Anda di halaman 1dari 85

TEKNOLOGI BUDIDAYA KRISAN DAN

PENANGANAN OPT

Ir. Nurjanani, M.Si.

Disampaikan pada Acara “

Pada tgl 11 November 2016


di Hotel Dinasti Makassar

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan,


Jl. Perintis Kemerdekaan Km 17,5, Makassar, Sulsel
Pengertian
Dasar
Ada 3 hal yang harus benar-benar dipahami pada
tanaman krisan:
1. Tanaman krisan berasal dari daerah subtropika
2. Merupakan tanaman hari pendek
3. Dibudidayakan di dalam rumah lindung
• Lokon Kulo dan Lokon Ririh diTomohon  tanpa RL
• Di Brastagi, krisan di budidayakan di lahan terbuka
Syarat Tumbuh
• tumbuh baik pada ketinggian tempat 700 m – 1200 m di atas
permukaan laut
• suhu udara yang diperlukan antara 200 C – 260 C untuk
pertumbuhan dan antara 160C – 180C untuk pembungaan
• kelembaban udara antara 70% – 80%.
• Untuk pertumbuhan akar pada saat awal pertumbuhan
diperlukan kelembaban 90% - 95%.
• Tingkat keasaman tanah pH 6,2 – 6,7 dan EC 0,8 mS/cm – 1
mS/cm.
• Tanaman hari pendek (short day plant) segera berbunga jika
mendapat penyinaran kurang dari 14.5 jam
• Indonesia panjang hari siang sekitar 12 jam
   Perlu penambahan cahaya
Tahapan Kegiatan Budidaya Krisan:
1.Penyiapan sarana dan Prasarana Produksi
1.1. Pempersiapkan rumah lindung
1.2. Menyiapkan instalasi listrik
1.3. Menyiapakan sarana irigasi
2.Penyiapan lahan budidaya
2.1. Memilih dan mengolah lahan
2.1. Memberikan pupuk dasar
2.3. Menyiraman bendengan dengan air
2.4. Pemasangan jaringan penegak tanaman
3.Penanaman setek berakar
3.1. Mempersiapkan jarak tanam
3.2. Cara tanam setek
3.3. Menyulam tanaman
4. Pemeliharaan tanaman
4.1. Pemberian cahaya tambahan
4.2. Penyiangan tanaman
4.3. Pengendalian hama penyakit
4.4. Pemberian pupuk susulan
4.5. Penaikan posisi jaringan
4.6. Disbuding

5. Pemanenan Bunga
5.1. Waktu dan kriteria panen
5.2. Cara memanen bunga
1. Penyiapan Sarana dan Prasarana Produksi
1.1. Mempersiapkan Rumah Lindung

 Fungsi:
 Melindungi dari intensitas matahari yang berfluktuasi,
 Guyuran air hujan (peny. Karat, bakteri)
 Bunga krisan yang terkena air hujan akan mudah
busuk dan rusak.
• Cukupnya intensitas cahaya matahari yang masuk,
jenis atap naungan yang digunakan ( UV 10-
12%, solartap, fiber, etc)
 Temperatur dan kelembaban udara di dalam rumah
lindung tidak jauh berbeda dengan di luar rumah lindung
 pengaturan sirkulasi udara di dalam rumah lindung
Bentuk dan macam rumah lindung

RL permanen:
•Tiang beton cor
•Konstruksi atap dari besi
•Atap dari fiber

Rumah plastik ala Poncokusumo


Konstruksi atap knockdown import
tidak tahan angin !
Bali

Lembang (Bandung Barat)

Fentilasi udara di atap RL

Tomohon (Sulut)

Ciwidey (Bandung)
• Konstruksi rumah lindung non permanen sederhana yang
biasa dibuat di Balithi ada 2 bentuk:
• Miring tunggal
• Miring ganda
• bambu betung (besar) atau beton bertulang untuk tiang
penyangga dan batang bambu untuk konstruksi atap.
• Beton bertulang lebih kuat dan tahan lama.

Arah angin

3m
3m
2m 2m 2m

5-7m 5-7m 5-7m

• Lebar rumah lindung tergantung panjang bambu yang tersedia


•Tipe pemasangan atap UV (6% atau 12 %):
•Biasa
•Zigzag

Zigzag 1-1

tahan angin
Telah teruji..!

Zigzag 2-1

Biasa
Insect Screen
 Sebagai dinding penutup
sekeliling RL
 Fungsi:
 Mencegah masuknya
serangga ke dalam rumah
lindung
 Menjaga suhu di dalam RL
tidak jauh berbeda dengan di
luar
 Mengurangi tiupan angin
1.2. Mempersiapkan Instalasi Listrik
• Penambahan cahaya ini dapat
dengan pemasangan lampu
dengan sumber listrik dari PLN
atau Genset.
2.5m

• Kebutuhan cahaya tambahan


1m 2.5m 2.5m minimal adalah 40 - 100 lux
untuk lampu essential (18 - 23
1.5m
watt) atau lampu pijar 75-100
watt).
7m

= lampu essential 18 - 23 • Ketinggian


1m lampu 1.5 - 2 m
watt (biasa atau tornado)
Bahan yang diperlukan:
•Kabel tunggal 1x2.5/
kabel NYM 2x1.5
•Kabel serabut
•Piting
•Stop kontak
•Steker
•NCB 5-10 A
•Timer
•Isolasiban
•Lampu essential 18-23 watt
atau pijar 75-100 watt
• Untuk mengatur menyala dan matinya lampu
secara otomatis diperlukan pusat kontrol lampu
dengan timernya
• Bermacam jenis Timer Manual dan Digital
• Max 500 watt

Sebaiknya gunakan
NCB (yg bagus=mahal)
1.3. Pembuatan sistem irigasi

• Sumber air dapat berasal dari mata air atau sumur pompa
• Jika debit air sedikit dan keperluan yang banyak maka
sebaiknya dibuat bak penampungan air (tandon atau bak
semen)
• Dari bak penampungan dengan bantuan pompa air listrik
dialirkan dengan selang ke lahan pertanaman
• Agar tidak memadatkan tanah dan penyiram yang merata dan
butiran air yang kecil-kecil pada ujung selang ditambahan
sower.
2. Penyiapan Lahan
2.1. Mengolahan Lahan
• Penggemburan tanah
pertama mencangkul
sedalam 30 cm dan
membalikannya. (1-2
minggu sblm tanam)
 Penggemburan tanah
kedua dilakukan dan
membentuk bendengan
berukuran lebar 100 cm –
120 cm, tinggi 20 cm – 30
cm, panjang sesuai
kebutuhan
 Jarak antar bendengan 40
cm – 50 cm.
Pemasangan Jaring Penegak
• Pasang jaring/net penegak tanaman yang sesuai
dengan jarak tanam,
• artinya setiap lubang net yang dipasang satu
tanaman tepat di tengah-tengahnya .
Penanaman
• Satu sampai dua hari sebelum tanam bedengan disiram
sampai mencapai kapasitas lapang

• Buat lubang tanam dengan tugal kayu atau bambu. Pada


tengah lubang jaring.

• Dianjurkan pada saat tanaman juga diberikan Furadan


sebanyak 6 – 10 butir/lubang.

• Populasi ideal untuk krisan produksi 64 bibit/m2 dengan


jarak tanam 12.5 cm x 12.5 cm. Karena
pertimbangan ekonomi, maka skrg menjadi 100 bibit/m2
(10 cm x 10 cm)  banyak digunakan

• Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari


dimana suhu udara sudah tidak terlalu panas.

• Segera setelah tanam dilakukan penyiraman agar bibit


yang baru ditanam terikat dengan tanah dan tidak rebah.
• Penyulaman sebaiknya paling lambat dilakukan 2 minggu
setelah penanaman, agar pertumbuhannya bisa mengejar
yang lainnya
Cara Penyulaman Seimbang:
• Kadang-kadang penyulaman harus dilakukan lebih dari 2
minggu setelah tanam, dg alasan:
• Masih banyak tanaman yang mati setelah itu
• Agar populasi tidak berkurang banyak
• Caranya dengan menanam bibit yang untuk penyulaman
pada baris pinggir bendengan dengan jumlah yang
diperkirakan cukup
• Dengan demikian pertumbuhan bibit untuk sulaman masih
dapat mengejar tanaman lainnya ketika dipindahkan
sebagai tanaman pengganti
• Jika sudah tidak dibutuhkan lagi, maka bibit untuk
sulaman harus dibuang atau dicabut.
X X X X X X X x

Arah bendengan
Jalur pemupukan
X X X X X X X x

X X X X X X X x

X X X X X X X x

X X X X X X X x
Perlakuan Panjang Hari
• Penambahan cahaya tambahan dapat dilakukan
selama 4 jam mulai pukul 22.00 sampai pukul 02.00
pagi.

• Lamanya pemberian cahaya tambahan:


• tanaman telah berumur 30 hingga 35 hari
tergantung varietas krisan atau…
• tanaman telah mencapai tinggi 30 cm untuk varietas
krisan pertumbuhan cepat sampai 55 cm untuk
varietas krisan dengan pertumbuhan lambat.
Penyiraman
•Penyiraman pada tanaman krisan muda sampai
berumur 1 minggu dilakukan setiap hari sekali
•Pada minggu selanjutnya penyiraman dilakukan
melihat kondisi tanah.
•Biasanya penyiraman dilakukan 3x seminggu
•Penyiraman harus merata agar pertumbuhan krisan
dapat serempak dan sebaiknya dilakukan pagi sampai
siang hari.
•Agar penyiraman merata pola penyiram harus
berbeda setiap kali siram, artinya
•Jika penyiraman sekarang misalnya dimulai dari arah
timur maka penyiraman selanjutnya dimulai dari arah
barat
•Jika penyiraman tidak merata maka dalam satu
bendengan tinggi tanaman akan bergelombang dan
yang tinggi adalah tanaman yang paling banyak
penyiramannya.
Pemupukan Lanjutan

• Pupuk Urea, KNO3 dan SP36:


• Pada 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam
diaplikasikan pupuk urea sebanyak 1,5 g/m2 dan
KNO3 sebanyak 6 g/m2 dengan cara disiram atau
melalui irigasi.
• Pada minggu ke 8 pemupukan menggunakan urea
1,5 g/m2. KNO3 6 g/m2 dan SP36 6 g/m2 . ketiga
pupuk ini ditabur merata dalam larikan dan ditutup
kembali.
Pengendalian Gulma
• Pembersihan gulma dilakukan 2 minggu sekali atau
tergantung pertumbuhan gulma.

• Pada tanaman krisan yang sudah tinggi dan tajuknya sudah


saling menutupi biasanya gulma sudah jarang tumbuh
sehingga pembersihan gulma dapat diperjarang.  antar
bendengan tetap harus dibersihkan

• Bersamaan dengan pembersihan gulma dilakukan juga


• Perompesan: membuang daun-daun yang sudah tidak
produktif, karena:
• Fotosintesis negatif
• Lingkungan jadi lembab  potensi HPT
• Penggemburan tanah dan tanahnya dikumpulkan di
pangkal batang tanaman krisan.
2/3 tinggi

Perompesan 1/3 tinggi


Pengendalian Hama dan Penyakit
 Hama dan penyakit yang menyerang tanaman krisan dapat
berubah-ubah sesuai dengan perubahan musim.
 Keadaan ini menyebabkan pola pengendaliannya harus
mengikuti sesuai dengan keadaan saat itu.
 Pada saat musim hujan atau berkabut penyakit yang paling
banyak menyerang adalah karat daun (white rust). Penyakit
ini sangat berbahaya karena penyebarannya sangat cepat.
 Pada saat musim kemarau dimana suhu udara panas dan
kelembaban rendah, harus diwaspadai adalah serangan Red
Spider.
 Serangan ulat pengorok daun akan meningkat bila terjadi
hujan dan panas secara bergantian (musim pancaroba).
 Umumnya untuk pencegahan pestisida yang digunakan
adalah fungisida dan insektidida. Penggunaan akarisida,
bakterisida dilakukan jika ada serangan.
HAMA UTAMA
PADA TANAMAN KRISAN

1. Kutu Daun Krisan: Macrosiphoniella sanborni –


Vektor Ropalosiphum sp
Aphis gossypii
Pengendalian :
- Disemprot air
- Beauveria bassiana
- Plant Catalyst
Macrosiphoniella sanborni

Macrosiphoniella sanborni
2. Penggorok Daun Liriomyza spp : L. trifoii ; L. huidobiensis

Telur ditusukkan dengan evipositor ke dalam jaringan


daun. Kerusakan pada daun: bintik coklat bekas tusukan –
cari makan . larva di dalam daun membuat lubang korokan

Pengendalian :
- Tanaman resisten
- Parasit Diglyphus begini
- Insektisida
- Trap crops

Liriomyza
1. Penggorok Daun Liriomyza sp.
Ordo : Diptera
Famili : Agromyzidae

Liriomyza sp. bersifat polifag yang dapat menyerang lebih dari


100 spesies tanaman dari berbagai famili seperti Leguminosae,
Cucubitaceae, Solanaceae, Liliaceae, Compositae, dan Umbelliferrae.

Daun krisan yang terserang


Liriomyza sp.
2. Thrips parvispinus Karny
Ordo : Thysanoptera
Famili : Thripidae

Hama ini bersifat polifag dengan tanaman inang utama yaitu cabai,
bawang merah, bawang daun dan jenis bawang lainnya, dan tomat.
Tanaman inang lain yaitu tembakau, kopi, ubi jalar, labu siam, bayam,
kentang, kapas, tanaman dari famili Crusiferae, Crotalaria, kacang-
kacangan, mawar, dan sedap malam.

Serangan Thrips pada tanaman


menyebabkan performa tanaman
menjadi terganggu dan dapat
menurunkan kualitas bunga.
3. Ulat Tanah Agrotis ipsilon Hufn
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae

Hama ini selain menyerang tanaman krisan, juga menyerang tanaman


tomat, jagung, padi, tembakau, tebu, bawang, kubis, dan kentang.

Larva serangga ini aktif pada malam hari dan menyerang tanaman
dengan cara menggigit atau memotong ujung batang tanaman muda, sehingga
mengakibatkan tunas apikal atau batang tanaman terkulai dan layu.

Larva Agrotis dapat dilihat secara


kasat mata dan dapat menyebabkan
gangguan pada pertanaman krisan
4. Tungau Merah Tetranychus sp.
Ordo : Acarina
Famili : Tetranychidae

Hama ini bersifat polifag dan merupakan jenis yang paling umum di
daerah tropis. Tanaman inang selain krisan antara lain singkong, kapas,
leguminosa, jeruk, mawar, karet, jarak, pepaya, dadap, kacang-kacangan,
tomat dan gulma terutama golongan dicotyledonae.

Tungau sangat cepat berkembang biak dan dalam waktu singkat


dapat menyebabkan kerusakan secara mendadak. Bagian tanaman yang
diserang antara lain tangkai daun dan bunga.
2. Tungau Krisan
Tetranychus sp

Tungau merah pada bunga krisan

Pengendalian :
- Pencegahan, dengan penyiraman air secara rutin
sampai bunga belum mekar
- Setelah bunga mekar penyiraman di bagian bawah
- Beauveria bassiana

Tungau Tetranychus sp. dapat


menyerang tanaman krisan dari
muda hingga dewasa
5. Ulat Grayak Spodoptera litura F.
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae

Hama ini bersifat polifag, dengan tanaman inang utama cabai,


kubis, padi, jagung, tomat, tebu, buncis, jeruk, tembakau, bawang merah,
terung, kentang, kacang-kacangan, kangkung, bayam, pisang, dan gulma.
Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-
sisa epidermis bagian atas/transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja.
Gejala serangan pada daun rusak tidak beraturan, bahkan kadang-
kadang hama ini juga memakan tunas dan bunga. Pada serangan berat
menyebabkan daun tanaman habis.

Serangan ulat grayak (Spodoptera


litura F) dapat menyebabkan
kerusakan fisik tanaman yang
signifikan
6. Siput Parmarion pupillaris Humb
Phyllum : Mollusca

Hewan ini juga bersifat polifag antara lain pada kol, sawi,
tomat, kentang, tembakau, karet dan ubi jalar. Gejala serangan
sering dijumpai pada tanaman yang masih muda.

Siput biasanya menyerang daun dan membuat lubang-


lubang tidak beraturan. Serangan ditandai dengan adanya bekas
lendir sedikit mengkilat dan kotoran.

Selain daun, siput juga dapat menyerang akar dan tunas


anakan. Tanaman yang terserang menjadi rusak (terkoyak) atau
bahkan dapat mengakibatkan kematian tanaman.
PENYAKIT UTAMA
PADA TANAMAN KRISAN

Tanaman krisan mudah terserang penyakit bila kelembaban


terlalu tinggi atau bila tanaman dalam kondisi stress tidak sehat.

Lingkungan yang lembab terjadi pada saat musim penghujan,


atau karena kondisi lingkungan pertanaman rapat sehingga sirkulasi
udara yang tidak berjalan lancar.

Beberapa penyakit yang sering dijumpai pada tanaman krisan


dapat disebabkan oleh bakteri, fungi, nematoda dan virus.
BAKTERI

1. Lanas daun Pseudomonas

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas chicorii. Gejala


penyakit ini berupa spot coklat kehitaman berair pada daun dan melebar
hingga ke seluruh daun.
Spot ini seolah-olah mempunyai inti dan perlahan-lahan terpisah
seperti gelombang.
Pada stadium serangan lebih lanjut, daun akan berwarna kecoklatan
dan mengering

Bercak/lanas hitam daun pada


tanaman muda krisan akibat
serangan P. cichorii.
FUNGI (JAMUR)

1. Karat Puccinia

Penyakit ini disebabkan oleh dua macam cendawan yaitu Puccinia


chrysanthemi Roze (karat hitam) dan P. horiana Henn (karat putih).
Di daerah tropis seperti Indonesia, serangan karat putih lebih umum
dijumpai dari pada karat hitam.
Gejala serangan karat putih adalah terdapatnya bintil-bintil putih pada
daun bagian bawah yang berisi telium (teliospora) cendawan atau terjadi
lekukan-lekukan mendalam berwarna pucat pada permukaan daun bagian
atas. Teliospora bersel dua dan berdinding tebal.
Pada serangan lebih lanjut, penyakit ini dapat menghambat
perkembangan bunga.
(A) Pertanaman krisan yang
terserang karat Puccinia
horiana, dan (B) gejala serangan
karat terlihat dari daun bagian
bawah A B
2. Kapang Kelabu Botrytis cinerea Pers.

Cendawan ini mempunyai inang yang luas, seperti gladiol,


anggrek, violces, begonia, lili, mawar, bunga kertas, dan gulma air.

Spora berkecambah pada petal bunga,


yang kemudian berkembang menjadi
bercak kecil dan bundar dan membesar.
Bila kelembaban pada lingkungan
pertanaman tinggi (terutama pada musim
hujan), intensitas serangan dapat
meningkat dan dapat menyebabkan busuk
bunga.
3. Bercak Daun Septoria chrysanthemi Allesch, dan S. leucanthemi
Sacc. et Speg.

Gejala serangan S. chrysanthemi berupa bercak-bercak hitam pada


daun. Bercak berbentuk bulat dan berbatas tegas, sedangkan S.
leucanthemi bercak-bercaknya berwarna coklat, berbentuk bulat
berukuran besar hingga 3 cm dan mempunyai lingkaran-lingkaran yang
jelas.

Pada bercak yang disebabkan S. chrysanthemi terdapat badan buah


cendawan (piknidium) yang mempunyai lebar 150 - 250 μm, dan berisi
konidium berbentuk tabung, bersel 3-4, berukuran 50 - 80 x 2 - 3 μm. S.
leucanthemi mempunyai konidium yang lebih besar, dengan ukuran 100 -
130 x 4 - 5 μm.

Penyakit akan berkembang bila cahaya kurang, kelembaban tinggi,


jarak tanam terlalu rapat, dan pemberian pupuk nitrogen yang terlalu
banyak. Penyakit ini jarang menyerang pada musim kemarau.
4. Penyakit Tepung Oidium chrysanthemi Rab.

Gejala serangan penyakit ini yaitu terdapatnya lapisan putih


bertepung pada permukaan daun. Tepung putih ini sebenarnya
merupakan massa dari konidia cendawan.

Pada serangan berat menyebabkan daun pucat dan mengering.


Penyakit biasa menyerang tanaman pada dataran tinggi maupun
dataran rendah.

Suhu optimum untuk perkecambahan konidiumnya adalah 25 °C.


Cendawan berkembang pada cuaca kering, dan konidiumnya
dapat berkecambah dalam udara dengan kelembaban nisbi rendah (50
- 75%).
5. Layu Fusarium oxysporum Schlecht. ex. Fr. dan
Verticillium albo-atrum Reinke et Bert.

Jamur penyebab penyakit layu Fusarium mempunyai inang


yang sangat luas seperti anggrek, kubis, caisin, petsai, cabai,
pepaya, kelapa sawit, lada, kentang, pisang dan jahe.

Gejala serangan Fusarium sp.


adalah tanaman layu dan daun
menguning dan mengering mulai
dari daun bagian bawah merambat
ke daun bagian atas, dan akhirnya
mengakibatkan kematian tanaman.
6. Busuk akar dan pangkal batang

Penyakit ini disebabkan oleh fungi Pythium spp. Penyakit ini


sering dijumpai pada proses pengakaran stek hingga pada tanaman
muda pada awal pertumbuhan.
Gejala serangan yaitu kelayuan tanaman dan daun menguning
terutama daun bagian bawah.
Pangkal batang yang berbatasan dengan akar busuk berwarna
kehitaman.
Bila tanaman dicabut, akar berwarna coklat sampai hitam dan
mengkerut.

Busuk pangkal batang


Pythium sering menyerang
stek pada saat proses
pengakaran dan tanaman
muda di lapang
NEMATODA
1.Root Knot oleh Nematoda Akar Meloidogyne sp.
Nematoda ini mempunyai inang yang sangan luas seperti kentang, kubis,
tomat, ubi jalar, tembakau, teh, tebu, jahe, dan padi-padian.
Gejala khas serangan nematoda akar adalah terbentuknya bintil-bintil
akar. Pada bagian akar tanaman yang terinfeksi terbentuk kanker (gall) atau
bahkan busuk bila serangan sudah serius.
Gejala umum yang dapat diamati adalah tanaman menjadi layu dan
daun menguning akibat rusaknya perakaran. Pertumbuhan pada bagian atas
tanaman menjadi terhambat.

(a) Akar tanaman krisan yang terserang Meloidogyne (ditunjukkan


dengan lingkaran dan tanda panah) serta (b) dan (c) Gall yang dibentuk
akibat serangan larva nematoda.

(a) (b) (c)


VIRUS
Virus yang telah terdeteksi menyerang tanaman krisan dan terbukti
menyebabkan kerugian pertanaman krisan secara signifikan adalah Cucumber
Mozaic Virus (CMV) dan Chrysanthemum Virus-B (CVB).
Kedua jenis virus mengakibatkan penghambatan pertumbuhan tanaman
secara signifikan dan bahkan menyebabkan malformasi bagian-bagian tanaman
seperti daun dan petal bunga.
Tanaman yang terinfeksi virus menunjukkan gejala daun yang mengecil
dan bulat, penghambatan atau bahkan stagnasi pertumbuhan yang jelas dan
discolored serta klorotik pada daun dan petal, serta pertumbuhan bunga yang
tidak sempurna.

(A) Malformasi bentuk bunga dan (B)


warna hijau daun yang tidak merata
serta penghambatan pertumbuhan
tanaman akibat serangan virus

A B
CARA PENGENDALIAN
SECARA
UMUM
Secara umum beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai pencegahan terhadap serangan hama dan
penyakit adalah :

1. Penggunaan bahan dan media tanam yang bebas dari penyakit.


2. Pensterilan alat-alat pertanian sebelum dan sesudah pemakaian untuk mengurangi resiko penularan.
3. Pemupukan yang tepat dosis, waktu dan cara aplikasinya.
4. Bilamana pengendalian OPT dilakukan dengan menggunakan metode kimia, sangat dianjurkan
untuk memakai lebih dari satu jenis pestisida untuk OPT yang spesifik dengan pemakaian yang
berselang-seling. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari ketahanan OPT terhadap pestisida
tertentu.
5. Memelihara kebersihan dan daya dukung media tanam dengan pengontrolan status kimia media
tanam yang reguler dan aplikasi penanggulangannya bila terjadi masalah.
6. Pemberian air yang tidak berlebihan dan pembuatan saluran drainase yang memadai.
7. Menjaga aerasi dan sirkulasi udara yang kondusif dalam rumah lindung dengan mengatur
penempatan tanaman dan modifikasi rumah lindung.
8. Memperhatikan intensitas cahaya yang ideal bagi tanaman dan kesehatan lingkungan tanam.
9. Mengurangi seminimal mungkin segala aktifitas yang dapat menyebabkan resiko luka pada tanaman,
karena luka pada tanaman seperti patahnya tangkai daun dan robeknya daun merupakan tempat
masuknya patogen.
10. Sanitasi lingkungan baik di sekitar tanaman maupun pada areal rumah lindung dan menyingkirkan
tanaman terinfeksi dari tanaman sehat untuk mengindari resiko penularan dan penyebaran penyakit
tersebut.
PENGGUNAAN PESTISIDA SINTETIS

• Insektisida, fungisida, akarisida, nematisida, rodentisida, virusida,


moluskisida, herbisida
• Pilih bahan aktif (karbamat, organofosfor dll) dan cara kerja
(insektisida racun syaraf, lambung)
• Daya racun dapat dilihat dari LD50, makin kecil, makin tinggi daya
racun
• Cara kerja selektif, broad spektrum, sistemik dan kontak
• Formulasi butiran (granule), EC, WP, ULV dll.
• Cara aplikasi dan waktu aplikasi
Thrips

Nematoda Bengkak Akar


Virus

Leaf miner Spodoptera


Botrytis
Penyakit Karat

Pseudomonas chicorii

Rebah kecambah
TSWV Stunt viroid
Lalat dewasa Liriomyza sp.

Gejala serangan Penyakit Karat Gejala daun krisan yang terserang


Liriomyza sp.
Net penyangga dalam satu musim tanam krisan dinaikkan sebanyak 3-
4 kali.
Penaikkan net penyangga sebaiknya jangan sampai terlambat 
batang menjadi bengkok

I II

III IV
Disbudding pada Krisan Spray
Disbudding pada Krisan Standar
2 MST
Saat tanam

Pengolahan lahan

4 MST

Bunga di-Contong
Krisan standar dekoratif
Pertanaman Krisan di
Sukaresmi, Cipanas
Panen bunga potong
• Tanaman krisan berbunga antara 90 sampai 120 hari
tergantung jenis varietas dan lokasi penanaman.

• Krisan tipe standar biasanya umur panen lebih lama dari


krisan tipe spray.

• Krisan yang ditanaman di daerah yang lebih tinggi (di


atas 1000 m dpl.) panen akan lebih lama karena
pengaruh suhu yang lebih rendah dan intensitas cahaya
matahari sehingga pertumbuhan lebih lambat.
• Saat panen yang tepat untuk krisan standar adalah bila
bunga telah mekar penuh.
• Biasanya sebelum mekar penuh setiap bunga standar
dibungkus satu per satu agar mahkota bunga tidak rusak
dengan kertas berbentuk kerucut (contong)
• krisan spray saat panen yang tepat adalah bila terdapat
60% - 75% dari seluruh kuntum bunga dalam satu
tangkai telah mekar penuh dan untuk jenis bunga yang
berpolen jangan sampai polennya pecah.
• Sebaiknya sebelum dipanen tanah disiram sampai basah
agar tanaman yang akan dipanen menjadi segar.

• Cara pemanenan dengan memotong bagian pangkalnya


(10 cm dari permukaan tanah)
• kemudian segera dimasukkan dalam ember berisi air
bersih dengan posisi pangkai tangkai bunga teremdam
air.
Seleksi Panen

• Grade I
• Bunga mekar, segar, tidak bergerombol, tidak ada
serangan HPT
• Batang besar, tegar, lurus, min 75 cm
• Bentuk bunga normal, tidak ada penyimpangan
dari aslinya
• Grade II
• Bunga mekar, segar, tidak ada serangan HPT
• Batang boleh agak kecil, lurus, min 50 cm
• Masih dapat diterima jika ada serangan HPT tidak
terlalu parah, misalnya hanya di bagian bawah
saja
Pasca Panen Bunga Potong Krisan
• Sortasi Bunga
Memotong akar bersama pangkal batang
1. Membawa bunga potong yang sudah
dipanen ke tempat bangsal pengemasan
2. Memegang tangkai bunga dan
memotong akar bersama bangkal batang
dengan menggunakan pisau atau gunting yang
tajam
3. Membuang bekas potongan ke wadah sampah yang
telah disiapkan
Membuang daun-daun yang kotor/kena hama dan
penyakit :

1. Memeriksa daun-daun yang kotor/kena


hama dan penyakit
2. Memegang tangkai bunga sambil
membuang daun.
3. Membuang daun-daun tadi ke wadah
sampah yang telah disediakan
Grading (Pengelompokan) Bunga
• Mengelompokan bunga potong berdasarkan
panjang tangkai
1. Menyiapkan meja yang sudah diberi
ukuran berdasarkan grade bunga potong
2. Mengelompokan bunga potong
berdasarkan grade yaitu :
- Grade AA, panjang tangkai min. 76 cm
- Grade A, panjang tangkai 70-75 cm
- Grade B, panjang tangkai 61-69 cm
- Grade C, panjang tangkai asalan
3. Memisahkan bunga berdasarkan kelompoknya pada
wadah yang berbeda
• Mengelompokan bunga potong berdasarkan kualitas
bunga
1. Mengelompokkan bunga potong
berdasarkan keseragaman varietas
2. Mengelompokkan bunga potong
berdasarkan kesegaran bunga
3. Mengelompokan bunga potong
berdasarkan kerusakan bunga
4. Menempatkan bunga pada wadah yang
berbeda sesuai dgn pengelompokannya
Pengikatan Tangkai Bunga
Mengelompokan bunga potong berdasarkan kesamaan
varietas :
1. Mengelompokan bunga potong berdasarkan
kesamaan varietas
2. Mengelompokan bunga dalam grade yang sama
3. Menyimpan bunga sesuai gradenya pada tempat yang
telah disiapkan
• Mengikat sesuai dengan grade dan jumlah tangkai
1. Menghitung bunga 10 tangkai pada setiap grade
yang sama
2. Menyatukan setiap 10 tangkai bunga dalam grade
yang sama
3. Mengikat bunga setiap 10 tangkai yang telah
disatukan dengan menggunakan karet gelang pada
posisi 10 cm dari pangkal batang
4. Menyimpan bunga sesuai gradenya pada tempat yang
telah disiapkan
• Mengikat sesuai dengan grade dan jumlah tangkai
1. Menghitung bunga 10 tangkai pada setiap grade
yang sama
2. Menyatukan setiap 10 tangkai bunga dalam grade
yang sama
3. Mengikat bunga setiap 10 tangkai yang telah
disatukan dengan menggunakan karet gelang pada
posisi 10 cm dari pangkal batang
4. Menyimpan bunga sesuai gradenya pada tempat yang
telah disiapkan
• Perendaman Tangkai Bunga
1. Menyiapkan ember yang bersih bebas
kontaminan
2. Menyiapkan air bersih untuk
perendaman tangkai bunga,
3. Ketinggian air pada kisaran 15 cm
setelah bunga direndam
4. Merendam tangkai bunga yang telah
diikat dalam ember berisi air bersih
• Pra-perlakuan Bunga
Pre cooling/pendinginan untuk menurunkan
panas lapang
1. Meletakan bunga yang sudah dalam
ember berisi air bersih ditempat ruang
berpendingin AC atau
2. Meletakan bunga yang sudah dalam
ember berisi air bersih ditempat teduh
tidak terkena cahaya matahari atau
3. Meletakan bunga yang sudah dalam
ember berisi air bersih diluar rumah semalam
• Merendam dalam larutan pulsing :

1. Menyiapkan ember berisi air bersih yang


ditambahkan bayclin 1 sendok teh per
liter air
2. Merendam tangkai bunga dalam larutan
yang sudah ditambahkan bayclin
semalam
• Merendam dalam larutan pulsing :

1. Menyiapkan ember berisi air bersih yang


ditambahkan bayclin 1 sendok teh per
liter air
2. Merendam tangkai bunga dalam larutan
yang sudah ditambahkan bayclin
semalam
• Merendam dalam larutan holding:

1. Menyiapkan bahan preservative bunga


2. Melarutkan bahan preservative bunga
dalam air bersih dalam ember sesuai takaran
3. Merendam tangkai bunga dalam larutan
yang sudah ditambahkan bahan pengawet
 Pengemasan Bunga
• Pembungkusan dengan menggunakan kertas koran
atau kertas putih
1. Menyiapan kertas pembungkus berupa kertas koran
atau kertas putih atau kertas berlabel perusahaan
(ukuran 60x120 cm).
2. Membungkus bunga yang sudah diikat dengan
kertas yang sudah disiapkan
3. Meletakkan kemasan bunga pada posisi tegak
dalam wadah
4. Meletakan wadah dalam ruang berpendingin AC atau
ruang khusus atau ruangan yang tidak terkena cahaya
matahari
• Pemberian label pada kemasan
1. Menyiapkan label sesuai yang diperlukan
2. Menuliskan nama perusahaan/eksportir, nama
varietas, kelas mutu, kelas ukuran, jumlah bunga
dalam kemasan, berat kotor, berat bersih, identitas
pembeli, tempat tujuan, tanggal panen dan perkiraan
ketahanan simpan, petunjuk penanganan
3. Menempelkan label pada kemasan
• Pengemasan dalam box atau keranjang bambu
1. Menyiapkan box berukuran 80x40x40 cm, pada
bagian bawah dilapisi kertas bersih
2. Meletakan bunga yang telah dibungkus dalam box
dengan teratur
3. Menutup box dengan menggunakan selotip
4. Menyiapkan keranjang bambu berukuran 60x100cm,
bagian bawah dilapisi daun pisang
5. Meletakan bunga yang telah dibungkus dalam
keranjang dengan teratur
6. Menutup keranjang dengan baik
Transportasi/Pengiriman Bunga
• Pengiriman dengan menggunakan mobil berpendingin
1. Menyiapkan mobil dan pendukungnya
dalam kondisi baik
2. Memasukkan kemasan bunga dalam mobill
3. Mengatur kemasan dalam mobil dengan baik
4. Memberangkatkan mobil ke tempat tujuan
Penjual bunga potong krisan
di Rawa Belong, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai