAN TINGGI
PEKANBARU Nomor: 376/PID/2009/PTR, tertanggal
23 November 2009 SUDAH SEHARUSNYA
DIBATALKAN;

C. JUDEX FACTIE TINGKAT PERTAMA TELAH DENGAN JELAS DAN


NYATA MEMPERLIHATKAN SUATU KEKHILAFAN ATAU SUATU
KEKELIRUAN DALAM MENERAPKAN HUKUM PEMBUKTIAN

30
1. Bahwa Judex Factie Tingkat Pertama telah memperlihatkan suatu
kekhilafan atau suatu kekeliruan dalam menerapkan HUKUM
PEMBUKTIAN (vide: Pasal 185 ayat (6) KUHAP) dalam memeriksa
dan mengadili perkara a quo, khusunya terhadap Unsur “Secara
melawan hukum dengan memakai nama palsu atau martabat
palsu, dengan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya atau supaya memberi utang ataupun menghapuskan
piutang”;

2. Bahwa terhadap UNSUR tersebut, Judex Factie Tingkat Pertama


hanya mempertimbangkan sepenggal-sepenggal dari
Keterangan Saksi, yaitu sebagai berikut:

- Menimbang, bahwa sebagaimana keterangan yang diberikan


oleh saksi Iwan CHK bahwa pada saat kesepakatan jual beli
saksi Iwan CHK belum mempunyai surat kuasa dari Ir. Bulan
Sitepu, saksi Iwan CHK mendapat surat kuasa dari Ir. Bulan
Sitepu saat saksi Iwan CHK dan Terdakwa pergi ke Jakarta,
dihubungkan dengan keterangan saksi A Seng yang
menerangkan surat kuasa dibacakan setelah saksi Iwan CHK
dan Terdakwa pulang dari Jakarta;

- Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi Awaludin alias


Kian Hua, saksi So In alias A In bahwa para saksi tersebut dan
saksi Iwan CHK mengadakan pembicaraan mengenai jual beli
Tanah yang terletak di Kelakap Tujuh Kelurahan Satu Sima
Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai pada tanggal 08 Juni 2003
yang diikuti dengan pembayaran I oleh saksi Awaludin alias Kian
Hua sebesar Rp.150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah);

- Menimbang, bahwa sebagaimana Perikatan Jual Beli No. 58


tertanggal 29 Juli 2003 menerangkan pada pokoknya Ir. Bulan
Sitepu dengan sepersetujuan dari Istrinya Rosta Tarigan
memberikan kuasa kepada Iwan CHK untuk mengalihkan tanah
yang terletak di Kelakap Tujuh Kelurahan Satu Sima Kecamatan
Dumai Barat Kota Dumai kepada pihak lain yang ditunjuk oleh
Iwan CHK;

- Menimbang, bahwa dari fakta-fakta hukum diatas ternyata pada


saat saksi Awaludin alias Kian Hua bertransaksi dengan saksi
Iwan CHK yaitu tanggal 8 Juni 2003, Iwan CHK belum
mempunyai surat kuasa dari Ir. Bulan Sitepu dan Rosta Tarigan
sebagai pemilik tanah;

- Menimbang, bahwa dengan belum dimilikinya kuasa dari Ir. Bulan


Sitepu dan Rosta Tarigan oleh saksi Iwan CHK, tentunya saksi
31
Iwan CHK tidak berwenang melakukan perbuatan hukum
terhadap tanah milik Ir. Bulan Sitepu dan Rosta Tarigan;

- Menimbang, bahwa sebagai seorang Notaris PPAT Terdakwa


seharusnya mengetahui dan memberitahukan kepada saksi
Awaludin alias Kian Hua tentang kedudukan dari saksi Iwan CHK
yang belum mempunyai kewenangan untuk melakukan
perbuatan hukum terhadap tanah milik Ir. Bulan Sitepu dan Rosta
Tarigan;

- Menimbang, bahwa karena pada waktu transaksi pada tanggal 8


Juni 2003 saksi Iwan CHK belum mempunyai kuasa dari Ir. Bulan
Sitepu, maka dengan sendirinya Terdakwa tidak mempunyai
keweangan untuk mewujudkan transaksi antara saksi Iwan CHK
dengan saksi Awaludin alias Kian Hua sehingga terjadi
pembayaran oleh saksi Awaludin alias Kian Hua sebesar
Rp.150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah);

- Menimbang, bahwa sebagaimana fakta-fakta hukum diatas


ternyata saksi Iwan CHK mendapat kuasa dari Ir. Bulan Sitepu
berdasar Pengikatan Jual Beli No. 58 tanggal 29 Juli 2003,
kemudian dihubungkan dengan keterangan saksi Iwan CHK dan
saksi A Seng yang pada pokoknya menerangkan bahwa saat
transaksi tanggal 8 Juni 2003 saksi Iwan CHK belum mempunyai
kuasa dari Ir. Bulan Sitepu dan Surat Kuasa baru dibacakan pada
saat saksi Iwan CHK dan Terdakwa pulang dari Jakarta,
sedangkan pada transaksi pada 8 Juni 2003. berdasarkan
keterangan saksi Awaludin alias Kian Hua Terdakwa mengatakan
kepada saksi Awaludin alias Kian Hua bahwa tanah itu sudah
ada kuasanya dari Bulan Sitepu kepada saksi Iwan CHK, dan
keterangan dari saksi A Seng yang mendengar Terdakwa
mengatakan kepada saksi Awaludin alias Kian Hua bahwa surat
kuasa dari Bulan Sitepu kepada Iwan CHK untuk menjualkan
tanahnya adalah sudah sangat kuat;

- Menimbang, bahwa dari fakta di atas Majelis berkeyakinan


bahwa Terdakwa telah mengatakan suatu kebohongan yaitu
pada saat transaksi tanggal 08 Juni 2003 Terdakwa mengatakan
kepada saksi Awaludin alias Kian Hua, saksi So In alias A In
bahwa saksi Iwan CHK telah mempunyai kuasa dari Ir. Bulan
Sitepu, namun faktanya berdasarkan keterangan saksi Iwan CHK
yang menerangkan bahwa pada pokoknya pada saat transkasi
tanggal 8 Juni 2003 saksi Iwan CHK belum mempunyai surat
kuasa dari Ir. Bulan Sitepu dan juga keterangan dari saksi A
Seng, yang mengatakan bahwa surat kuasa dibaca setelah
pulang dari Jakarta;

32
- Menimbang, bahwa dari pertimbangan di atas maka Majelis
berkeyakinan saksi Iwan CHK mendapat kuasa dari Ir. Bulan
Sitepu stelah saksi Iwan CHK dan Terdakwa pergi ke Jakarta,
tidak pada saat transaksi tanggal 08 Juni 2003;

3. Bahwa Judex Factie Tingkat Pertama SAMA SEKALI tidak


mempertimbangkan Keterangan Saksi-Saksi secara utuh dan
menyeluruh, diantaranya:

- Bahwa pembicaraan Iwan CHK dengan Bulan Sitepu waktu itu


adalah Bulan Sitepu mengatakan kepada Iwan CHK kalau
Bulan Sitepu memiliki tanah di Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu
Sima Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai, KALAU COCOK
HARGANYA DIJUALKAN SAJA, kemudian Iwan CHK dan
Bulan Sitepu mengadakan perjanjian dimana Bulan Sitepu
mengatakan kepada Iwan CHK semua tanah miliknya yang
terletak di Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan
Dumai Barat Kota Dumai, mau dijual dengan harga
keseluruhan sebesar enam milyar rupiah lebih (halaman 28
Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi Iwan CHK);

- Bahwa pada waktu itu Iwan CHK datang menemui Rosta


Tarigan, menanyakan tanah Rosta Tarigan yang terletak di
Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat
Kota Dumai kalau mau dijual maka Iwan CHK yang akan
menjual (halaman 24 Putusan Judex Factie: Keterangan
Saksi Rosta Tarigan);

- Bahwa Iwan CHK sering menelepon Rosta Tarigan


menanyakan apakah tanah Rosta Tarigan jadi mau dijual dan
dijawab Rosta Tarigan tanah yang terletak di Kelakap Tujuh
Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai
seluas 1,8 Hektar Sertifikat No. 391, JADI DIJUAL karena suami
Rosta Tarigan saat itu sedang sakit (halaman 24 Putusan
Judex Factie: Keterangan Saksi Rosta Tarigan);

- Bahwa atas kesepakatan Rosta Tarigan dengan Iwan CHK saat


itu harga tanah per meternya senilai Rp.284.000,- (dua ratus
delapan puluh empat ribu rupiah) (halaman 24 Putusan Judex
Factie: Keterangan Saksi Rosta Tarigan);

- Bahwa setelah ada kesepakatan harga tanah itu, Iwan CHK dan
Terdakwa datang ke rumah Rosta Tarigan di Jakarta (halaman
24 Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi Rosta Tarigan);

33
- Bahwa yang mau menjualkan tanah milik Bulan Sitepu adalah
Iwan CHK sendiri (halaman 28 Putusan Judex Factie:
Keterangan Saksi Iwan CHK);

- Bahwa Iwan CHK menawarkan tanah yang terletak di Kelakap


Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai
seluas lebih dari 1 (satu) hektar dengan ukuran 110 m x 65 m
kepada A Seng, tetapi A Seng tidak bisa membeli dan kemudian
A Seng mencari orang lain untuk membelinya dan pada waktu
Iwan CHK tidak membawa surat-surat tanah itu (halaman 12
Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi A Seng);

- Bahwa setelah kira-kira 10 (sepuluh) menit A Seng ditawari oleh


Iwan CHK kemudian A Seng menelepon Awaludin alias Kian
Hua dan A Seng bilang kepada Awaludin alias Kian Hua di
Jalan Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai
Barat mau dijual dengan ukuran 110 m x 65 m (halaman 12 &
13 Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi A Seng);

- Bahwa saat menelepon Awaludin alias Kian Hua, A


Seng berada di Kedai Kopi merk Pang Hing di Jl.
Ombak Dumai (halaman 13 Putusan Judex Factie:
Keterangan Saksi A Seng);

- Sambil menunggu kabar dari Awaludin alias Kian Hua, A Seng


menelepon So In dan kemudian A Seng pergi ke rumah So In
untuk mengajak melihat di lokasi tanah yang dijual (halaman 13
Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi A Seng);

- Bahwa A Seng bersama Iwan CHK kemudian datang ke rumah


So in alias A in dan menawarkan tanah itu dengan harga
Rp.450.000,- per meternya, kemudian terjadilah tawar menawar
dan Iwan CHK mengatakan, jadi harga per meternya waktu itu
adalah Rp.400.000,- (halaman 13 Putusan Judex Factie:
Keterangan Saksi A Seng);

- Bahwa pada sekitar bulan Juni tahun 2003 So in alias A in


ditawari untuk membeli tanah oleh A Seng, pada waktu itu A
Seng berkata kepada So in alias A in bahwa Iwan CHK akan
menjual tanah di Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima
Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai, dengan ukuran 110 m x 65
m, tanah itu milik Bulan Sitepu yang dikuasakan kepada Iwan
CHK untuk menjual tanah itu. Pada saat itu So in alias A in
mengatakan kepada A Seng kalau So in alias A in tidak ada
uang dan A Seng minta carikan teman lain yang mau membeli
tanah kemudian So in alias A in menghubungai Awaludin alias

34
Kian Hua (halaman 19 Putusan Judex Factie: Keterangan
Saksi So In alias A In);

- Bahwa sesampainya A Seng dan So In di lokasi, Iwan CHK


sudah ada di atas tanah itu, kemudian antara So In dan Iwan
CHK saling bicara dan menjelaskan panjang tanah sekitar 110 m
x 65 m (halaman 13 Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi
A Seng);

- Bahwa pada waktu itu Iwan CHK menawarkan kepada So In


harga tanah Rp. 450.000,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah),
sehingga terjadi tawar menawar dan akhirnya disepakati
tanah itu dihargai Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah) pajak
ditanggung Iwan CHK dan biaya balik nama ditanggung oleh
pembeli (halaman 13 Putusan Judex Factie: Keterangan
Saksi A Seng);

- Bahwa setelah Iwan CHK dan Terdakwa pulang dari Jakarta


kemudian Iwan CHK pergi ke Kantor Notaris Berlin Nadeak,
S.H., dan yang ada di Kantor Notaris itu adalah Iwan CHK,
Awaludin alias Kian Hua, So In, A Seng dan Berlin Nadeak,
S.H., untuk membicarakan harga tanah permeternya yang
ditawarkan Iwan CHK sebesar Rp. 450.000,- akhirnya disepakati
harga per meternya Rp. 400.000,- (halaman 28 Putusan Judex
Factie: Keterangan Saksi Iwan CHK);

- Bahwa pada saat Iwan CHK datang ke rumah So in alias A in


dia tidak membawa surat-surat tanah itu, dan waktu itu Iwan
CHK berkata kepada So in alias A in kalau dia sudah
menerima surat kuasa untuk menjual tanah di Kelakap Tujuh
Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai dari
pemilik tanah yang bernama Bulan Sitepu (halaman 19
Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi So In alias A In);

- Bahwa pada waktu itu A Seng mengatakan kepada So in alias


A in kalau Iwan CHK sudah mempunyai surat kuasa dari
Bulan Sitepu (halaman 19 Putusan Judex Factie: Keterangan
Saksi So In alias A In);

- Bahwa A Seng tahu Iwan CHK mendapat kuasa untuk


menjual tanah Bulan Sitepu yang terletak di Kelakap Tujuh
Kelurahan Ratu Sima Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai
adalah pada waktu Iwan CHK bersama Terdakwa (Berlin
Nadeak, S.H.) pergi ke Jakarta (halaman 15 Putusan Judex
Factie: Keterangan Saksi A Seng);

35
- Bahwa pada pertemuan pertama belum ada pembayaran, dan
pada hari itu juga dibuatkan Ikatan Jual Beli antara Awaludin
alias Kian Hua dengan Iwan CHK (halaman 15 Putusan Judex
Factie: Keterangan Saksi A Seng);

- Bahwa pada WAKTU TUJUH HARI KEMUDIAN A Seng, So In,


Iwan CHK, Awaludin alias Kian Hua pergi ke kantor Notaris
Berlin Nadeak, S.H. (Terdakwa) dan bertemu dengan Terdakwa
di kantornya lalu dibicarakan tentang pemecahan surat masing-
masing pembeli, dimana pada saat itu Terdakwa menjelaskan
dengan kata-kata Surat Sertifikat Tanah sudah dibawa dari
Jakarta dan juga pemilik tanah yang bernama Bulan Sitepu
telah memberikan Surat Kuasa tertulis kepada Iwan CHK untuk
menjualkan tanahnya di Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima
Kecamatan Dumai Barat Kota Dumai (halaman 13 Putusan
Judex Factie: Keterangan Saksi A Seng);

- Bahwa AKTA NO. 58 antara suami Rosta Tarigan, Bulan


Sitepu kepada Iwan CHK, KUASA UNTUK MENJUAL TANAH,
tetapi setelah lunas uang dibayar baru tanah boleh dijual
(halaman 26 Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi Rosta
Tarigan);

- Bahwa pada saat itu AWALUDDIN tidak melihat surat kuasa dari
Pemilik tanah kepada Iwan CHK, Terdakwa saat itu hanya
membacakan saja di Kantornya dan surat kuasa itu adalah
surat kuasa no. 59 (halaman 12 Putusan Judex Factie:
Keterangan Saksi Awaludin alias Kian Hua);

- Bahwa Handoko Nusantara akhirnya membeli tanah itu dan


Handoko Nusantara membayar kepada Iwan CHK sebesar
Rp.1.300.000.000,- (satu milyar tiga ratus juta rupiah) (halaman
21 Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi Handoko
Nusantara);

- Bahwa saat itu Iwan CHK MENUNJUKKAN Sertifikat tanah


dan KUASA MENJUAL TANAH kepada Handoko Nusantara,
namun Handoko Nusantara tetap keberatan untuk membeli
tanah itu sebelum dibalik nama ke Iwan CHK (halaman 21
Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi Handoko
Nusantara);

- Bahwa uang penjualan tanah yang telah diterima Rosta Tarigan


adalah pertama sebesar Rp.200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah), kedua sebesar Rp.1.500.000.000,- (satu milyar lima
ratus juta rupiah), ketiga sebesar Rp. 600.000.000,- (enam ratus

36
juta rupiah) (halaman 25 Putusan Judex Factie: Keterangan
Saksi Rosta Tarigan);

- Bahwa tanah di Kelakap Tujuh Kelurahan Ratu Sima Kecamatan


Dumai Barat Kota Dumai yang Rosta Tarigan jual kepada
Handoko Nusantara seluas 1,1 hektar dan uang yang diterima
Rosta Tarigan adalah Rp.254.000.000,- (dua ratus lima puluh
empat juta rupiah) dan masih tersisa uang Rosta Tarigan di
Handoko Nusantara sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta
rupiah) (halaman 26 Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi
Rosta Tarigan);

- Bahwa Iwan CHK menjualkan tanah Rosta Tarigan senilai


Rp.300.000.000,- (satu milyar tiga ratus juta rupiah) (halaman 26
Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi Rosta Tarigan);

- Bahwa Wati adalah anak dari Iwan CHK dan Wati mempunyai
dua rekening yaitu rekening BNI 46 cabang Dumai yang sudah di
blokir serta rekening Bank Mandiri cabang Dumai sejak tahun
2002 yang masih berlaku sampai sekarang (halaman 16
Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi Wati);

- Bahwa menurut Bapak Wati (Iwan CHK) uang yang masuk


rekening Wati sebesar Rp.1.500.000.000 (satu milyar lima ratus
juta rupiah) adalah dari Awaludin alias Kian Hua (halaman 16
Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi Wati);

- Bahwa selain itu ada juga uang masuk ke rekening Wati sebesar
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), Rp.900.000.000,-
(sembilan ratus juta rupiah) dan Rp.200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah); (halaman 17 Putusan Judex Factie: Keterangan
Saksi Wati)

- Bahwa Bapak Wati (Iwan CHK) menyuruh Wati untuk


mentransfer uang itu ke nomor rekening Ibu Rosta Tarigan;
(halaman 17 Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi Wati)

- Bahwa waktu itu Wati mengirim ke nomor rekening Ibu Rosta


Tarigan sebesar 1 (satu) milyar lebih kemudian saksi
mengirimkan uang lagi kepada Ibu Rosta Tarigan dengan
menggunakan Giro sebesar 1 (satu) milyar lebih; (halaman 17
Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi Wati)

- Bahwa total uang Awaludin alias Kian Hua yang masuk ke


nomor rekening Wati sebesar Rp.2.860.000.000,- (dua milyar
delapan ratus enam puluh juta rupiah); (halaman 17 Putusan
Judex Factie: Keterangan Saksi Wati)
37
- Bahwa Wati juga terima uang dari Handoko Nusantara di
Pekanbaru sebesar Rp.1.300.000.000,- (satu milyar tiga ratus
juta rupiah) yang pembayarannya dilakukan sebanyak 2 (dua)
kali; (halaman 17 Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi
Wati)

- Bahwa Wati mengambil uang di rumah Handoko Nusantara


bersama dengan ayah Wati, yaitu Iwan CHK; (halaman 17
Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi Wati)

- Bahwa uang dari Handoko Nusantara itu setengahnya Wati


setorkan ke rekening Rosta Tarigan; (halaman 17 Putusan
Judex Factie: Keterangan Saksi Wati)

- Bahwa uang yang disetorkan ke nomor rekening


Rosta Tarigan hanya setengahnya saja, yang
setengahnya digunakan Bapak Wati Iwan CHK
untuk usaha; (halaman 17 Putusan Judex Factie:
Keterangan Saksi Wati)

- Bahwa Bapak Wati (Iwan CHK) meminta uang dari


Wati sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta
rupiah), Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),
Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk bisnis
CPO; (halaman 18 Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi
Wati)

- Bahwa jumlah uang keseluruhan yang Wati terima dari


Awaludin alias Kian Hua dan Handoko Nusantara ada sekitar
Rp.4.160.000.000,- (empat milyar seratus enam puluh juta
rupiah), dan Wati menyetor uang penjualan tanah milik Bulan
Sitepu ke rekening Rosta Tarigan sebesar Rp.2.860.000.000,-
(dua milyar delapan ratus enam puluh juta rupiah), sisa uang
itu dipergunakan oleh Bapak Wati (Iwan CHK) untuk
usaha CPO;(halaman 18 Putusan Judex Factie: Keterangan
Saksi Wati)

- Bahwa pembayaran uang hasil penjualan tanah itu setelah


ditunggu samapi tahun 2005 tidak juga dibayar oleh Iwan
CHK kepada Rosta Tarigan; (halaman 25 Putusan Judex
Factie: Keterangan Saksi Rosta Tarigan)

- Bahwa uang yang diterima Iwan CHK dari Awaludin


alias Kian Hua sebesar Rp.2.860.000.000,- dan dari
38
Handoko Nusantara Rp.1.500.000.000,- (halaman 29
Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi Iwan CHK)

- Bahwa total uang yang diterima Iwan CHK dari


penjualan tanah ada Rp.4.700.000.000,- (empat
milyar tujuh ratus juta rupiah) dan tidak semuanya
Iwan CHK setorkan kepada Bulan Sitepu; (halaman 29
Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi Iwan CHK)

- Bahwa uang yang Iwan CHK setorkan kepada Istri


Bulan Sitepu yang bernama Rosta Tarigan sebesar
Rp.2.860.000.000,- dan sisanya saksi gunakan untuk
usaha minyak CPO; (halaman 29 Putusan Judex Factie:
Keterangan Saksi Iwan CHK)
- Bahwa AWALUDDIN selaku korban karena AWALUDDIN
merasa ditipu oleh Iwan CHK, saat AWALUDDIN membeli tanah
Bulan Sitepu akan tetapi surat tanah itu tidak diberikan kepada
AWALUDDIN sehingga AWALUDDIN merasa dirugikan;
(halaman 10 Putusan Judex Factie: Keterangan Saksi
Awaludin alias Kian Hua)

- Bahwa kejadiannya pada tanggal 21 Juli 2003 di Kantor


Notaris Berlin Nadeak, S.H., yang terletak di Jl. Sultan Syarif
Kasim No. 336 Dumai; (halaman 10 Putusan Judex Factie:
Keterangan Saksi Awaludin alias Kian Hua)

4. Terhadap UNSUR tersebut, Judex Factie Tingkat Pertama hanya


mempertimbangkan sepenggal-sepenggal dari Keterangan
Saksi, yaitu sebagai berikut:

5.

6.

7.

8.

Jo. PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DUMAI Nomor:


126/Pid/B/2009/PN.DUM., tertanggal 04 Agustus 2009

39
VI. PENUTUP
Ketua Mahkamah Agung Yang Terhormat,
Majelis Hakim Agung Yang Mulia,

MAKA, berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut di atas, dengan ini
PEMOHON PK memohon kiranya agar Majelis Hakim Agung Yang Mulia
pada Peninjauan Kembali ini yang akan memeriksa dan mengadili perkara ini
berkenan untuk memutus dengan amar sebagai berikut:

- Menerima PERMOHONAN PENINJAUAN KEMBALI dari PEMOHON PK/


Terdakwa;

- Membatalkan PUTUSAN KASASI MAHK0AMAH AGUNG RI Nomor:


439 K/Pid/2010, tertanggal 20 Juli 2010 Jo. PUTUSAN
PENGADILAN TINGGI PEKANBARU Nomor: 376/PID/2009/PTR,
tertanggal 23 November 2009 Jo. PUTUSAN PENGADILAN
NEGERI DUMAI Nomor: 126/Pid/B/2009/PN.DUM., tertanggal 04
Agustus 2009;

- Memeriksa dan mengadili sendiri perkara tersebut dan memberikan


Putusan dengan amar sebagai berikut:

1. Menolak Dakwaan Jaksa Penuntut Umum untuk seluruhnya atau


setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

2. Menerima dan mengabulkan semua dalil-dalil PEMOHON


PENINJAUAN KEMBALI untuk seluruhnya;

3. Menyatakan PEMOHON PENINJAUAN KEMBALI / Terdakwa BERLIN


NADEAK, S.H. TIDAK TERBUKTI secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan sebagaimana
Dakwaan Kesatu maupun Dakwaan Kedua;

4. Membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan dan tuntutan Jaksa


Penuntut Umum atau setidak-tidaknya menyatakan Terdakwa lepas
dari segala tuntutan hukum;

5. Memulihkan atau merehabilitasi kedudukan hukum, harkat dan


martabat Terdakwa pada kedudukan semula;

6. Memerintahkan barang bukti dalam perkara a quo agar dikembalikan


kepada masing-masing pihak yang berhak;
40
7. Membebankan biaya perkara dalam semua tingkat peradilan kepada
Negara.

Demikian MEMORI PENINJAUAN KEMBALI ini kami sampaikan. Atas perhatian


dan dikabulkannya PENINJAUAN KEMBALI ini, kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,
PENASEHAT HUKUM TERDAKWA

TOMSON SITUMEANG, S.H.

41

Anda mungkin juga menyukai