Anda di halaman 1dari 10

STUDI FIQIH

(Sebuah Pengantar Memahami Fiqih)

Oleh:
KHAIRIL UMAMI, M.S.I.
9.
FIQIH MUNAKAHAT
Fiqih Munakahat
Fiqih Munakahat berarti ilmu fiqih yang membahas
mengenai pernikahan (perkawinan).
Perkawinan menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu
akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk
mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan
ibadah. (KHI)
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (UU
No.1/1974)
Tujuan & Fungsi Pernikahan

1. Menciptakan keluarga sakinah berlandaskan mawaddah


wa rahmah ( Q.S. Ar-Ruum, 30 : 21)
2. Menjaga pandangan mata dan menjaga kehormatan
3. Memperoleh keturunan
Rukun Nikah
Menurut Malikiyah
Menurut Hanafiyah
1. Calon suami dan istri
1. Sigat (Ijab & Qabul)
2. Wali
3. Sigat (Ijab & Qabul)

Wali : Menurut Hanafiyah bukan


rukun tetapi menjadi syarat yang Saksi: Menurut Malikiah bukan rukun
tidak mutlak. yang harus hadir waktu akad, tetapi
cukup pemberitahuan kepada orang
lain.
Menurut Syafi’iyah Menurut Hanabila
1. Calon suami 1. Calon suami
2. Calon istri 2. Calon istri
3. Wali 3. Wali
4. Dua orang saksi 4. Dua orang Saksi
5. Sigat (Ijab & Qabul) 5. Ijab & Qabul
Syarat & Rukun Pernikahan
1. Calon pengantin itu kedua-duanya sudah dewasa dan berakal (akil balig).
2. Harus ada wali bagi calon pengantin perempuan.
3. Harus ada mahar (mas kawin) dari calon pengantin laki-laki yang
diberikan setelah resmi menjadi suami istri kepada istrinya.
4. Harus dihadiri sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang adil dan laki-
laki Islam merdeka.
5. Harus ada upacara ijab qabul, ijab ialah penawaran dari pihak calon istri
atau walinya atau wakilnya dan qabul penerimaan oleh calon suami
dengan menyebutkan besarnya mahar (mas kawin) yang diberikan.
6. Sebagai tanda bahwa telah resmi terjadinya akad nikah (pernikahan) maka
hendaknya diadakan walimah (pesta pernikahan).
7. Sebagai bukti otentik terjadinya pernikahan harus diadakan i’lan an-nikah
(pendaftaran nikah) dan dicatatkan kepada Pejabat Pencatat Nikah, sesuai
pula dengan UU No. 22 Tahun 1946 jo UU No.32 Tahun 1954 jo UU No.1
Tahun 1974 (lihat juga Pasal 7 KHI Instruksi Presiden RI No.1 Tahun 1991)
Hukum Menikah
 Wajib
 Bagi orang yang sudah mampu menikah, nafsunya telah mendesak dan takut
terjerumus dalam perzinaan, maka ia wajib menikah.
 Sunnah
 Bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan mampu menikah, tetapi masih
dapat menahan dirinya dari perbuatan zina, maka sunnah baginya menikah .
 Haram
 Bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah batin dan lahirnya
kepada istri serta nafsunyapun tidak mendesak, maka ia haram menikah.orang
lain
 Makruh
 Bagi seseorang yang lemah syahwat dan tidak mampu memberi belanja kepada
istrinya.
 Mubah
 Bagi orang yang tidak terdesak oleh alasan alasan yang mengharamkan untuk
menikah, maka nikah hukumnya mubah baginya..
Hukum Pernikahan di Indonesia

Berlaku ketentuan-ketentuan yang ada dalam:


1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan
2. Kompilasi Hukum Islam (KHI)/ Instruksi
Presiden RI No.1 Tahun 1991
Kontroversi dalam Praktek Pernikahan

 Poligami
 Pernikahan Siri
 Nikah Mut’ah
 Nikah Beda Agama
Thank You
Wallahu a’lam bi Showab

Anda mungkin juga menyukai