Anda di halaman 1dari 19

ACUTE RESPIRATORY DISTRESS

SYNDROME

By: Indah Novianty


Outline

01 Definisi 04 Diagnosis

02 Insidensi 05 Tatalaksana

03 Patogenesis 06 Berlin Criteria


Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan
sindrom yang ditandai oleh peningkatan permeabilitas membran
DEFINISI alveolar-kapiler terhadap air, larutan, dan protein plasma, disertai
kerusakan alveolar difus, dan akumulasi cairan yang
mengandung protein dalam parenkim paru.

PAPDI Jilid III Edisi 6 tentang ARDS hal. 4072.


Menurut definisi Berlin, ARDS didefinisikan sebagai sindrom yang ditandai
dengan (1) onset dalam 1 minggu dari gangguan klinis yang diketahui, (2)
kekeruhan radiografi bilateral, tidak sepenuhnya dijelaskan oleh efusi pleura,
atelektasis, atau nodul, (3) gagal nafas yang tidak sepenuhnya dijelaskan
karena adanya gagal jantung atau kelebihan cairan, dan (4) oksigenasi
sistemik yang buruk, dengan PaO2 / FIO2 ≤300 dan PEEP atau CPAP ≥5 cm
H2O.
Insidensi

Insiden ARDS secara keseluruhan belum jelas, tetapi


sebagian besar penelitian menunjukkan sekitar 2-8
kasus/100.000 populasi per tahun. ALI lebih umum
ditemukan, dengan jumlah kasus hingga 25
kasus/100.000 populasi per tahun yang dilaporkan.
Morbiditas dan mortalitas

Morbiditas Mortalitas
• Keterbatasan fisik • 190.000 kasus ALI
• Penurunan kualitas per tahun di Amerika
hidup Serikat, dengan
• Depresi 74.500 kematian per
• Kecemasan tahun.
• (PTSD) • Kematian di rumah
• Gangguan kognitif sakit sebesar 38,5%
dengan penurunan untuk ALI, dan 41,1%
memori dan perhatian untuk ARDS

Tsushima K, King LS, Aggarwal NR, De Gorordo A, D’Alessio FR, Kubo K. Acute lung injury review.
Intern Med. 2009;48(9):621–30.
PATOGENESIS
Epitel alveolar dan Kaskade inflamasi:
Injury langsung atau Kerusakan membran
endotel fase inisiasi,
tidak langsung alveolar-kapiler
mikrovaskular rusak amplifikasi, injury

Cairan dan protein


masuk merusak Permeabilitas
integritas surfaktan membran meningkat
di alveolus

Fase eksudatif,
proliferatif, fibrosis

PAPDI Jilid III Edisi 6 tentang ARDS hal. 4072-4073.


Patogenesis
Secara patologis dan klinis, ARDS dapat dibagi menjadi fase awal dan fase akhir dari
cedera paru.

• Edema interstisial dan alveolar, kongesti


Fase awal
kapiler, dan perdarahan intra-alveolar

• Peningkatan sel inflamasi di dalam


interstitium paru, nekrosis ekstensif dari
Fase akhir sel epitel alveolar tipe I.
• Edema alveolar, kolaps alveolar, dan
atelektasis
Grippi MA, Elias JA, Fishman JA, Kotloff RM, Pack AI, Senior RM. Vol 01. 2015. Fishman’s
Pulmonary Diseases and Disorders. McGraw-Hill Education. p. 4605–644
Patogenesis

Alveolus normal Mekanisme


(kiri) dan alveolus penting dalam
yang cedera (kanan) resolusi ALI
pada fase akut dan ARDS
cedera paru akut
(ALI) dan acute
respiratory distress
syndrome (ARDS)

Grippi MA, Elias JA, Fishman JA, Kotloff RM, Pack AI, Senior RM. Vol 01. 2015. Fishman’s
Pulmonary Diseases and Disorders. McGraw-Hill Education. p. 4605–644
Presentasi klinis

• Gambaran klinis ALI yakni dispnea


berat, takipnea, dan hipoksemia
resisten.
• Pada fase awal, pasien ARDS
mengalami cemas, gelisah, dan
dispnea.
• Gas darah arteri yang menunjukkan
PaO2 kurang dari 50 hingga 55 mmHg
dan saturasi O2 arteri kurang dari
85%.

Grippi MA, Elias JA, Fishman JA, Kotloff RM, Pack AI, Senior RM. Vol 01. 2015. Fishman’s
Pulmonary Diseases and Disorders. McGraw-Hill Education. p. 4605–644
Differential diagnosis
Banyak kondisi gangguan pernapasan yang mirip dengan ARDS sehingga
diperlukan diagnosis yang tepat untuk menyingkirkan penyebab lain dari
gagal napas serta memastikan pemberian pengobatan yang tepat.

Dushianthan A, Grocott MPW, Postle AD, Cusack R. Acute respiratory distress syndrome and
acute lung injury. Postgrad Med J. 2011;87(1031):612–22.
Diagnosis klinis
Pemeriksaan pencitraan

• Radiografi dada umumnya menunjukkan temuan


infiltrat alveolar bilateral dan edema paru.
• Rontgen dada rutin tidak dapat digunakan untuk
membedakan edema kardiogenik dari ARDS.
• Meskipun tampilan radiografi dapat bervariasi
namun dengan adanya infiltrat bilateral dan
hipoksemia sedang atau berat (PaO2 / FIO2 ≤300
mm Hg) dapat meningkatkan kemungkinan
ARDS.

Grippi MA, Elias JA, Fishman JA, Kotloff RM, Pack AI, Senior RM. Vol 01. 2015. Fishman’s
Pulmonary Diseases and Disorders. McGraw-Hill Education. p. 4605–644
Diagnosis klinis
Ekokardiografi Bronchoalveolar lavage (BAL)

• Ekokardiografi merupakan metode • Bronkoskopi dengan bronchoalveolar


noninvasif yang berguna untuk lavage (BAL) merupakan prosedur penting
mengevaluasi penyebab dari jantung dalam mengevaluasi pasien dengan ARDS
yang tidak jelas penyebabnya.
terhadap gagal napas hipoksemia akut.
• BAL dapat dilakukan dengan aman pada
• Meskipun temuan ekokardiografi tidak pasien ARDS, kecuali pada pasien dengan
mengesampingkan adanya cedera paru PaO2 yang sangat rendah atau yang
yang terjadi, namun temuan ini membutuhkan PEEP level tinggi
membantu dalam evaluasi dan
penanganan awal.

Grippi MA, Elias JA, Fishman JA, Kotloff RM, Pack AI, Senior RM. Vol 01. 2015. Fishman’s Pulmonary Diseases and Disorders. McGraw-Hill Education. p. 4605–644
Dushianthan A, Grocott MPW, Postle AD, Cusack R. Acute respiratory distress syndrome and acute lung injury. Postgrad Med J. 2011;87(1031):612–22.
Diagnosis klinis

Pemeriksaan laboratorium Biomarker


• Analisis gas darah arteri. • IL6
• Enzim jantung (kreatinin fosfokinase dan • IL8
troponin). • Tumor necrosis factor receptor-1 (TNFR-1)
• Plasma brain natriuretic peptide (BNP). • Faktor von Willebrand (VWF)
• Protein surfaktan D (SP-D)
• Intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1)
• Protein C
• Plasminogen activator inhibitor- 1(PAI-1).

Grippi MA, Elias JA, Fishman JA, Kotloff RM, Pack AI, Senior RM. Vol 01. 2015. Fishman’s Pulmonary Diseases and
Disorders. McGraw-Hill Education. p. 4605–644
Dushianthan A, Grocott MPW, Postle AD, Cusack R. Acute respiratory distress syndrome and acute lung injury. Postgrad Med
J. 2011;87(1031):612–22.
Tatalaksana

Ventilasi volume tidal rendah / PEEP


ventilasi pelindung
PEEP (5-20 cmH2O) adalah elemen penting
• Untuk membantu memastikan oksigenasi dari ventilasi pelindung dan secara rutin
yang adekuat. diterapkan pada semua pasien dengan ARDS
untuk memfasilitasi oksigenasi yang adekuat
• Strategi ventilasi awal melibatkan dan mempertahankan rekrutmen alveolar
ventilasi volume terkontrol dengan
volume tidal (Vt) 10-15 ml / kg untuk Manuver rekrutmen paru / Recruitment Maneuvers
mencapai gas darah arteri yang normal.
Merupakan penerapan CPAP yang bertujuan
untuk "merekrut" atau membuka alveoli yang
kolaps seluruhnya atau sebagian.
Tatalaksana

Tracheal gas insufflation (TGI)


merupakan metode pemberian
gas melalui tabung endotrakeal Extracorporeal Life Support
yang dimodifikasi pada titik tepat (ECLS) adalah terapi yang
di atas karina. memanfaatkan membran buatan
eksternal dan pompa mekanis
untuk memberikan pertukaran
Posisi tengkurap menghasilkan gas dan perfusi sistemik pada
peningkatan oksigenasi yang pasien dengan kegagalan fungsi
konsisten pada pasien dengan paru dan / atau jantung.
gagal napas.

Dushianthan A, Grocott MPW, Postle AD, Cusack R. Acute respiratory distress syndrome and acute lung injury. Postgrad
Med J. 2011;87(1031):612–22.
Matthay MA, Zemans RL, Zimmerman GA, Arabi YM, Beitler JR, Mercat A, et al. Acute respiratory distress syndrome.
Nat Rev Dis Prim [Internet]. 2018;5(1). Available from: http://dx.doi.org/10.1038/s41572-019-0069-0
Tatalaksana
Kortikosteroid
Kortikosteroid tidak diindikasikan untuk
pencegahan, tetapi steroid dosis rendah (1-2 mg /
kg metilprednisolon) dapat dipertimbangkan pada
pasien dengan ARDS dini yang parah (<72 jam).

Neuromuscular Blocking Agent (NMA)


NMA dapat digunakan untuk meningkatkan
sinkronisasi ventilator pasien dan membantu
ventilasi mekanis pada pasien dengan hipoksemia
berat.

Terapi lainnya
Beberapa terapi lain telah menjadi subjek Grippi MA, Elias JA, Fishman JA, Kotloff RM, Pack AI, Senior RM. Vol 01. 2015. Fishman’s
penelitian yang sedang berlangsung dalam ARDS, Pulmonary Diseases and Disorders. McGraw-Hill Education. p. 4605–644
Standiford T, Ward P. Therapeutic Targeting of Acute Lung Injury and ARDS Theodore. Physiol
Behav. 2016;167(1):183–91.
BERLIN CRITERIA
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai