Anda di halaman 1dari 33

Bed Side Teaching

Ridiani Putri P
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK UNISBA – RS Muhammadiyah
2014
Preceptor
Linda Marlina dr., Sp.A MKes
IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. M
• Jenis kelamin : Perempuan
• Tempat tgl lahir : Bandung, 23 November 2013
• Umur : 11 bulan
• Tanggal masuk : 2 November 2014
• Tanggal periksa : 3 November 2014
• Alamat : Buahbatu
IDENTITAS ORANG TUA
Identitas Orangtua Ibu Ayah

Nama Ny. S Tn. K

Pendidikan Terakhir SMA SMK

Umur 29 thn 31 thn

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Supir


ANAMNESA

Keluhan utama : Kejang


Dua jam sebelum masuk rumah sakit, orang
tua pasien mengeluh anaknya mengalami kejang.
Beberapa menit setelah pasien terbangun dari
tidurnya meminta minum susu, kejang muncul
dengan mata mendelik ke atas tetapi lengan, tungkai
dan badan tidak kelonjotan, tidak tegang, tidak
terdapat buih dari mulut. Kejang berlangsung
sebanyak 1 kali selama 1 menit dan berhenti dengan
sendirinya.
Sebelum kejang pasien tampak sadar, tapi saat
kejang sempat tidak sadar kemudian setelah kejang
pasien tampak sadar, tidak bersuara dan tidak
menangis. Ibu pasien tidak mengetahui pasti
bagaimana keadaan diam pasien setelah kejang
karena di gendong Ayah nya. Setelah saat 15 menit
untuk dibawa ke bidan dan langsung di rujuk menuju
rumah sakit, pasien mulai bersuara dan menangis.
Kejadian kejang ini merupakan yang pertama kalinya
dialami pasien selama berumur 11 bulan.
Pada Minggu sore atau 1 hari SMRS,
orang tua pasien mengeluh anaknya demam.
Demam tidak langsung tinggi melainkan
muncul secara perlahan dirasakan makin
lama makin naik sampai saat pasien
terbangun di malam hari ibu. Demam
dikeluhkan dengan jarak waktu terbangun
demam sampai terjadi kejang adalah 2 menit,
tapi orang tua pasien tidak mengukur suhu
pasien di rumah. Orang tua pasien sudah
memberikan obat penurun panas tapi tidak
membuat demam pasien menjadi turun.
Orang tua pasien juga mendapati anaknya
mengalami batuk dan pilek sejak 2 minggu SMRS.
Batuk yang dirasakan berdahak disertai pilek.
Disertai suara ngorok saat tidur. Keluhan pilek
memiliki konsistensi lendir yang jernih. Sudah
meminum obat untuk batuk dan pilek nya tetapi
tidak membaik. Pasien juga memiliki berat badan
yang susah naik. Dikarenakan memang pasien susah
makan sejak lahir.
Orang tua pasien menyangkal nyeri dan keluar
cairan di bagian telinga, mual-muntah, mencret lebih
dari 3x dalam sehari sebelum kejang, BAK normal.
Konsumsi makanan sebelum terjadi kejang juga
masih normal seperti biasa tidak berlebihan maupun
kekurangan asupan energi. Keluhan mata menjadi
silau bila terkena sinar dan penurunan kesadaran
disangkal. Riwayat terjatuh dengan luka di bagian
kepala, sesak nafas juga disangkal oleh ibu pasien.
Keluhan batuk nya juga tidak disertai keringat
malam hari berlebihan, suara mengi, tarikan dinding
dada dan pernafasan cuping hidung. BAK normal.
Ibu pasien menyangkal bahwa saat setelah
lahir pasien memiliki penyakit serius, seperti cairan
berlebih di kepala atau perdarahan di otak, maupun
kelainan lain di otak. Tidak ada saudara kandung
yang pernah mengalami kejang demam ataupun
riwayat keluarga yang memiliki kejang berulang.
Riwayat asma, kontak dengan penderita TB paru
disangkal oleh ibu pasien tetapi ayahnya merokok
demikian memiliki risiko untuk kontak dengan asap
rokok.
Orang tua pasien telah memberikan pasien obat
untuk menurunkan demam pada Minggu sore (1
hari SMRS) dalam bentuk sirup yang dimakan
dalam 1 sendok teh bila perlu, tapi demamnya
tidak turun sehingga Senin dini hari pasien
mengalami kejang dan langsung dilarikan ke IGD
RS. Untuk keluhan kejangnya, orang tua pasien
tidak memberikan obat apapun.
ANAMNESIS TAMBAHAN
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah memiliki penyakit yang membutuhkan
perawatan rumah sakit sebelumnya. Tidak ada riwayat alergi yang
diturunkan.

Riwayat Keluarga
• Orang tua maupun saudara pasien, tidak ada yang memiliki riwayat
kejang ketika demam ataupun kejang yang tidak disertai demam.
• Tidak terdapat keluarga pasien yang menderita TB paru
• Tidak ada kontak dengan penderita batuk yang lama
• Terdapat riwayat alergi seafood pada ayah
• Riwayat Kehamilan dan persalinan
Pasien dilahirkan dari ibu P1A0. Saat hamil, ibu pasien rutin
kontrol ke bidan dan tidak mengalami sakit selama hamil.
Pasien dilahirkan normal saat usia kehamilan cukup bulan,
langsung menangis dengan BB lahir 3,7 kg dan PB 49 cm.

• Makanan
• 0-6 bulan : ASI
• 6-9 bulan: ASI + bubur susu
• 10 bln- sekarang: ASI + bubur nasi
• Pasien sulit makan
Riwayat Tumbuh Kembang dan Imunisasi

Tumbuh Kembang

• Usia 4-5 bulan pasien bisa tengkurap


• Duduk usia 9-10 bulan
• Merangkak usia 10-11 bulan
• Belajar berdiri usia 11 bln
• Sudah bisa memasukkan benda ke mulut, bereaksi
terhadap suara yang pelan dan mengenal anggota
keluarga dan berbicara 1 kata
Imunisasi:
HepB: +/+/+
DPT: ibu lupa di usia berapa
BCG: +
Polio: +/+/+/+
Campak: -

Lingkungan
pasien tinggal dengan kedua orang tua nya dengan
rumah yang memiliki ventilasi dan pencahayaan kurang.
Karena setiap kamar tidak memiliki jendela.
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : anak terlihat sakit sedang, rewel.
• Kesadaran : Compos Mentis
• Tanda-Tanda Vital
▫ Nadi = 120 x/menit, regular, equal, isi cukup
▫ Suhu = 36°C (dalam terapi) (N 36,5-37,5°C)
▫ Respirasi = 36 x/menit , abdominotorakal
▫ Tekanan darah: tidak dilakukan

Antropometri
• BB = 8 kg
• TB = 67 cm
• LK = 43 cm
• BB/U = 0 s.d. -2 Zscore (normal)
• TB/U = -2 s.d. -3 SD Zscore (pendek)
• BB/TB = 0 s.d. -1 Zscore (gizi baik)
• Kesimpulan status gizi : status gizi baik
• Kepala
▫ Bentuk : normal, normocephal
▫ Fontanel : menutup
▫ Rambut : hitam, tidak mudah rontok
▫ Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera
icteric (-/-), pupil isokor, reflex cahaya
+/+
▫ Telinga : simetris, sekret (-)
▫ Hidung : simetris, PCH (-) deviasi septum (-)
sekret (-/-)
Mulut :
– Bibir : tidak ada kelainan, lembab
– Gigi : sudah erupsi
– Faring : Hiperemis (-)
– Tonsil : T1-T1
Leher
• KGB : tidak teraba pembesaran
• Tiroid : tidak teraba pembesaran
• Retraksi suprasternal (-)

Thoraks
• Pulmo
Inspeksi : Bentuk dada normal dan pergerakan dada
simetris retraksi intercostal (-), tarikan dinding
dada (-)
Palpasi : vokal fremitus ka=ki normal.
Perkusi : sonor ka=ki
Auskultasi : terdapat VBS ka=ki, slime (+/-) wheezing (-),
ronkhi(-)
Cardio
• Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
• Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
• Perkusi : batas jantung normal
• Auskultasi : S1, S2 murni regular,
murmur (-)
• Abdomen
– Inspeksi : Cembung, retraksi epigastrik (-)
– Auskultasi : Bising usus (+), normal
– Palpasi : Lembut, NT (-), tidak teraba
pembesaran hepar dan lien
– Perkusi : Timpani.

• Anogenital : tidak dilakukan


• Ekstremitas : Simetris, CRT < 2”, akral
hangat
• Kulit : normal
STATUS NEUROLOGIS
 Rangsang meningeal
a. Kaku kuduk : -
b. Brudzinski I/II : -/-

 Refleks fisiologis : +/+


 Refleks patologis : -/-
RESUME
Dua jam SMRS pasien mengalami kejang sebanyak 1
kali selama sekitar 1 menit yang didahului dengan demam
semenjak sore hari. Kejang dikarakteristikkan dengan mata
pasien mendelik keatas tetapi tangan dan kaki tidak
kelonjotan. Sebelum terjadi kejang, pasien masih sadar
karena terbangun dari tidurnya ingin minum susu. Saat
kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien sempat
terlihat mengantuk selama 15 menit kemudian menangis.
Keluhan disertai dengan batuk pilek 2 minggu SMRS. Keluhan
demam dan batuk pilek nya sudah diberi obat tetapi belum
ada perbaikan.
RESUME
• Keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
kesadaran kompos mentis, tanda-tanda vital
dalam batas normal, antropometri didapatkan
gizi baik, pemeriksaan fisik terdapat slime (+)
saat auskultasi. Status neurologis dalam batas
normal. Pemeriksaan lain dalam batas normal.
Diagnosa Banding
1. Kejang Demam Sederhana ec ISPA atas
2. Kejang Demam Sederhana ec ISPA bawah
Usulan Pemeriksaan
 Darah rutin (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit)
+ diff. count
 Pungsi Lumbal
DIAGNOSIS KERJA
• Kejang Demam Sederhana ec ISPA bawah
Penatalaksanaan
 Umum
• Tempatkan pasien di tempat yang aman.
• Longgarkan pakaian pasien
• Jangan memasukkan apapun ke dalam
mulut saat kejang berlangsung.
• Ukur suhu, observasi kejang.
• Tetap bersama pasien selama kejang
• Berikan oksigen
• Khusus
– Antikonvulsi
• Diazepam (dosis 0,3-0,5 mg/kgBB)  2,4 - 4
mg tiap 8 jam IV
• Diazepam per rektal
– Diberikan 5 mg.
– Dievaluasi dalam 5-10 menit.
Bila kejang belum teratasi ulang dosis yang sama 5-10
menit kemudian.
Antipiretik
Parasetamol sirup (dosis 10-15 mg/kgBB/x)  120
mg/x, sediaan: 120 mg/ 5ml. 1 botol Diberikan 4 x 1
cth dalam 3 hari

Mucolytic
Ambroksol 0,5 mg/kgBB/kali (3 kali)
Ambroksol 3 x 5 gtt
Pencegahan
• Untuk mengurangi risiko terjadinya kejang,
beritahukan bahwa ketika pasien
mengalami panas segera berikan obat
penurun panas.
PENYULUHAN
• Edukasi orangtua :
– Kemungkinan kejang kembali
– Persiapannya :
• Sedia obat anti kejang dan obat
penurun panas dirumah dan beritahu
cara pemberiannya.
• Penanganan pertama pada kejang
• Kejang demam tidak berbahaya
Quo Ad
Quo Ad Vitam : Functionam :
ad bonam ad bonam

Prognosis

Anda mungkin juga menyukai