Anda di halaman 1dari 19

ASFIKSIA

OLEH

Dr.Asan Petrus,Mked(for),SpF
Definisi
Asfiksia adalah kegagalan masuknya udara ke dalam alveoli
paru atau sebab-sebab lain yang mengakibatkan persediaan
oksigen dalam jaringan atau darah atau keduanya berkurang
sampai suatu tingkat tertentu dimana kehidupan tidak
mungkin berlanjut.

Dalam pemeriksaan mayat medikolegal kematian karena


asfiksia termasuk salah satu pemeriksaan yang sering
dihadapi dokter seperti mati tergantung, penjeratan,
tenggelam, dibekap dan lain-lain.
Secara klinis keadaan asfiksia sering disebut anoksia atau
hipoksia.

Secara fisiologi dapat dibedakan 4 bentuk anoksia yaitu:


1. Anoksia Anoksik (Anoxic anoxia)
2. Anoksia Anemia (Anemic anoxia)
3. Anoksia Hambatan (Stagnant anoxia)
4. Anoksia Jaringan (Hystotoxic anoxia)
1. Anoksia Anoksik (Anoxic anoxia)
Pada tipe ini O2 tidak dapat masuk ke dalam paru-paru karena:
 Tidak ada atau tidak cukup O2. Ini dikenal sebagai asfiksia
murni atau sufokasi (suffocation).
 Hambatan mekanik dari luar maupun dari dalam jalan nafas
seperti pembekapan, gantung diri, penjeratan, pencekikan,
pemitingan atau korpus alineum dalam tenggorokan.

2. Anoksia Anemia (Anaemic anoxia)


Tidak cukup hemoglobin untuk membawa oksigen. Ini didapati
pada anemi berat dan perdarahan yang tiba-tiba.
3. Anoksia Hambatan (Stagnant anoxia)
Tidak lancarnya sirkulasi darah yang membawa oksigen. Ini bisa
karena gagal jantung, syok dan sebagainya. Dalam keadaan ini tekanan
oksigen cukup tinggi, tetapi sirkulasi darah tidak lancar.

4. Anoksia Jaringan (Hystotoxic anoxia)


Gangguan terjadi di dalam jaringan sendiri, sehingga jaringan atau
tubuh tidak dapat menggunakan oksigen secara efektif.
a. Ekstraselluler (enzim sitokrom oksidase)
b. Intraselluler (uremia)
c. Metabolik (permeabilitas membran sel yang menurun)
d. Substrat ( hipoglikemia)
Patofisiologi
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam
2 golongan:
1. Primer (akibat langsung dari asfiksia)
2. Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi
dari tubuh)
Keadaan ini didapati pada:
 Penutupan mulut dan hidung (Pembekapan).
 Obstruksi jalan napas seperti pada mati gantung, penjeratan,
pencekikan dan korpus alineum dalam saluran nafas.
 Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan
(Traumatic asphyxia).
 Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pada
pusat pernafasan.
Gejala-gejala Asfiksia
Gejala-gejala asfiksia dapat dibagi atas beberapa stadium
yaitu:
1. Stadium dispnoe
2. Stadium kejang
3. Stadium apnoe
Ketiga stadium ini berakhir dalam 3-5 menit atau lebih lama
sampai 5-8 menit
1. Stadium dispnoe
Terjadi karena kekurangan O2 disertai meningkatnya kadar CO2
akan merangsang pusat pernafasan, gerakan pernafasan (inspirasi dan
ekspirasi) bertambah dalam dan cepat disertai bekerjanya otot-otot
pernafasan tambahan. Wajah cemas, bibir mulai kebiruan, mata
menonjol, denyut nadi dan tekanan darah meningkat.

2. Stadium kejang
Berupa gerakan klonik yang kuat hamoir seluruh otot tubuh,
kesadaran hilang dengan cepat, spinkter mengalami relaksasi sehingga
faeces dan urine dapat keluar spontan. Denyut nadi dan tekanan darah
masih tinggi, sianosis makin jelas.
3. Stadium apnoe
Korban kehabisan nafas karena depresi pusat
pernafasan, otot-otot menjadi lemah, hilangnya refleks,
dilatasi pupil, tekanan darah turun, pernafasan dangkal dan
semakin memanjang, akhirnya berhenti bersamaan dengan
lumpuhnya pusat-pusat kehidupan.
Asfiksia mekanik
Asfiksia mekanik di bidang forensik yang sering dijumpai:
1. Pembekapan (smothering)
2. Penyumbatan saluran nafas (gagging dan choking)
3. Tekanan di daerah leher
4. Tersumbat oleh cairan (tenggelam, drowning)
5. Gangguan gerakan pernafasan (dada ditekan, traumatic
asphyxia)
1. Pembekapan (smoothering)
Adalah asfiksia yang terjadi karena ditutupnya saluran nafas bagian
luar yaitu hidung dan mulut korban sekaligus
Tanda post mortem:
Dijumpai tanda-tanda pembendungan, muka bengkak (congested),
bintik perdarahan pada bola dan kelopak mata (Tardeu’s spot), mata melotot
dan sianose pada bagian akral tubuh dan hematom karena tekanan di bagian
dalam bibir.

2. Penyumbatan saluran nafas (gagging dan choking)


Sumbatan saluran nafas bagian atas oleh benda asing. Pada gagging
sumbatan pada orofaring, mulut disumpal dengan kain, sedangkan pada
choking sumbatan pada laringofaring.
Tanda post mortem yang penting adalah tanda-tanda asfiksia dan
adanya benda asing di dalam mulut.
3. Mati gantung (hanging)
Jenis mati gantung
Dari letak tubuh ke lantai dapat dibedakan 2 tipe:
1. Tergantung total (complete), tubuh tergantung diatas lantai
2. Setengah tergantung (partial), bagian dari tubuh masih menyentuh
lantai

Dari letak jeratan dibedakan:


3. Tipikal (Typical hanging), dimana letak simpul di belakang leher,
jeratan berjalan simetris di samping leher dan di bagian depan leher
diatas jakun.
4. Atipikal, letak simpul bisa dimana saja selain tipikal

Simpul
Ada 2 jenis simpul yaitu simpul hidup (running noose) dan simpul mati.
Tanda post mortem
Kematian terutama akibat sumbatan pada saluran pernafasan maka dijumpai tanda-
tanda asfiksia, respiratory distress, sianose.
Bila kematian karena tekanan pembuluh darah vena, maka sering didapati tanda-
tanda perbendungan dan perdarahan (ptechial) di konjungtiva bulbi, okuli, wajah
dan otak.
Pemeriksaan Luar
Pada pemeriksaan luar penting diperiksa bekas jeratan di leher yaitu:
1. Bekas jeratan (ligature mark) berparit, bentuk oblik seperti V terbalik, tidak
bersambung, terletak di bagian atas leher.
2. Kita dapat memastikan letak simpul dengan menelusuri bekas jeratan.
3. Leher bisa didapati sedikit memanjang karena lama tergantung.
4. Bila korban lama diturunkan dari gantungan, lebam mayat didapati di kaki dan
tangan bagian bawah.
Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam perlu diperhatikan
1. Jaringan otot setentang jeratan didapati hematom, saluran
pernafasan congested. Terdapat Tardeu’s spot di
permukaan paru-paru, jantung dan otak.
2. Patah tulang lidah (os hyoid) sering didapati
3. Didapati adanya robekan melintang berupa garis berwarna
merah (red line) pada tunica intima dari arteri carotis
interna.
4. Penjeratan (strangulation)
Adalah terhalangnya udara masuk ke saluran pernafasan akibat adanya
tenaga dari luar.
Terdapat beberapa tipe
1. Penjeratan dengan tali
2. Dicekik (manual strangulation)
3. Ditekan leher dengan bahan selain tali
4. Mugging, leher ditekan dengan lutut atau siku

Pemeriksaan post mortem


Pemeriksaan luar
Bekas jeratan di leher berwarna merah kecoklatan. Bersambung di bawah
atau setentang cartilago thyroid, lecet disekitar jeratan karena perlawanan korban.
Muka terlihat bengkak dan membiru, mata melotot, begitu juga
lidah menjulur. Bintik perdarahan pada kening, temporal, kelopak dan
bola mata lebih jelas.
Sering didapati tanda-tanda perlawanan. Bila terdapat kejang
mayat, lihat apakah ada benda yang digenggam seperti ramabut,
kancing atau robekan baju pelaku.

Pemeriksaan dalam
Paling penting pemeriksaan daerah leher dimana terdapat
lebam setentang dan sekitar penjeratan. Dijumpai fraktur tulang
krikoid dan tulang rawan trachea lainnya.
5. Tenggelam (drowning)
Tenggelam adalah bentuk kematian akibat asfiksia karena
terhalangnya udara masuk ke dalam saluran pernafasan disebabkan
tersumbat oleh cairan.
Beberapa tipe tenggelam:
1. Dry drowning, mati tenggelam tanpa ada air di saluran pernafasan
2. Wet drowning, tenggelam dalam pengertian sehari-hari baik di air tawar
maupun air asin
3. Immersion syndrome, mati tenggelam karena masuk ke air dingin yang
menyebabkan inhibisi vagal
4. Secondary drowning, tidak sesungguhnya mati tenggelam, tetapi mati
sesudah dirawat akibat tenggelam.
Tanda post mortem
Pemeriksaan luar
Tanda-tanda asfiksia seperti sianose pada kuku, bibir. Mata merah karena perdarahan
subconjungtiva. Dari mulut dan hidung terdapat buih halus yang sukar pecah.
Bila didapati kejang mayat (cadaveric spasme) tangan menggenggam rumput/kayu
merupakan bukti kuat korban masih hidup waktu masuk ke air. Bila korban lama di dalam air,
dapat dijumpai telapak tangan dan kaki putih mengkerut (washer woman’s hand). Kadang didapati
kulit kasar seperti kulit bebek (cutis anserine)
Pemeriksaan dalam
Penting memeriksa adanya lumpur, pasir halus dan benda asing lainnya dalam mulut dan
saluran nafas, lumen laring, trachea dan bronchus sampai ke cabang-cabangnya.
Paru-paru tampak lebih besar voluminous dan oedematous. Oesefagus dan lambung bisa
terisi cairan sesuai dengan tempat korban tenggelam, mungkin mengandung lumpur, pasir, dan
lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai