Anda di halaman 1dari 30

Konflik dan Pergolakan yang Berkait

dengan Sistem Pemerintahan yang


Mengancam Disintegrasi Bangsa
Kelompok 2 :
1. Ellyana
2. Govinda
3. Beni
4. Bernada
5. Laudya
6. Lusiana
7. Lukas
8. Lake Toba
Konflik dan Pergolakan yang Berkait dengan Sistem
Pemerintahan yang Mengancam Disintegrasi Bangsa
Pengertian
Suatu permasalahan berupa konflik atau pergolakan
yang berkaitan dengan sistem pemerintahan yang
mengancam disintegrasi bangsa
Terdapat 2 aspek yang dibahas, yakni :
1. Pemberontakan PRRI dan Permesta
2. Persoalan Negera Federal dan BFO
Pemberontakan PRRI dan Permesta

1.1 Pengertian
1.2 Latar Belakang
1.3 Ulasan singkat
Pengertian Pemberontakan PRRI dan Permesta
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
(biasa disingkat dengan PRRI) merupakan salah satu
gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dengan
pemerintah pusat (Jakarta) yang dideklarasikan pada tanggal
15 Februari 1958 dengan keluarnya ultimatum dari Dewan
Perjuangan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad
Husein di Padang, Sumatera Barat, Indonesia.
Sedangkan Permesta atau Perdjuangan Semesta
atau Perdjuangan Rakjat Semesta adalah sebuah gerakan
militer di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh
pemimpin sipil dan militer Indonesia Timur pada 2 Maret
1957 yaitu oleh Letkol Ventje Sumual. Pusatnya berada di
Makassar yang pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi.
Lanjutan
Lanjutan
Ada ketidakadilan yang dirasakan beberapa tokoh militer dan
sipil di daerah terhadap pemerintah pusat yang dianggap tidak adil
dalam alokasi dana pembangunan. Kekecewaan tersebut
diwujudkan dengan pembentukan dewan-dewan daerah sebagai
alat perjuangan tuntutan pada Desember 1956 dan Februari 1957
seperti:

1. Dewan Banteng di Sumatra Barat yang dipimpin oleh Letkol


Ahmad Husein
2. Dewan Gajah di Sumatra Utara yang dipimpin oleh Kolonel
Maludin Simbolan.
3. Dewan Garuda di Sumatra Selatan yang dipimpin oleh Letkol
Barlian.
4. Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel
Ventje Sumual.
Latar Belakang Pemberontakan PRRI dan Permesta
Umumnya semua bermuara pada ketidakpuasan
rakyat atau pimpinan di luar Jawa (Daerah) terhadap
penyelenggaraan pemerintahan (Pusat) yang dilakukan
para pemimpin RI karena dirasakan terlalu sentralistis &
berorientasi Jawa. Adapun latar belakang
pemberontakan PRRI dan Permesta dapat di jelaskan
seperti point-point dibawah ini
1. Gagalnya perekonomian bangsa
2. Kesenjangan dalam internal tentara angkatan darat
3. Ancaman komunisme
4. Peristiwa Cikini
5. Intervensi asing
Ulasan Singkat Pemberontakan PRRI dan Permesta

Gagalnya perekonomian bangsa


Ini merupakan salah satu dampak dari terpusatnya
pembangunan di jawa. Dikatakan demikian karena muncul rasa
ketidak puasan dari pemimpin ataupun rakyat di daerah dengan
sistem pengalokasian dana untuk daerah yang dinilai tidak adil.
Konflik yang terjadi ini sangat dipengaruhi oleh tuntutan keinginan
akan adanya otonomi daerah yang lebih luas. Selain itu ultimatum
yang dideklarasikan itu bukan tuntutan pembentukan negara baru
maupun pemberontakan, tetapi lebih merupakan protes mengenai
bagaimana konstitusi dijalankan. Pada masa bersamaan kondisi
pemerintahan di Indonesia masih belum stabil pasca agresi Belanda.
Hal ini juga memengaruhi hubungan pemerintah pusat dengan
daerah serta menimbulkan berbagai ketimpangan dalam
pembangunan, terutama pada daerah-daerah di luar pulau Jawa.
Ulasan Singkat Pemberontakan PRRI dan Permesta
Kesenjangan dalam internal Angkatan Darat

Masalah gagalnya perekonomian berimbas pada kesejahteraan


prajurit TNI yang membuat pimpinan2 militer di daerah kecewa. Maka
mereka menempuh jalan sendiri2 dalam menghimpun dana, yaitu
melakukan perdagangan tanpa prosedur yang seharusnya. Ketidakpuasan
di daerah2 ini diperburuk dengan kondisi internal tentara, khususnya AD,
yang tidak kompak & bisa dibilang terpecah belah.Perpecahan di tubuh AD
ini ditandai dengan peristiwa 17 Oktober 1952 dimana, menurut 1 versi,
pimpinan AD mengajukan petisi kepada Presiden Soekarno untuk
membubarkan Parlemen. Tindakan ini mendapat kecaman dari internal
AD yang kontra 17 Oktober 1952 yang berbuntut pada diberhentikannya
Mayjen Nasution dari jabatan KSAD. Masalah ini berbuntut panjang &
menjadi salah 1 sebab yang mendorong perwira2 di Daerah ikut serta dalam
PRRI/Permesta.
Ulasan Singkat Pemberontakan PRRI dan Permesta
Ancaman Komunisme

Hal ini di dasarkan ketika pemerintah pusat


mengambil kebijakan "mengampuni" PKI &
memberikan kesempatan berkembang biak di
Indonesia. Hasilnya, PKI masuk dalam 4 besar
parpol di Pemilu 1955.
Ulasan Singkat Pemberontakan PRRI dan Permesta
Peristiwa Cikini
Pada tanggal 10 s/d 13 September 1957 ketika diadakan musyawarah
nasional oleh PM Djuanda dengan mengundang semua stakeholders
termasuk “perwira-perwira pembangkang”. Dalam acara ini sempat dibentuk
Panitia Tujuh yang menilai “perwira-perwira pembangkang”. Sebulan
kemudian diadakan musyawarah pembangunan nasional tapi kurang
membawa hasil.

Di tengah upaya tersebut, pada tanggal 30 Nopember 1957 terjadi


percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno yang terkenal dengan
nama Peristiwa Cikini. Efek dari peristiwa ini semakin memperburuk
hubungan antara Pusat & Daerah karena Soekarno menduga upaya tersebut
didalangi oleh “perwira-perwira pembangkang”.

Akibatnya, para perwira pembangkang yang dituduh oleh Pusat mengadakan


serangkain pertemuan, di antaranya yang krusial adalah Pertemuan Sungai
Dareh pada 9 & 10 Desember 1957, yang mempersatukan daerah yang sedang
Ulasan Singkat Pemberontakan PRRI dan Permesta
Intervensi Asing
Konstelasi ini pastinya tidak luput dari pengamatan AS sebagai kekuatan
utama dari blok Barat (kapitalis) kontra blok Timur (komunis) yang sedang
berebut pengaruh dari negara-negara Asia-Afrika, termasuk Indonesia. Apalagi PKI
semakin menancapkan pengaruhnya. AS dan sekutunya merasa khawatir dengan
masa depan Indonesia. Hal ini dipandang oleh banyak pengamat sebagai pintu
masuk keterlibatan asing terhadap PRRI/Permesta. Suatu fakta jelas menyebutkan
bahwa pada bulan Oktober 1957 CIA menawarkan bantuan keuangan & senjata
kepada Kolonel M. Simbolon. Bahkan pesawat amfibi Catalina tercatat pernah
mendarat di Danau Singkarak untuk keperluan ini, termasuk pengangkutan
personil PRRI dengan kapal selam ke luar negeri untuk memperoleh latihan di
Singapura, Thailand & Malaya.
Dalam suatu seminar di Pusat Kajian Wilayah Amerika, Kampus UI Depok, tanggal
21 April 1998, dalam rangka 50 tahun hubungan Indonesia-AS, Kolonel Ventje
Sumual mengakui bahwa para pimpinan Permesta telah mengadakan hubungan
dengan pihak AS malah ia katakan:

"Sayalah yang mengadakan hubungan...sebagai orang yang bertekad melakukan


perlawanan bersenjata melawan Pusat sesuai kesepakatan Sungai Dareh"
Ulasan Singkat Pemberontakan PRRI dan Permesta

Puncak dari serangkaian peristiwa ini adalah saat diumumkannya Piagam


Perjuangan pada tanggal 10 Februari 1958 jam 10.00 di Padang oleh Ketua
Dewan Perjuangan, Kolonel Ahmad Hussein, yang isinya kurang lebih
mengultimatum Presiden untuk mengambil kembali mandat dari Kabinet
Djuanda dalam waktu 5 x 24 jam.

Pusat kemudian menindaklanjuti tuntutan Daerah dengan mengadakan sidang


kabinet pada 11 Pebruari 1958 yang isinya menolak ultimatum Dewan
Perjuangan.

Penolakan dari Pemerintah Pusat direspon dengan membentuk dan


mengumumkan Kabinet PRRI pada 15 Februari 1958.

Presiden Soekarno yang baru tiba dalam lawatan ke luar negeri memerintahkan
tindakan tegas terhadap penyelewengan yang diumumkan PRRI.
TOKOH-TOKOH
Pemimpin dari gerakan Pemimpin dari Permesta
PRRI
Persoalan Negera Federal dan BFO

2.1 Pengertian
2.2 Latar Belakang
2.3 Ulasan singkat
Pengertian Persoalan Negara Federal dan BFO
Negara Federal maupun BFO prinsipnya sama, yakni
adalah suatu negara yang secara resmi merdeka dan
diakuikedaulatannya namun secara de-facto berada di
bawah kontrol negara lainnya. Negara boneka secara
harfiah berarti negara di mana pemerintahannya dapat
disamakan seperti boneka yang dimainkan oleh
pemerintah negara lainnya sebagai dalang.
Latar Belakang Persoalan Negara Federal dan BFO
Permasalahan ini muncul dimulai sejak Perundingan Linggarjati disetujui
dan ditanda tangani dan di perparah dengan penandatanganan perundingan
yang lainnya, seperti Roem-Royen. Konsep Negara Federal dan “Persekutuan”
Negara Bagian (BFO/
Bijeenkomst Federal Overleg) mau tidak mau menimbulkan potensi
perpecahan di kalangan bangsa Indonesia sendiri setelah kemerdekaan.
Persaingan yang timbul terutama adalah antara golongan federalis yang
ingin bentuk negara federal dipertahankan dengan golongan unitaris yang
ingin Indonesia menjadi negara kesatuan.
Dalam konferensi Malino di Sulawesi Selatan pada 24 Juli 1946 misalnya,
pertemuan untuk membicarakan tatanan federal yang diikuti oleh wakil dari
berbagai daerah non RI itu, ternyata mendapat reaksi keras dari para politisi pro
RI yang ikut serta. Mr. Tadjudin Noor dari Makasar bahkan begitu kuatnya
mengkritik hasil konferensi.
Perbedaan keinginan agar bendera Merah-Putih dan lagu Indonesia Raya
digunakan atau tidak oleh Negara Indonesia Timur (NIT) juga menjadi persoalan
yang tidak bisa diputuskan dalam konferensi. Kabinet NIT juga secara tidak
langsung ada yang jatuh karena persoalan negara federal ini (1947)
Ulasan Singkat Persoalan Negara Federal dan BFO

Perundingan Linggarjati
Perjanjian Linggarjati sebagaimana kita
ketahui memiliki dampak negatif khususnya bagi
rakyat indonesia dan hal ini menimbulkan pro dan
kontra di kalangan masyarakat Indonesia,
contohnya beberapa partai seperti Partai
Masyumi, PNI, Partai Rakyat Indonesia, dan Partai
Rakyat Jelata. Partai-partai tersebut menyatakan
bahwa perjanjian itu adalah bukti lemahnya
pemerintahan Indonesia untuk mempertahankan
kedaulatan negara Indonesia. Untuk
menyelesaikan permasalahan ini, pemerintah
mengeluarkan Peraturan Presiden No. 6/1946,
dimana bertujuan menambah anggota Komite
Nasional Indonesia Pusat agar pemerintah
mendapat suara untuk mendukung perundingan
linggarjati.
Ulasan Singkat Persoalan Negara Federal dan BFO
Perundingan Roem Royen
Meskipun kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan, Belanda tetap
saja tidak mau mengakui kelahiran negara indonesia. Dan Belanda pun membuat
negara boneka yang bertujuan mempersempit wilayah kekuasaan Republik
Indonesia. Negara boneka tersebut dipimpin oleh Van Mook. Dan Belanda
mengadakan konferensi pembentukan Badan Permusyawaratan Federal(BFO) 27
Mei 1948.
Dan pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda mengadakan Agresi Militer
Belanda dengan menyerang kota Yogyakarta dan menawan Presiden dan Wakil
Presiden beserta pejabat lainnya. Namun sebelum itu Presiden mengirimkan
radiogram kepada Mr. Syafrudin Prawiranegara yang mengadakan perjalanan di
Sumatera untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Dengan begitu Indonesia menunjukkan kegigihan mempertahankan
wilayahnya dari segala agresi Belanda. Akhirnya konflik bersenjata harus segera
diakhiri dengan jalan diplomasi. Dan atas inisiatif Komisi PBB untuk Indonesia,
maka pada tanggal 14 April 1949 diadakan perundingan di Jakarta di bawah
pimpinan Merle Cochran, Anggota Komisi Amerika.
Ulasan Singkat Persoalan Negara Federal dan BFO
Konferensi Inter Indonesia
Merupakan konferensi yang berlangsung antara negara Republik
Indonesia dengan negara-negara boneka atau negara bagian bentukkan
Belanda yang tergabung dalam BFO. Pada awalnya pembentukkan BFO ini
diharapkan oleh Belanda akan mempermudah Belanda untuk kembali
berkuasa di Indonesia. Namun sikap negara-negara yang tergabung dalam
BFO berubah setelah Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua
terhadap Indonesia. Karena simpati dari negara-negara BFO ini maka
pemimpin-pemimpin Republik Indonesia dapat dibebaskan dan BFO
jugalah yang turut berjasa dalam terselenggaranya Konferensi Inter-
Indonesia. Hal itulah yang melatarbelakangi dilaksanaklannya Konferensi
Inter-Indonesia pada bulan Juli 1949.
BFO yang didirikan di Bandung pada 29 Mei 1948 merupakan
lembaga permusyawaratan dari negara-negara federal yang memisahkan
dari RI. Perdana Menteri negara Pasundan, Mr. Adil Poeradiredja, dan
Perdana Menteri Negara Indonesia Timur, Gede Agung, memainkan peran
penting dalam pembentukan BFO.
Ulasan Singkat Persoalan Negara Federal dan BFO
Dalam tubuh BFO juga bukan tidak terjadi
pertentangan. Sejak pembentukannya di Bandung pada bulan
Juli 1948, BFO telah terpecah ke dalam dua kubu. Kelompok
pertama menolak kerjasama dengan Belanda dan lebih memilih
RI untuk diajak bekerjasama membentuk Negara Indonesia
Serikat. Kubu ini dipelopori oleh Ide Anak Agung Gde Agung
(NIT) serta R.T. Adil Puradiredja dan R.T. Djumhana (Negara
Pasundan). Kubu kedua dipimpin oleh Sultan Hamid II
(Pontianak) dan dr. T. Mansur (Sumatera Timur).

Lanjutan
Lanjutan
Setelah Konferensi Meja Bundar atau KMB (1949), persaingan
antara golongan federalis dan unitaris makin lama makin
mengarah pada konflk terbuka di bidang militer, pembentukan
Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) telah
menimbulkan masalah psikologis. Salah satu ketetapan dalam
KMB menyebutkan bahwa inti anggota APRIS diambil dari
TNI, sedangkan lainnya diambil dari personel mantan anggota
KNIL. TNI sebagai inti APRIS berkeberatan bekerjasama
dengan bekas musuhnya, yaitu KNIL. Sebaliknya anggota
KNIL menuntut agar mereka ditetapkan sebagai aparat negara
bagian dan mereka menentang masuknya anggotaTNI ke
negara bagian (TaufiAbdullah danAB Lapian, 2012.).
TOKOH TOKOH
Kesimpulan
1. Potensi disintegrasi bangsa pada masa kini bisa saja benar-benar
terjadi bila bangsa Indonesia tidak menyadari adanya potensi
semacam itu. Karena itulah kita harus selalu waspada dan terus
melakukan upaya untuk menguatkan persatuan bangsa Indonesia.
2. Sejarah Indonesia telah menunjukkan bahwa proses disintegrasi
sangat merugikan. Antara tahun 1948-1965 saja, gejolak yang timbul
karena persoalan ideologi, kepentingan atau berkait dengan sistem
pemerintahan, telah berakibat pada banyaknya kerugian fiik, materi
mental dan tenaga bangsa.
3. Konflik dan pergolakan yang berlangsung diantara bangsa
Indonesia
bahkan bukan saja bersifat internal, melainkan juga berpotensi ikut
campurnya bangsa asing pada kepentingan nasional bangsa Indonesia.
4. Untuk mengantisipasi disintegrasi yang sudah terjadi terulang,
sebagai generasi muda bangsa ini haruslah berjuang dengan cara
mengisi kemerdekaan.
Kesadaran Terhadap Pentingnya
Integrasi Bangsa
Enam Daerah Rawan Konflik Sosial di Indonesia.
Daerah tersebut yaitu, Papua, Jawa Barat, Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah,
dan Jawa Tengah. “Indikatornya terlihat sepanjang 2013 daerah tersebut bermunculan
aneka konflik,” kata Sapto menambahkan. Sepanjang 2013 di Papua terjadi 24 peristiwa
konflik sosial, Jawa Barat (24), Jakarta (18), Sumatera Utara (10), Sulawesi Tengah (10)
dan Jawa Tengah (10). “Di tahun politik 2014, ketegangan tentu akan meningkat. Karena
itu, Kemensos melancarkan program keserasian sosial di 50 daerah rawan dan
penguatan kearifan lokal di 30 daerah,” katanya.

Targetnya mencegah kemungkinan terjadinya konflik atau memperkecil dampak jika


konflik tetap terjadi. “Memang harus ditumbuhkan tenaga pelopor perdamaian di
seluruh pelosok Indonesia, terutama dari kawula muda,”
Konflik bahkan bukan saja dapat mengancam persatuan
bangsa. Kita juga harus menyadari betapa konflik yang
terjadi dapat menimbulkan banyak korban dan kerugian.
Sejarah telah memberitahu kita bagaimana
pemberontakanpemberontakan yang pernah terjadi selama
masa tahun 1948 hingga 1965 telah menewaskan banyak
sekali korban manusia. Ribuan rakyat mengungsi dan
berbagai tempat pemukiman mengalami kerusakan berat.
Belum lagi kerugian yang bersifat materi dan psikis
masyarakat. Semua itu hanyalah akan melahirkan
penderitaan bagi masyarakat kita sendiri.
Untuk mewujudkan cita-cita, dan tujuan negara serta memelihara :
rasa kebersamaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk membangun
integrasi nasional:
-Adanya kemampuan dan kesadaran bangsa dalam mengelola perbedaan SARA dan
keanekaragaman budaya serta adat istiadat.
-Adanya kemampuan untuk mereaksi penyebaran ideologi asing-Adanya
kemampuan untuk mereaksi dan mencegah dominasi ekonomi asing
-Mampu berperan aktif dalam percaturan dunia di era globalisasi dalam berbagai
aspeknya
-Bertekad untuk membangun sistem budaya sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945
-Menyelenggarakan berbagai kegiatan budaya dengan cara melakukan pengkajian
kritis dan sosialisasi terhadap identitas nasional.
Faktor pendorong tercapainya integrasi nasional:
-Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah
-Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yaitu Garuda
Pancasila & semboyan Bhineka Tunggal Ika
-Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu dikalangan bangsa indonesia seperti
yang dinyatakan dalam sumpah pemuda.
-Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan muncul semangat nasionalisme
dikalangan bangsa indonesia.

Faktor pendukung integrasi nasional:


-Penggunaan bahasa indonesia-Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam
suatu bangsa, bahasa, dan tanah air indonesia
-Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama yaitu pancasila.
-Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi keagamaan
yang kuat.
-Adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penjajahan yang diderita.
Faktor penghambat integrasi nasional:
-Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat
heterogenKurangnya toleransi antar golongan
-Kurangnya kesadaran dari masyarakat indonesia terhadap ancaman,
gangguan dari luar
-Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil-
hasil pembangunan
PERTANYAAN
1. Mengapa Perjanjian Linggarjati disebut sebagai akar masalah yang
menyebabkan munculnya konflik dan pergolakan terkait sistem
pemerintahan yang terjadi di Indonesia? Jelaskan kaitannya dengan
permasalahan negara federal dan Bijeenkomset Federal Overleg atau
BFO!
2. 2. Jelaskan alasan mengapa Pemberontakan PRRI dan Permesta disebut
sebagai konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan sistem
pemerintahan yang terjadi di Indonesia? Jelaskan dengan argumen yang
kuat.
3. 3. Konflik dan pergolakan terkait sistem pemerintahan ada yang dipicu
oleh kepentingan-kepentingan pihak tertentu dan ada pula yang dipicu
perang ideologi. Jelaskan masing-masingnya disertai dengan contoh
yang relevan.
4. 4. Apa tujuan utama dari Pemberontakan DI/TII? Jelaskan pula latar
belakang munculnya gerakan tersebut dari awal cikal bakalnya hingga
penumpasannya.

Anda mungkin juga menyukai