Anda di halaman 1dari 24

ANESTESIA SPINAL

PENDAHULUAN
Blok Spinal (dan epidural) menghasilkan
blokade sistem saraf simpatis, analgesia
/anestesia sensorik, dan blokade motorik
Bergantung pada dosis dan
konsentrasi/volume
Anestesia Spinal membutuhkan jumlah
obat yang lebih sedikit dengan efek blok
lebih nyata dalam waktu singkat
dibanding Epidural.
ANATOMI
Batasan Medula Spinalis pada Dewasa dan Anak

Pediatrics
TEKNIK ANESTESIA SPINAL
PERSIAPAN
 Harus ada akses intravena
 Perlengkapan monitor pasien. Standar minimal
seperti EKG, monitor tekanan darah non invasif,
atau kateter arterial, pulse oxymeter.
 Mesin anestesi, sungkup muka, sumber O2 dan
suction
 Obat-obatan sedasi, induksi, emergensi, dan
pelumpuh otot
 Alat manajemen jalan napas seperti pipa
endotrakea, laringoskop, dan pipa orofaringeal
POSISI PASIEN
1. Posisi Lateral Dekubitus
 Pasien tidur miring membelakangi anestesiologi
 Pinggul dan lutut difleksikan maksimal, dan dada serta leher
difleksikan mendekat arah lutut.
 Prosedur pembedahan unilateral, larutan hiperbarik  sisi
pembedahan di sebelah bawah
 Larutan hipobarik  sebelah atas (non dependen)
2. Posisi Duduk
 Baik dilakukan pada pasien obesitas
 Indikasi  operasi lumbar bawah dan sakral
 Pasien sebaiknya dibiarkan dalam posisi duduk kurang
lebih selama 5 menit sesudah penyuntikan
 Bila ingin level blok lebih tinggi  supine
3. Posisi Telungkup
Dilakukan untuk pembedahan bagian
anorektal
Pasien dalam posisi “jack-knife”
JARUM SPINAL DAN PENUNTUN
(INTRODUCER)
Jarum spinal yang baik permukaan ujungnya
tertutup, dan mudah dipindah-pindahkan posisinya
Tersedia dalam ukuran Gauce 16-30
Terdapat 5 bentuk
- Standard cutting atau Quincke needle

Directional Tuohy needle


- Pencil-point needle
- Greene
- Whitacre
- Sprotte
TEKNIK ATAU PENDEKATAN ANESTESIA SPINAL
 Landmark yang dapat digunakan antara lain garis
khayalan:
- Ketika jarum menembus lig. Flavum 
loss of resistance
- Tahap loss of resistance pada anestesia
spinal dan anestesia epidural :
Anestesia epidural  diruang epidural
Anestesia spinal  jarum didorong 
menembus lapisan dura dan membran
subarakhnoid  cairan liquor.
2. Pendekatan Paramedian
- Lokasi 2 cm ke lateral dan 2 cm ke kaudal
- Sudut 10-25 derajat dari midline
- Jarum tidak melewati ligamentum interspinosum
3. Pendekatan Taylor (The Taylor’s
Approach)
- Variasi pendekatan paramedian, memanfaatkan celah
antar ruangan L5-S1
- 1 cm ke medial dan 1 cm ke inferior dari SIPS  sudut
45 derajat terhadap midline dan chepalad
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KETINGGIAN BLOK
1. Umur
2. Tinggi badan
3. Berat badan
4. Jenis kelamin
5. Tekanan intraabdominal
6. Anatomi kolumna vertebralis
7. Tempat penyuntikan
8. Kecepatan penyuntikan
9. Dosis
10. Berat jenis
11. Konsentrasi larutan
12. Manuver valsava
AWITAN DAN DURASI
Penentu durasi utama ialah anestetika lokal yang
digunakan
Anestetika lokal dengan durasi paling singkat
adalah :
- Prokain
- Lidokain dan Mepivakain adalah agen intermedier
- Bupivakain dan tetrakain adalah agen durasi
panjang
Penentu selanjutnya ialah dosis obat dan tinggi
blokade
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
 Kontra  Kontra indikasi relatif :
indikasi :
- Sepsis
- Penolakan pasien - Infeksi di daerah pungsi
(absolut) - Riwayat gangguan neurologi
- Hipovolemia dan sebelumnya
- Riwayat pembedahan spinal
syok sepsis
dengan instrumentasi
- Koagulopati atau - Skoliosis
trombositopenia - Kondisi jantung yang
- Peningkatan TIK tergantung pada preload
(stenosis aorta,
Kardiomiopati hipertrofi
obstruktif)
EFEK SAMPING DAN KOMPLIKASI
ANESTESIA SPINAL
 Neurotoksisitas
 Hipotensi
 Bradikardia
 Total spinal atau blok spinal tinggi
 Transient neurological symptoms (TNS)
 Postdural Puncture Headache (PDPH)
 Retensi urin
 Nyeri punggung
 Pruritus
 Post Operative Nausea and Vomiting (PONV)
 Menggigil Pasca Anestesi Spinal
Komplikasi kardiovaskular
Hipotensi
◦ Akibat blok simpatis
◦ Tatalaksana: posisi head down 5-10 derajat,
Hidrasi dengan cairan intravena, obat
simpatomimetik (Efedrin/Phenylephrine)
Bradikardi hingga Asistol
◦ Akibat Blok cardioaccelalator fiber (T1-T4)
dan Penurunan venous return  (Bezold
Jarich Reflex)
◦ Tatalaksana: efedrin atau sulfas atropin
Komplikasi Neurologi
Akibat trauma langsung dari jarum atau
penekanan dari abses/hematom
Biasa terjadi post operatif
Gejala paling sering ialah parestesi
Tatalaksana: hindari penggunaan
lidocaine dan penyuntikan obat anestesi
lokal saat pasien terasa parestesi
Post Dural Puncture Headache
(PDPH)
Akibat CSF yang terlalu banyak keluar dari pada
produksi  membuat perpindahan letak otak
kebawah dan menarik struktur yang
sensitif/distensi pembuluh darah
(mempertahankan volum)
Nyeri kepala (oksipital/frontal) biasanya muncul
12-48 jam setelah tindakan, beberapa kasus
langsung atau beberapa bulan setelahnya, muncul
saat tidur/berdiri dan membaik saat berbaring
Tatalaksana : Bedrest, konservatif, kafein,
bloodpatch
High Spinal
Akibat penyebaran obat anestesi yang terlalu
tinggi (> T4)
Airway, Breathing, Circulation
Bradikardia  Vagolitik yaitu atropine ;
simpatomimetik misalnya. efedrin, adrenalin
Hipotensi  Vasopressors, bolus cairan,
phenylephrine ; Elevasi kaki
Disfungsi pernapasan  Oksigenasi ; Intubasi
dan ventilasi
Penurunan kesadaran  Tindakan suportif untuk
mengamankan jalan nafas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai