Anda di halaman 1dari 23

MEKANISME PERSIDANGAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT


REPUBLIK INDONESIA

DISAMPAIKAN OLEH:
DRA. DAMAYANTI, M.SI.
DEPUTI BIDANG PERSIDANGAN
SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI
PENDAHULUAN

1. UUD 1945 TELAH MENGGARISKAN BAHWA INDONESIA MENGANUT


PRINSIP KEDAULATAN BERADA DI TANGAN RAKYAT, LAZIMNYA
DISEBUT DEMOKRASI (BAGIAN PEMBUKAAN ALINEA KE-4, PASAL 1
AYAT (2), PASAL 2 AYAT (1), PASAL 6A, PASAL 19, PASAL 22C, DAN PASAL
22E).

2. UNTUK MEWUJUDKAN KEDAULATAN RAKYAT TERSEBUT MAKA


TELAH DIBENTUK LEMBAGA PERWAKILAN DAN
PERMUSYAWARATAN RAKYAT:
a. MPR (MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT);
b. DPR (DEWAN PERWAKILAN RAKYAT);
c. DPD (DEWAN PERWAKILAN DAERAH);
d. DPRD (DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH), YANG
TERDIRI DARI DPRD PROVINSI DAN DPRD
KABUPATEN/KOTA.
SUSUNAN DAN KEANGGOTAAN DPR

 DPR terdiri atas anggota parpol peserta pemilu yang


dipilih melalui pemilu (Pasal 67 UU No. 17 Tahun 2014
tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD).

 Anggota DPR berjumlah 575 orang.

 DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang


berkedudukan sebagai lembaga negara.
(Pasal 68 UU MD3)
HAKIKAT FUNGSI DPR RI
 DPR RI memiliki TIGA FUNGSI UTAMA:
1. Fungsi Legislasi;

2. Fungsi Anggaran;

3. Fungsi Pengawasan;
 Ketiga Fungsi DPR RI berada di dalam kerangka besar FUNGSI
REPRESENTASI.
 Pelaksanaan ketiga fungsi tersebut dalam kerangka besar
representasi dimaksudkan agar DPR dalam menjalankan
ketiga fungsi tersebut dapat sungguh-sungguh mencerminkan
kehendak rakyat yang diwakilinya.
PELAKSANAAN FUNGSI DPR RI

 Semua kegiatan DPR dalam melaksanakan ketiga


fungsi tersebut, dilakukan melalui rapat-rapat;
 Semua pengambilan keputusan yang
mengatasnamakan DPR harus melalui proses
rapat-rapat;
 Tidak ada produk yang dihasilkan oleh DPR yang
tidak melalui rapat-rapat;
PIMPINAN DPR KOMISI I - XI

BAKN
BADAN MUSYAWARAH

PANITIA KHUSUS
Alat
Kelengkapan
BADAN LEGISLASI
DPR
MAHKAMAH
KEHORMATAN
DEWAN
BADAN ANGGARAN

BADAN KERJA SAMA BADAN URUSAN RUMAH


ANTAR PARLEMEN TANGGA
MEKANISME KERJA YANG DIATUR
PERATURAN TATA TERTIB DPR RI
Tata Cara Pembentukan
Undang-Undang

Pelaksanaan Tata Cara Pelaksanaan Pengawasan


Fungsi
Tata Cara Penetapan APBN

Tata Cara Pelaksanaan Hak DPR


Mekanisme
Pelaksanaan Hak
Kerja DPR RI Tata Cara Pelaksanaan
Hak Anggota DPR

Tata Cara Pelaksanaan


Persidangan dan Rapat

Persidangan
Tata Cara Pengambilan
Keputusan
PROSES LEGISLASI

RUU usul
Pemerintah RUU usul DPR RUU usul DPD

DUA TINGKAT PEMBICARAAN


DI DPR

RUU DISETUJUI DI DPR

DITETAPKAN OLEH PRESIDEN

UNDANG-UNDANG
PEMBAHASAN ANGGARAN NEGARA
RKP DAN
PEMBICARAAN RUU PELAKSANAAN
APBN
PENDAHULUAN
APBN
1 JANUARI-31 DESEMBER
20 Mei – akhir Juli Agustus – akhir Oktober

RUU LAPORAN
PERTANGGUNGJAWABAN RUU REALISASI SM I DAN
PELAKSANAAN APBN PERUBAHAN PROGNOSIS SM II
APBN

Disampaikan setelah 6 bulan Juli - Agustus


Pelaksanaan APBN berakhir dan Pembahasan paling lama 1 bulan dalam
dibahas paling lama 3 bulan sejak masa sidang setelah Rancangan RUU
disampaikan Perubahan APBN disampaikan oleh
Pemerintah
PELAKSANAAN PENGAWASAN

Pengawasan
Pelaksanaan UU

Dengan menggunakan
FUNGSI Pelaksanaan Hak DPR melalui tugas
PENGAWASAN Keuangan Negara pengawasan Komisi

Kebijakan
Pemerintah
TUGAS PENGAWASAN KOMISI

 Pelaksanaan tugas pengawasan Komisi terhadap Pelaksanaan


UU, termasuk di dalamnya adalah
pemilihan/persetujuan/pertimbangan terhadap anggota lembaga
negara oleh DPR.
 Hal tersebut merupakan konsekuensi posisi DPR sebagai
lembaga yang dipilih langsung oleh rakyat untuk melaksanakan
Fungsi Pengawasan dalam arti luas.
 Dalam hubungan inilah, DPR menjalankan fungsi pengawasan
DPR sebagai wujud representasi rakyat, yang mengharuskan
adanya partisipasi/keikutsertaan rakyat di dalam pengambilan
keputusan negara.
HAK-HAK ANGGOTA DPR

1. Mengajukan rancangan undang-undang;


2. Mengajukan pertanyaan;
3. Menyampaikan usul dan pendapat;
4. Memilih dan dipilih;
5. Membela diri;
6. Imunitas;
7. Protokoler; dan
8. Keuangan dan administratif.
RAPAT-RAPAT DPR RI
JENIS-JENIS RAPAT
1. Rapat Paripurna 11. Rapat Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP)
2. Rapat Paripurna Luar Biasa 12. Rapat Mahkamah Kehormatan
3. Rapat Pimpinan DPR 13. Rapat Panitia Khusus (Pansus)
4. Rapat Konsultasi 14. Rapat Panitia Kerja (Panja)
5. Rapat Badan Musyawarah (Bamus) 15. Rapat Tim
6. Rapat Komisi 16. Rapat Kerja (Raker)
7. Rapat Gabungan Komisi 17. Rapat Dengar Pendapat (RDP)
8. Rapat Badan Legislasi (Baleg) 18. Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU)
9. Rapat Badan Anggaran (Banggar) 19. Rapat Fraksi
10. Rapat Badan Urusan Rumah Tangga
(BURT)
WAKTU DAN SIFAT RAPAT
WAKTU RAPAT
 Siang Hari :
Senin-Kamis : pukul 09.00 s.d. 16.00 Istirahat : pukul 12.00 - 13.00.
Jum’at : pukul 09.00 s.d. 16.00 Istirahat : pukul 11.00 - 13.30.
 Malam Hari : pukul 19.30 s.d. 22.30.

Sesuai Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Tertib


 Perubahan waktu rapat DPR sebagaimana dimaksud ditentukan oleh rapat yang bersangkutan.
 Semua jenis rapat DPR dilakukan di Gedung DPR, kecuali ditentukan lain, rapat dapat dilakukan di luar
Gedung DPR atas persetujuan Pimpinan DPR.
 Semua jenis rapat DPR dihadiri oleh Anggota, kecuali dalam keadaan tertentu, yakni keadaan bahaya,
kegentingan yang memaksa, keadaan luar biasa, keadaan konflik, bencana alam, dan keadaan tertentu
lain yang memastikan adanya urgensi rasional, rapat dapat dilaksanakan secara virtual dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
 Dalam hal jenis rapat DPR dilaksanakan secara virtual kehadiran Anggota dapat ditetapkan sebanyak 1
(satu) Anggota untuk setiap fraksi, kecuali ditentukan lain oleh Pimpinan DPR.
 Dalam hal kehadiran Anggota tidak dapat terpenuhi, semua jenis rapat DPR tetap sah meskipun dihadiri
oleh pimpinan dan anggota secara virtual.
 Dalam hal jenis rapat DPR dilaksanakan secara virtual dan dilaksanakan pada masa reses, jenis rapat DPR
dilaksanakan atas persetujuan Pimpinan DPR.
SIFAT RAPAT
 Setiap rapat pada dasarnya bersifat terbuka, kecuali dinyatakan tertutup.
Rapat terbuka adalah rapat yang dihadiri oleh anggota, juga dihadiri oleh
bukan anggota, baik yang diundang maupun yang tidak diundang. Sedangkan
Rapat tertutup adalah rapat yang hanya boleh dihadiri oleh anggota anggota
dan mereka yang diundang
 Rapat terbuka yang sedang berlangsung dapat diusulkan untuk dinyatakan
tertutup, baik oleh ketua rapat maupun oleh anggota rapat atau salah satu
fraksi, dan atau pihak yang diundang menghadiri rapat tersebut.
 Pembicaraan dan keputusan dalam RAPAT TERTUTUP yang bersifat rahasia,
DILARANG diumumkan / disampaikan kepada pihak lain atau publik.
 Karena sifatnya dan/atau karena hal tertentu, baik atas usul ketua rapat atau
anggota maupun atas usul salah satu fraksi dan/atau pemerintah yang
menghadiri rapat tersebut, rapat dapat memutuskan untuk mengumumkan
seluruh atau sebagian pembicaraan dalam rapat tertutup itu.
TATA CARA RAPAT
 Surat undangan dan pokok bahasan materi atau pertanyaan sudah
disampaikan kepada peserta rapat dalam jangka waktu paling lama
5 (lima) hari sebelum pelaksanaan rapat.
 Pemerintah atau pakar yang diundang pada rapat memberikan
jawaban atau penjelasan atas materi yang akan dibicarakan dalam
rapat paling lambat 2 (dua) hari sebelum hari rapat.
 Sebelum rapat kerja setiap anggota dapat menyampaikan
pertanyaan kepada pemerintah atau pihak yang diundang.
 Pertanyaan anggota disampaikan secara tertulis dalam jangka waktu
paling lambat 2 (dua) hari sebelum rapat.
 Pemerintah wajib menyampaikan jawaban tertulis pada saat rapat
dilaksanakan.
 Apabila jawaban tertulis tidak disampaikan, maka anggota berhak
meminta penjelasan atau jawaban dalam rapat.
TATA CARA RAPAT
 Untuk kepentingan administrasi, setiap Anggota menandatangani daftar hadir
sebelum menghadiri rapat.
 Kehadiran Anggota menjadi dasar bagi kepemilikan hak untuk pengambilan
keputusan.
 Ketidakhadiran Anggota dalam rapat harus mendapat izin dari Pimpinan Fraksi
dan diberitahukan secara tertulis dengan disertai alasan, serta disampaikan
kepada Sekretariat Jenderal DPR RI.
 Untuk para undangan rapat disediakan daftar hadir tersendiri.
 Penandatanganan daftar hadir Anggota dapat dilakukan secara manual.
 Dalam hal penandatanganan daftar hadir Anggota tidak dapat dilakukan dan
disebabkan alasan dalam keadaan tertentu (bahaya, kegentingan yang memaksa,
luar biasa, bencana alam dll), kehadiran Anggota dalam semua jenis rapat DPR
dilakukan berdasarkan kehadiran secara virtual.
 Bukti kehadiran secara virtual dapat dikonfirmasi dan diverifikasi keabsahanya
melalui Sekretariat Jenderal DPR RI
TATA CARA RAPAT
 Rapat dibuka oleh Ketua Rapat, dihadiri lebih dari separuh jumlah anggota
rapat yang terdiri atas lebih dari separuh unsur fraksi;
 Apabila pada waktu yang telah ditentukan rapat belum dihadiri oleh lebih
dari separuh Anggota, Ketua akan mengumumkan penundaan.
 Penundaan dilakukan paling lama 30 menit.
 Ketua rapat hanya berbicara selaku pimpinan rapat untuk menjelaskan
masalah yang menjadi pembicaraan, menunjukkan duduk persoalan yang
sebenarnya, mengembalikan pembicaraan kepada pokok persoalan dan
menyimpulkan pembicaraan anggota rapat;
 Apabila ketua rapat hendak berbicara selaku anggota rapat, untuk
sementara pimpinan rapat diserahkan kepada anggota pimpinan rapat yang
lain, dan yang bersangkutan berpindah duduk ke kursi anggota;
 Setiap anggota dapat mengajukan pertanyaan/jawaban dalam rapat.
 Ketua rapat mengatur giliran berbicara menurut urutan pendaftaran anggota
yang berbicara;
 Anggota yang berbicara tidak boleh menyimpang dari pokok pembicaraan,
dan Ketua rapat dapat memperingatkannya;
INTERUPSI

Ketua rapat memberikan kesempatan kepada anggota rapat


melakukan interupsi untuk:
a) meminta penjelasan tentang duduk persoalan yang
sedang dibicarakan,
b) menjelaskan soal yang di dalam pembicaraan
menyangkut diri dan/atau tugasnya,
c) mengajukan usul prosedur tentang soal yang sedang
dibicarakan, dan
d) mengajukan usul agar rapat ditunda sementara.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan dalam rapat DPR pada


dasarnya dilakukan dengan cara musyawarah
untuk mufakat.
Apabila pengambilan keputusan musyawarah
mufakat tidak terpenuhi, keputusan diambil
berdasarkan suara terbanyak.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

 Setiap rapat atau sidang DPR dapat mengambil keputusan jika memenuhi
korum.
 Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan dengan cara musyawarah
untuk mufakat.
 Dalam hal cara pengambilan keputusan musyawarah untuk mufakat tidak
terpenuhi, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
 Pengambilan keputusan dapat disampaikan oleh Anggota secara lisan atau
tertulis.
 Hasil keputusan rapat atau sidang DPR dapat ditandatangani oleh Anggota
secara manual atau berdasarkan bukti kehadiran Anggota dalam rapat secara
virtual.
 Penandatanganan hasil keputusan rapat atau sidang DPR secara virtual dapat
dikonfirmasi dan di verifikasi keabsahanya melalui Setjen DPR RI.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Keputusan Berdasarkan Mufakat


Dilakukan setelah anggota diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapat serta saran yang dipandang cukup untuk diterima rapat
sebagai sumbangan pendapat dan pemikiran bagi penyelesaian
masalah yang sedang dimusyawarahkan. Keputusan sah apabila
diambil dalam rapat yang dihadiri oleh anggota dan unsur fraksi, dan
disetujui oleh semua yang hadir.

Keputusan Berdasarkan Suara Terbanyak (VOTING)


Dilakukan apabila keputusan berdasarkan mufakat sudah tidak
terpenuhi karena adanya pendirian sebagian anggota rapat yang tidak
dapat dipertemukan lagi dengan pendirian anggota rapat yang lain.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai