Anda di halaman 1dari 20

Perdagangan Melalui Sistem

Elektronik (PMSE)
I Nyoman Purnaya, ST., MBA
Topik Pembahasan

 e-commerce
 Regulasi e-commerce
 Analisis Regulasi e-commerce
e-Commerce
e-Commerce Logistics
Kebijakan e-Commerce
Regulasi e-Commerce

Regulasi yang mengatur transaksi perdagangan melalui sistem


elektronik atau e-commerce di Indonesia:
 Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019 (PP 80/2019)
tentang Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE).
 Pembentukan Peraturan Pemerintah dimandatkan sejak diterbitkan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
(UU 7/2014), tepatnya diatur dalam Pasal 66.
Ruang Lingkup
 Pengaturan dalam PP 80/2019 cukup luas, tidak hanya terfokus pada
kegiatan transaksi e-commerce, namun sampai pada perlindungan
data pribadi, sebelumnya masih dalam tahap pembahasan draft UU
oleh pemerintah.

 Tidak hanya terkait jual-beli, juga mencakup mekanisme


pengiriman, payment, iklan, kontrak elektronik, dll.
Ruang Lingkup
Sistem
Pembayaran
Sistem Iklan
Pengiriman Elektronik

Kontrak PP Persyaratan
Elektronik 80/2019 PMSE

Perlindungan Pembinaan &


Data Pribadi Pengawasan
Penyelesaian
Sengketa
Pelaku Usaha

Pelaku Usaha PMSE (Pelaku Usaha) didefinisikan bahwa perseorangan


atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum
yang dapat berupa Pelaku Usaha dalam negeri dan Pelaku
Usaha luar negeri dan melakukan kegiatan usaha di bidang PMSE.
Pelaku Usaha
 Pedagang (merchant) merupakan pelaku usaha yang melakukan PSME baik
dengan sarana yang dibuat dan dikelola sendiri secara langsung atau melalui sarana
milik pihak PPSME, atau sistem elektronik lainnya yang menyediakan sarana PMSE.
 Penyelenggara PMSE (PPMSE) adalah pelaku usaha penyedia sarana
komunikasi elektronik yang digunakan untuk transaksi perdagangan.
 Penyelenggara Sarana Perantara (intermediary services) adalah pelaku
usaha dalam atau luar negeri yang menyediakan sarana komunikasi elektronik selain
penyelenggara telekomunikasi yang hanya berfungsi sebagai perantara dalam
komunikasi elektronik antara pengirim dengan penerima.
Pelaku Usaha
Pasal 7 PP 80/2019 mengatur bahwa Pelaku Usaha luar negeri
yang secara aktif melakukan kegiatan PMSE dan/atau penawaran kepada
konsumen di wilayah hukum Republik Indonesia dan memenuhi kriteria
tertentu, wajib menunjuk perwakilan yang bertindak sebagai dan atas
nama Pelaku Usaha tersebut.

Kriteria yang dimaksud berupa jumlah transaksi, nilai


transaksi, jumlah paket pengiriman, jumlah traffic atau pengakses.
Perizinan
Setiap Pelaku Usaha yang melakukan PMSE wajib memenuhi
persyaratan umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Persyaratan umum yang dimaksud: izin usaha, izin teknis, Tanda


Daftar Perusahaan, Nomor Pokok Wajib Pajak, kode etik bisnis
(business conduct) atau perilaku usaha (code of practices),
standardisasi produk (barang atau jasa) dan hal-hal lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Domain
PP 80/2019 mensyaratkan PPMSE dalam negeri dan/atau luar negeri
mengutamakan penggunaan nama domain tingkat tinggi Indonesia (dot
id) bagi sistem elektronik yang berbentuk situs internet.

Walapun konteksnya “diutamakan”, jika ketentuan ini menjadi syarat


yang harus diimplementasikan tentu tidak mudah, terutama bagi para
PPMSE existing yang sudah menggunakan domain dot com.
Perlindungan Konsumen
Pelaku Usaha e-commerce diwajibkan untuk melindungi hak-hak
konsumen, mulai dari kegiatan penawaran elektronik, iklan, kontrak
elektronik, penukaran & pembatalan, sampai dengan pengiriman produk.

Pengiriman produk yang menggunakan jasa kurir, Pelaku Usaha harus


memastikan ketepatan waktu pengiriman barang dan/atau jasa kepada
konsumen.
Perlindungan Konsumen
Pedagang (merchant) dan PPMSE dalam dan luar negeri
wajib memberikan jangka waktu paling sedikit 2 (dua) hari
kerja untuk penukaran produk atau pembatalan pembelian,
terhitung sejak diterima oleh konsumen.

Ketentuan ini sangat berpihak kepada konsumen, namun dari sisi


Pedagang dan PPMSE dapat dirugikan.
Perlindungan Konsumen
Jika kegiatan PMSE merugikan konsumen, maka konsumen
dapat melaporkan kerugiannya kepada Menteri (yang
menyelenggarakan urusan di bidang Perdagangan).

Selanjutnya Pelaku Usaha terlapor harus menyelesaikan pelaporan


tersebut. Apabila tidak ditindaklanjuti, maka Pelaku Usaha dapat
dimasukkan dalam daftar prioritas pengawasan oleh Menteri yang dapat
diakses oleh publik.
Perlindungan Konsumen
Perlindungan Data Pribadi

Pelaku Usaha wajib menyimpan data pribadi sesuai standar


perlindungan data pribadi atau praktik bisnis yang berkembang.

Standar perlindungan data pribadi yang dimaksud harus memperhatikan


keberadaan standar perlindungan data Eropa dan/atau APEC Privacy
Frameworks.
Perlindungan Data Pribadi
Uni Eropa menerapkan General Data Protection Regulation (GDPR)
yang mengatur aspek perlindungan data pribadi.

Pihak yang menyimpan data pribadi harus mempunyai sistem


pengamanan yang patut untuk mencegah kebocoran atau mencegah setiap
kegiatan pemrosesan atau pemanfaatan data pribadi secara melawan
hukum serta bertanggung jawab atas kerugian yang tidak terduga atau
kerusakan yang terjadi terhadap data pribadi tersebut.
Perlindungan Data Pribadi

Anda mungkin juga menyukai