Rofiah - Fraktur Maksilofasial
Rofiah - Fraktur Maksilofasial
Maksilofasial
Rofiah (NIM.2208438112)
Dosen Pembimbing :
dr. Fakhrul Hendra, Sp.BP-RE
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Trauma adalah penyebab utama kecacatan dan kematian. Penyebab trauma diklasifikasikan sebagai
kecelakaan, terjatuh, agresi, dan lainnya (Olahraga, atau cedera yang terkait dengan pekerjaan, tabrakan
dengan benda, dan cedera senjata api).
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang akibat trauma mekanik dan non mekanik. Fraktur
maksilofasial adalah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang wajah yaitu tulang frontal, orbito, zygoma,
nasal, maksila dan mandibula.
Kejadian fraktur mandibula dan fraktur maksila terbanyak dibandingkan dengan tulang lainnya, yaitu
masing-masing sebesar 29,85% disusul fraktur zygoma 27,64% dan fraktur nasal 12,66%.
1.2 Batasan
Masalah Laporan kasus ini akan membahas mengenai
anatomi, definisi, etiologi, epidemiologi, klasifikasi, gejala
klinis, pemeriksaan penunjang dan diagnosis kasus trauma
maksilofasial.
1.3 Tujuan Penulisan
Memahami dan menambah Meningkatkan kemampuan penulisan
01 wawasan mengenai trauma
maksilofasial. 02 ilmiah di bidang kedokteran khususnya di
bagian Ilmu Bedah.
13,33
45,62% 2,96% 5,92%
Fraktur mandibula
menempati urutan
%
Fraktur nasal Fraktur maksila Fraktur zygoma
pertama dari seluruh
22,22
kasus fraktur
maksilofasial, 4,44%
Fraktur pansial %
Fraktur maksilofasial
kombinasi
2.3 Epidemiologi (2)
42,6 %
Kecelakaan kendaraan
7,7 %
Cedera olahraga
bermotor
21,5 %
Akibat terjatuh
2,4 %
Kecelakaan lainnya
13,8 %
Akibat kekerasan
0,6 %
Percobaan bunuh diri dan
kecelakaan kerja
2.4 Etiologi
Cedera kerja
Terjatuh jenis pekerjaan seperti pekerja
konstruksi, pekerja pabrik, pekerja
pertanian dan kehutanan, pekerja
kantor, dan lainnya
Kecelakaan
Cedera olahraga
lalu lintas
kecelakaan mobil, kecelakaan sepeda motor,
pejalan kaki, kecelakaan sepeda, dan lainnya
2.5 Klasifikasi
2.5.1 Fraktur
Frontal
Fraktur tipe 1 didefinisikan sebagai fraktur comminuted dari sinus frontal tanpa lintasan
01 vertikal
02 Fraktur tipe 2 adalah fraktur vertikal yang melibatkan orbit tetapi bukan sinus frontal.
Fraktur tipe 3 adalah fraktur vertikal yang melibatkan tulang frontal dan sinus tetapi
03 bukan orbitnya.
04 Angulus : di molar 3
1. Grup I: Tidak ada pergeseran yang 4. Grup IV: Fraktur korpus zygoma dengan
signifikan, fraktur terlihat pada foto rotasi ke medial, bergeser ke bawah, ke
rontgen namun fragmen tetap segaris (6%) dalam dan ke belakang dengan rotasi
2. Grup II: Fraktur arkus zygoma dengan (11%)
arkus mendesak ke dalam tanpa 5. Grup V: Fraktur korpus dengan rotasi ke
keterlibatan orbita atau bagian anterior lateral, bergeser ke bawah, belakang dan
(10%) medial dengan rotasi zygoma (22%)
3. Grup III: Fraktur korpus, bergeser ke 6. Grup VI: Semua kasus dengan garis
bawah dan ke dalam namun tidak ada fraktur tambahan melewati fragmen utama
rotasi (33%) (18%)
Gambar Fraktur
Zygoma
2.5.4 Fraktur Maxilla
Pemeriksaan
Anamnesis
Komplit
A: Alergi
Head to toe (kepala, vertebra, M: Medication
thorax, abdomen, muskoloskeletal- P: Past illness
ekstremitas, perineum, dan L: Last meal
neurologis E: Event/environment
2.9 Komplikasi
03 Infeksi
04 Gangguan proses penyembuhan
BAB III
Laporan Kasus
Laporan Kasus
3.1 Identitas Pasien
Nama : An. HA
Umur : 21 tahun
No. RM : 0132801
Breathing
• Objective: Napas spontan, gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, distensi
vena jugular (-), trakea ditengah, suara nafas sonor kanan- kiri, RR: 20 x/menit
• Assesment : ventilasi dan pengembangan paru baik
• Action : Monitoring breathing
Primary Survay
Circulation and hemoragic control
• Objective : Akral hangat, HR: 90x/menit, TD: 115/70 mmHg, active
bleeding (-), CRT<2 detik
• Assesment : Circulation clear
• Action : IVFD Nacl 0,9% 2.240 cc/24 jam
• Evaluation: Urin Output
Mekanisme trauma:
Pasien sedang mengendarai sepeda motor sendiri, lalu tiba tiba pasien tidak sengaja
menabrak lubang dan membuat pasien terjatuh, sehingga wajahnya membentur aspal.
Pasien menggunakan helm saat kejadian.
Setelah kejadian, tidak ada penurunan kesadaran ataupun muntah, pasien mengeluhkan
nyeri pada wajahnya dan rahangnya, nyeri meningkat saat pasien mencoba membuka
mulut. Terdapat luka robek di rahang sebelah kanan, perdarahan aktif (-). Tidak ditemukan
perdarahan dari hidung dan mulut.
Pasien lalu di bawa ke RS Syafira, dilakukan penanganan awal dan pemeriksaan CT
Scan, didapati adanya patah di wajahnya, pasien dirawat di IGD RS Syafira selama 4 hari.
Kemudian dikarenakan alasan fasilitas, pasien dirujuk ke RSUD Arifin Achmad untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
Riwayat penyakit dahulu :
Tidak terdapat riwayat penyakit tertentu, riwayat operasi (-)
Pemeriksaan Abdomen
I: Distensi (-), jejas (-)
A: BU (+), 10 x/menit
P: Abdomen supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba, defens muscular (-)
P: Timpani pada seluruh abdomen
Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas: Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Kanan:Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-)
Kiri : Akral dingin, CRT < 2 detik, edema (-)
Pemeriksaan Status Lokalis Kepala:
I:
Hematoma (+) di regio midface, deformitas (+), VL
regio mandibula dextra.
Eyes : Hematoma palpebra (-/+), Round pupils,
isokor 2mm/2mm, Pupillary light reflex direct &
indirect (+/+)
Nose : Rhinorrhoea (-/-)
Ear : Otorrhea (-), Battle sign (-/-)
STATUS MAKSILOFASIAL
Move: Floating maxilla (+) Step off deformity (+)
Hematome sublingual (-) Tongue lacaration (-)
Gliding TMJ (+/+) Malocclusion (-) Open bite (-)
Diagnosis Kerja
Fraktur Maksilofasial
Usulan Pemeriksaan Penunjang
CT-SCAN 3D KEPALA
CT-SCAN CERVICAL
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium (27/10/2022) Pemeriksaan Elektrolit
Pemeriksaan Hasil Normal Hasil Nilai Normal
Darah Rutin Na 144 mmol/ L 134 -145 mmol/L
Hemoglobin 12,6 g/dL (L) 14.0 - 18.0 g/dL K 4,2 mmol/L 3.5 – 5.5 mmol/L
Hematokrit 44.1% (L) 42.0 - 52.0 % Cl 105 mmol/L 97 – 107 mmol/L
Leukosit 8,95 x 103 /mm3 4.80 - 10.80 x 103 /mm3 Hemostasis
Eritrosit 4,50 x 106 /mm3 (L) 4.70 - 6.10 x 103 /mm3 PT 16,1 detik 11.6 – 14.5 detik
Trombosit 192 x 103 /mm3 (H) 150 – 450 x 103 /mm3 APTT 26,2 detik 28.6 – 42.2 detik
MCV 84.9 fl 79.0 - 99.0 fl Kimia Klinik
MCH 28.0 pg 27.0 - 31.0 pg Albumin 4,2 g/dL 3.4 – 4.8 g/dl
MCHC 33.0 g/dl 33.0 - 37.0 g/dl AST 17 U/L 10 – 40 U/L
Differential count ALT 10 U/L 10 – 40 U/L
Basofil 0,4 % 0 – 1% GDS 77 mg/dL < 100 mg/dL:
Eosinofil 1,9 % 1.0 - 3.0 % bukan DM
Neutrofil 73,1 % (H) 40.0 – 70.0 % 100-199 mg/dL:
Limfosit 17,3 % (L) 20.0 – 40.0 % belum pasti DM
Monosit 7,3 % 2.0 – 8.0% >200 mg/dL: DM
THORAX
Interpretasi:
Interpretasi:
Kesan:
Edem cerebri
Diagnosa Akhir
Closed fracture Maxilla Billateral
Closed fracture Zygoma Dextra
Closed fracture Nasal
Closed fracture Simfisis Mandibula
Vulnus laceratum at regio Lower Face
TREATMENT
• IVFD RL 20 tpm
• Ketorolac 3 x 30 mg amp iv Terapi Operatif :
• Omeprazol 2 x 40 mg vial Rekonstruksi
• Ranitidin 2 x 50mg Maksilofacial
BAB VI
Pembahasan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 21 tahun datang dengan keluhan nyeri
pada wajah 4 hari setelah kecelakaan lalu lintas. Pada pemeriksaan mini neurologis,
didapatkan GCS15 (E4V5M6), pupil isokor dengan diameter 2 mm kiri dan kanan, refleks
cahaya positif di kedua mata dan tidak ditemukan tanda-tanda laserasi serta kelemahan
motorik. Telah dilakukan pemeriksaan awal (primary survey) dengan hasil pemeriksaan
airway clear dan tidak terdapat gangguan terhadap ventilasi pasien, tidak ditemukan
tanda syok hipovolemik pada pasien dan diberikan IVFD NaCl 0,9% 20 tpm, tidak
terdapat gangguan neurologis, dan pasien tidak hipotermi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan primary survey, dilakukan secondary survey meliputi anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pasien datang dengan nyeri pada wajah sejak 4 hari SMRS pasca kecelakaan lalu
lintas. Mekanisme trauma, Pasien sedang mengendarai sepeda motor sendiri, lalu tiba tiba pasien
tidak sengaja menabrak lubang dan membuat pasien terjatuh, sehingga wajahnya membentur aspal.
Pasien menggunakan helm saat kejadian. Setelah kejadian, tidak ada penurunan kesadaran ataupun
muntah, pasien mengeluhkan nyeri pada wajahnya dan rahangnya, nyeri meningkat saat pasien
mencoba membuka mulut. Terdapat luka robek di rahang sebelah kanan, perdarahan aktif (-). Tidak
ditemukan perdarahan dari hidung dan mulut. Pasien lalu di bawa ke RS Syafira, dilakukan
penanganan awal dan pemeriksaan CT Scan, didapati adanya patah di wajahnya, pasien dirawat di
IGD RS Syafira selama 4 hari. Kemudian dikarenakan alasan fasilitas, pasien dirujuk ke RSUD Arifin
Achmad untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
BAB IV
PEMBAHASAN
yang signifikan dengan masalah fungsional terjatuh, kecelakaan lalu lintas, penyerangan,