Anda di halaman 1dari 33

ALIRAN PRAHA

 Dalam waktu yang bersamaan, lahir tiga


aliran teori linguistik yang mengkaji bahasa
secara sinkronis di tiga tempat berbeda:
◦ strukturalisme (F. de Saussure) di Eropa (Swis)
◦ dekriptivisme (F. Boas) di Amerika Serikat, dan
◦ linguistik fungsional (Vilem Mathesius) di Praha

 Pengkajian bahasa yang dilakukan Vilem


Mathesius dkk. disebut linguistik fungsional
karena dalam menganalisis bahasa mereka
selalu melihat setiap unsur bahasa dalam
kaitannya dengan fungsinya.
 Memang, dalam mendeskripsikan struktur
bahasa, aliran linguistik Praha tidak jauh
berbeda dengan aliran linguistik sinkronis
yang lain; misalnya, mereka juga
menggunakan konsep fonem atau morfem.

 Namun, lebih dari itu, mereka berusaha


menjelaskan, tidak hanya sekadar
mendeskripsikan “what languages were like”
tetapi juga berusaha menjawab “why they
were the way they were”.
 Mathesius mengemukakan teori mengenai
analisis kalimat yang kemudian dikenal
dengan nama Perpektif Kalimat Fungsional
(Functional Sentence Perspective).

 Menurut Mathesius kalimat dapat dipilah


menjadi dua bagian, yaitu tema dan rema.

 Ketika kita menuturkan kalimat, pada


umumnya kita ingin menyampaikan informasi
kepada mitra tutur kita.
 Informasi yang ingin kita sampaikan tersebut
tidak disusun secara acak, tetapi disusun
berdasarkan urutan tertentu.

 Bagian kalimat yang mengandung informasi


mengenai apa yang sudah diketahui oleh mitra
tutur biasanya diucapkan lebih dahulu, diikuti
bagian kalimat yang mengandung informasi
baru.

 Informasi yang sudah diketahui mitra tutur


disebut tema, sedangkan informasi baru
disebut rema.
 Dengan demikian, kalimat yang kita ucapkan
kepada mitra tutur memiliki urutan: tema +
rema.

 Jadi, ketika A berkata kepada B, Ali membeli


sepeda motor, A menempatkan unsur kalimat
Ali pada awal kalimat karena acuan dari kata
tersebut sudah diketahui oleh B, sedangkan
unsur kalimat membeli sepeda motor belum
diketahui B sehingga ditempatkan kemudian,
di belakang unsur yang sudah diketahui.
 Konsep tema dan rema sepintas lalu mirip
dengan konsep subjek dan predikat, tetapi
sebenarnya berbeda.

 Perhatikan kalimat berikut!


 a. Ali membeli sepeda motor.
 b. Ali / sepeda motornya baru.
 c. Ali itu / orangnya suka naik sepeda motor.
 Masalah pembakuan bahasa juga menjadi
perhatian aliran linguistik Praha. Tokoh yang
terkenal dalam bidang ini adalah Havranek.

 Dalam masyarakat yang bahasanya memiliki


banyak varian, keberadaan bahasa standar yang
dapat menjadi acuan dalam berbahasa sangat
diperlukan. Bahasa standar dapat berfungsi
sebagai penyatu berbagai varian bahasa yang
ada.

 Studi linguistik dapat membantu dalam usaha


pembakuan bahasa.
 Tokoh aliran Praha lainnya adalah Pangeran Nikolai
Sergeyevich Trubetzkoy (1890 – 1938) yang
memfokuskan perhatiannya dalam bidang fonologi.

 Trubetzkoy adalah anggota kelompok Praha yang


tinggal di luar Praha. Dia adalah bangsawan Rusia,
ayahnya pernah menjadi rektor Universitas
Moskow.

 Pada mulanya Trubetzkoy belajar filologi dan


folklore, lalu belajar linguistik Indo-Eropa di
Universitas Moskow. Setelah tamat, ia menjadi
dosen di tempat dia belajar.
 Ketika terjadi revolusi Rusia, Trubetzkoy
harus meninggalkan Moskow. Pada mulanya
dia pergi ke Rostov, kemudian pindah ke
Kostantinopel, dan akhirnya ke Wina. Di Wina
dia ditunjuk sebagai Ketua Jurusan Filologi
Slavia yang kemudian menjadi anggota
Lingkaran Linguistik Praha.

 Pemikiran Trubetzkoy mengenai linguistik


dapat dibaca dalam bukunya Principles of
Phonology.
 Dalam menganalisis fonem dengan pendekatan
fungsional, Trubetzkoy lebih menekankan pada
hubungan paradigmatis antarfonem daripada
hubungan sintakmatis.

 Hubungan paradigmatis fonem adalah oposisi di


antara berbagai fonem yang dapat menunjukkan
kontras makna dalam struktur fonologis tertentu.

 Hubungan sintakmatis fonem adalah urutan


fonem dalam suatu satuan kebahasaan, misalnya
hubungan fonem: /p/, /r/, /a/, /j/, dan /a/
dalam kata praja.
 Trubetzkoy mengelompokkan kontras fonem
ke dalam 3 tipe: (i) oposisi privatif, (ii) oposisi
gradual, dan (iii) oposisi ekuipolen.

 Oposisi privatif adalah oposisi dua fonem


yang hanya berbeda dalam satu fitur fonetis,
misalnya oposisi /p/-/b/; atau /f/-/v/.

 Oposisi gradual adalah oposisi beberapa


fonem yang memiliki fitur fonetis yang sama
tetapi berbeda tingkatnya, misalnya oposisi
antara /ɪ/-/e/-/æ/.
 Oposisi equipolen adalah oposisi beberapa
fonem yang memiliki fitur fonetis yang sama,
tetapi masing-masing fonem tersebut juga
memiliki fitur fonetis yang tidak dimiliki fonem
lainnya; misalnya /p/-/t/-/k/.

 Menurut Trubetzkoy dalam beberapa kasus dapat


terjadi fonem-fonem yang berkontras tidak lagi
menunjukkan kontras dalam lingkungan tertentu.

 Dalam bahasa Indonesia, misalnya, /t/ dan /d/


adalah dua fonem yang berbeda, misalnya
terlihat pada kontras kata tari – dari; kutuk –
kuduk.
 Akan tetapi, ketika kedua fonem tersebut berada
pada akhir kata, kontras makna tersebut tidak
tampak lagi; kata wujud dapat pula dilafalkan
wujut, demikian pula abad – abat, tekad – tekat.

 Dalam kasus seperti itu, Trubetzkoy


mengemukakan istilah arkifonem, yaitu the
highest common factors of phonemes whose
opposition is neutralized.

 Konsep arkifonem dapat memecahkan masalah


dalam analisis fonologis yang mungkin tidak
mudah dianalisis secara deskriptif saja.
 Trubetzkoy membedakan fungsi fonem menjadi
tiga: (i) fungsi distingtif, fungsi deliminatif, dan
(iii) fungsi kulminatif.

 Fungsi distingtif adalah fungsi fonem sebagai


pembeda makna, misalnya /k/ dan /g/ adalah
fonem dalam bahasa Indonesia karena kedua
fonem tersebut menunjukkan kontras makna
seperti dalam kata karang vs garang.

 Fungsi deliminatif adalah fungsi fonem sebagai


pembatas kata, misalnya fonem /j/ dalam bahasa
Jerman yang hanya muncul pada awal morfem.
 Fonem /ŋ/ dalam bahasa Inggris dapat pula
dikatakan memiliki fungsi deliminatif negatif.
Fonem ini tidak pernah berada di posisi awal
kata sehingga bagian tuturan yang mengikuti
fonem ini tidak akan berupa morfem tersendiri.

 Fungsi kulminatif adalah fungsi fonem yang


dapat menunjukkan satu kesatuan morfem
atau kata. Misalnya, dalam bahasa Inggris
fonem suprasegmental yang berupa tekanan
dapat menunjukkan bahwa setiap bagian
tuturan yang mendapat satu tekanan
merupakan satu kata.
 Kaum deskriprivis Amerika tidak melihat
fungsi fonem sedemikian terinci sebagaimana
aliran Linguistik Praha. Kaum deskriptivis
hanya memfokuskan fungsi fonem sebagai
pembeda makna saja (fungsi distingtif).

 Dalam membicarakan fungsi fonem,


Trubetzkoy mengikuti filosof Karl Buhler yang
membedakan tiga fungsi utama
tuturan/bahasa, yaitu fungsi representasi,
fungsi ekspresi, dan fungsi konasi.
 Fungsi representasi adalah fungsi tuturan
yang berkaitan dengan sesuatu yang
dinyatakan/diacu oleh tuturan tersebut.

 Fungsi ekspresif adalah fungsi tuturan yang


berkaitan dengan karakteristik penuturnya.

 Fungsi konasi adalah fungsi tuturan yang


berkaitan dengan mitra tutur (untuk
mempengaruhi mitra tutur).
 Bunyi bahasa diidentifikasikan sebagai fonem yang
berbeda karena menyatakan fungsi representasi
yang berbeda, tetapi alofon dari suatu fonem yang
tidak disebabkan oleh lingkungan bunyi di
sekitarnya dapat menunjukkan fungsi ekspresi dan
konasi yang berbeda.

 Misalnya, sebagaian besar penutur bahasa Indonesia


melafalkan fonem /t/ dengan titik artikulasi
alveolar, tetapi ada pula yang melafalkannya dengan
titik artikulasi dental. Ketika /t/ dilafalkan dengan
titik artikulasi dental, hal itu dapat menunjukkan
fungsi ekspresi kenes, kemayu, atau bahkan genit.
 Demikian pula Saya sedang sakit kadang-
kadang diucapkan anak-anak menjadi Caya
cedang cakit dengan maksud agar
diperlakukan oleh mitra tuturnya (orang
dewasa) secara khusus/untuk dimanjakan.
Dalam hal ini pelafalan /s/ menjadi [c] memiliki
fungsi konatif.

 Hal lain yang mendapat perhatian Linguistik


Praha adalah aspek estetis bahasa. Aspek
estetis bahasa kurang mendapat perhatian dari
Linguistik Deskriptif Amerika karena hal itu
dipandang kurang ilmiah.
 Kekurangilmiahan studi estetis bahasa di
antaranya disebabkan karena aspek metodologi
yang sangat diperhatikan kaum deskriptivis.
Linguistik aliran Praha tidak terlalu
mempermasalahkan hal tersebut. Bagi mereka
kerja ahli bahasa lebih dekat seperti kerja ahli
sejarah, bukan seperti kerja ahli fisika.

 Teori lain yang dikemukakan oleh Linguistik


Praha adalah teori terapeutik perubahan bunyi
(therapeutic theory of sound-change). Menurut
aliran ini bunyi-bunyi bahasa agak bergerak dari
keadaan yang tidak seimbang menuju ke keadaan
seimbang secara berkelanjutan.
 Perubahan keadaan tersebut dapat dilacak
dari studi diakronis. Dengan demikian,
Linguistik Praha tidak terlalu mempersoalkan
dikotomi studi bahasa diakronis vs sinkronis
sebagaimana yang dikemukakan Saussure.

 Selain Mathesius, tokoh Linguistik Praha


dalam teori terapeutik perubahan bunyi
adalah Andre Martinet (berkebangsaan
Prancis). Martinet mengemukakan istilah
beban fungsional (functional yield) dalam
menjelaskan oposisi fonologis.
 Beban fungsional adalah tingkat kemampuan
dua bunyi dalam membedakan makna. Fonem
memiliki tingkat kemampuan dalam
membedakan makna secara berbeda-beda.
Dalam bahasa Indonesia, misalnya, fonem
/p/ dan /b/ memiliki beban fungsional yang
lebih besar daripada /f/ dan /v/.

 Tokoh lain Linguistik Praha yang punya


pengaruh luas dalam teori linguistik adalah
Roman Osipovich Jakobson, seorang
berkebangsaan Rusia.
 Jakobson belajar linguistik di Universitas
Moskow, lalu belajar dan mengajar di
Universitas Praha, lalu pindah lagi di
Universitas Brno. Pada 1949 dia pindah ke
Universitas Havard dan pada 1957 dia
berkolaborasi dengan MIT.

 Jakobson merupakan tokoh yang dapat


merepresentasikan Linguistik Praha secara
keseluruhan. Dia juga merupakan tokoh
linguistik yang dapat menjembatani tradisi
studi bahasa di Eropa dan Amerika.
 Meskipun tulisan Jakobson meliputi berbagai
cabang linguistik, pemikirannya lebih dikenal
dalam bidang fonologi.

 Hal pokok dari teori fonologi Jakobson adalah


gagasannya mengenai fonologi universal.
Meskipun sistem fonologi bahasa-bahasa di
dunia ini sangat beragam, terdapat hal umum
yang berlaku pada semua bahasa tersebut.

 Teori tata bahasa universal yang dikemukakan


oleh Chomsky kemungkinan dipengaruhi oleh
teori fonologi universalnya Jakobson.
 ROMAN JAKOBSON’S FUNCTIONS
OF LANGUAGE
 The Referential Function
corresponds to the factor of Context and
describes a situation, object or mental state.

 Thedescriptive statements of the referential


function can consist of both definite
descriptions and deictic words, e.g. “The
autumn leaves have all fallen now.”
 The Expressive (alternatively called
“emotive” or “affective”) Function
relates to the Addresser (sender) and is best
exemplified by interjections and other sound
changes that do not alter the denotative
meaning of an utterance but do add
information about the Addresser’s (speaker’s)
internal state, e.g. “Wow, what a view!”
 The Conative Function
engages the Addressee (receiver) directly and
is best illustrated by vocatives and
imperatives, e.g. “Tom! Come inside and eat!”

 ThePoetic Function
focuses on “the message for its own sake” (the
code itself, and how it is used) and is the
operative function in poetry as well as slogans.
 The Phatic Function
is language for the sake of interaction and is
therefore associated with the Contact/Channel
factor.

 The Phatic Function can be observed in


greetings and casual discussions of the weather,
particularly with strangers. It also provides the
keys to open, maintain, verify or close the
communication channel: “Hello?”, “Ok?”,
“Hummm”, “Bye”…
 The Metalingual (alternatively called
“metalinguistic” or “reflexive”) Function
is the use of language (what Jakobson calls
“Code”) to discuss or describe itself.

Anda mungkin juga menyukai