Anda di halaman 1dari 8

REFLEKSI PEMIKIRAN KI HAJAR

DEWANTARA
Ing Ngarso Sung Tulodho

Pahlawan Jombang:
KH Hasyim As’ari
KELOMPOK 24B
Anggota:
1. Tri Rochmawati
2. Tutik Afifah
3. Rudi Setyawan
4. Supriadi
5. Nuril Komariyah

Pengajar Praktik : Umi Kulsum, S.Pd.


Fasilitator : Kamila Harahap
Kekuatan Konteks Sosio-kultural
• Menjunjung tinggi pendidikan karakter sesuai ajaran budi pekerti
Alasannya: Pada lingkungan sekolah umum dan berbasis pesantren menjunjung tinggi pendidikan karakter
merupakan priorits tujuan pendidikan. Hal ini selaras dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentanag budi
pekerti.
Sebagai contoh pada pagi hari di gerbang sekolah siswa menyapa dan mengucap salam serta senyum dan
semangat pagi kepada guru dan sesama teman. Hal ini berdampak semangat dalam belajar karena salam
kepada guru bermakna saling mendoakan sehingga tercipta aura positif dalam belajar sepanjang hari.
Nilai luhur: Kodrat alam siswa berkarakter dan berbudi pekerti luhur (menghormati guru, peduli teman,
semangat belajar)

• Tawadhu’ kepada guru menjadi konteks sosio kultural sesuai dengan pemikiran ki hajar dewantara
Alasannya: Selaras dengan pemikiran Ki Hajara Dewantara yang menjunjung tinggi budi pekerti terutama
konsep menuntun yang membutuhkan keridhoan atau keikhlasan guru dalam mendidik. Tawadhu’ sangat
penting untuk bekal kehidupan siswa ke depannya dan agar mendapatkan barokah dari bapak ibu guru dari doa
tulus yang dipanjatkan oleh bapak ibu guru. Siswa akan mendapatkan ilmu yang barokah dan bermanfaat untuk
masa depannya.
Nilai luhur: Rendah hati, tulus ikhlas.

• AkhlaK di atas ilmu


Alasannya: Akhlak sangat penting karena dengan akhlak, siswa dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri,
keluarga dan masyarakat pada umumnya hingga mencapai kebahagiaan keberhasilan dunia akhirat. Hal ini
selaras dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pendidikan dan pengajaran.
Nilai luhur: akhlak dan ilmu yang bermanfaat (menghormati guru, menyayangi teman, adil/menempatkan diri
Kekuatan Konteks Sosio-kultural
• Berakhlaqul Karimah, penambahan pendidikan agama
Alasannya:
Dengan tambahan pendikan agama akan berdampak baik untuk psikologi siswa
dan meningkatkan karakter baik, lebih beriman kepada Tuhan yang Maha Esa dan
siswa memiliki hati yang “lembut” untuk belajar
Nilai luhur: Religius, Beriman kepada Allah. Akhlakul karimah untuk keseimbangan
kebahagiaan dunia akhirat.

• Menyelipkan kisah Heroik Pahlawan dari Jombang contoh KH. Hasyim As’ary
Alasannya:
Agar siswa dapat meneladani kisah heroik tokoh-tokoh dari Jombang. KH Hasyim
As’ary, Gus Dur.
Untuk mengenalkan dan menumbuhkan sikap bersyukur bahwa Jombang memiliki
tokoh pahlawan Nasional Indonesia.
Nilai luhur: memberi contoh seorang suri tauladan yang baik (Ing ngarso sung
tulodho) dari tokoh pahlawan
Kontekstualisasi Nilai-Nilai Luhur
• Karakter menghargai guru, peduli teman dan senyum sapa salam
Kekuatan: Menimbulkan semangat baru dalam menjalani kehidupan belajar di sekolah
Tantangan: Siswa enggan untuk memberikan salam sehingga bermakna malu berbuat
baik
Solusi: Memberikan contoh dari sosok seorang guru, mengingatkan dengan menyapa
dan memberi salam terlebih dahulu

• Melaksanakan ibadah berjamaah


Kekuatan: Menimbulkan dampak saling menguatkan satu sama lain
Tantangan: Adanya rasa malas dan enggan untuk bejamaah
Solusi: Memberikan pengertian akan pentingnya berjamaah untuk saling menguatkan,
memberikan contoh nyata untuk selalu berjamaah.

• Mencintai Lingkungan sesuai kodrat alam dan jaman


Kekuatan: Peduli dengan lingkungan sekitar, memilih dan memilah sampah
Tantangan: Malu memilih dan memilah sampah
Solusi: Memberikan contoh nyata gerakan memilih dan memilah sampah menuju Go Green
secara bersama-sama
Kontekstualisasi Nilai-Nilai Luhur
• Pemberian tokoh/teladan sesuai kodrat zaman (tokoh yang berasal dari daerah
sendiri)
Kekuatan: memberikan teladan/contoh dengan nyata bukan cerita fiksi/yang
dibuat-buat
Tantangan: Terbatasnya sosok contoh teladan di daerah-daerah
Solusi: Menggali informasi dan menulis kisah sejarah dari tokoh-tokoh terkenal

• Menguatkan karakter luhur gotong royong


Kekuatan: Tercipta saling membutuhkan satu sama lain, kehidupan lebih bermakna
Tantangan: Era globalisasi yang mengikis rasa gotong royong
Solusi: Memberikan pengetahuan tentang makna gotong royong dan efeknya
terhadap perubahan masyarakat
Kekuatan Pemikiran KHD
• Diperlukan sebuah contoh real/nyata sebuah teladan dari seorang guru untuk membuat
sebuah perubahan yang positif (Ing Ngarso Sung Tulodho)
Kontekstual di sekolah: Seorang guru harus mempunyai sikap baik dalam perkataan dan
perbuatan yang bisa dijadikan contoh untuk siswanya (jujur, amanah, tepat waktu,
menghargai)
Tantangan: Terdapat guru yang belum bisa jujur, amanah, tepat waktu, sehingga belum bisa
dijadikan contoh yang baik.
Solusi: Melakukan pendekatan personal ataupun berkolaborasi dengan Kepala Sekolah dan
seluruh warga sekolah untuk memberikan kesadaran akan pentingnya menjadi teladan yang
baik bagi para siswa, membuat komitmen bersama.

• Guru mempunyai bekal untuk menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur
Kontekstual di sekolah: Guru telah dibekali dengan beberapa kompetensi diantaranya
kompetensi kepribadian, sehingga pada diri seorang guru telah memiliki pribadi yang baik
serta berbudi luhur
Tantangan: Terdapat guru yang belum mempunyai pribadi yang berbudi pekerti luhur seperti
menggunakan kata-kata kasar atau umpatan yang terdengar oleh siswa
Solusi: Melakukan coaching/motivasi agar guru selalu terinspirasi berbuat baik dan
menyebarkan kebaikan dimanapun dia berada.
Terimakasih
Selamat Berkarya
Wassalamualaikum Wr Wb

Anda mungkin juga menyukai