Kepustakawanan
Oleh
Indah Wijaya Antasari,M.I.Kom
Pendahuluan
Terdapat perubahan yang cepat dalam lingkungan perpustakaan pada abad ke-21 dan dampaknya
pada kebutuhan masyarakat terhadap informasi yang beragam.
Perubahan tersebut mencakup faktor seperti jaringan kerja, restrukturisasi, otomasi global,
digitalisasi, dan orientasi pada kebutuhan pengguna.
Pentingnya kompetensi bagi tenaga perpustakaan dalam menghadapi perubahan ini ditekankan,
dengan peran yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
Mata ajar ini bertujuan untuk mengajarkan peserta tentang kompetensi tenaga perpustakaan dan
etika profesi kepustakawanan, dengan indikator keberhasilan berfokus pada pemahaman peserta
terhadap berbagai aspek yang diajarkan.
Kesimpulannya, pendahuluan ini menggarisbawahi pentingnya kompetensi dalam mengikuti
perubahan lingkungan perpustakaan yang dinamis di era digital.
Kompetensi Tenaga Perpustakaan
DEFINISI KOMPETENSI
• Mirabile (1997) mendefinisikan kompetensi sebagai “ … suatu pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, atau hal-hal yang berhubungan dengan kinerja yang
tinggi dalam pekerjaan, seperti penyelesaian masalah, pemikiran analitik, atau
kepemimpinan.”
• Boyatzis (1982) mendefinisikan kompetensi adalah “an underlying characteristic
of a person in that it may be a motive, trait, skill, aspect of one’s self image or
social role, or a body of knowledge which he or she uses” (’suatu karakteristik
yang mendasari kepribadian seseorang, yang mungkin saja berupa suatu alasan,
ciri, keterampilan, aspek dari gambaran diri atau peranan sosial seseorang, atau
satuan pengetahuan yang digunakannya’).
• Pengertian kompetensi menurut Depnakertrans (2007) pada
dasarnya adalah pengetahuan, keterampilan, kemampuan, atau
karakteristik yang berhubungan dengan tingkat kinerja suatu
pekerjaan seperti pemecahan masalah, pemikiran analitik, atau
kepemimpinan dan merupakan persyaratan minimal yang harus
dipenuhi oleh seseorang yang memegang suatu jabatan.
• Dari beberapa definisi tersebut, konsep kompetensi meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan individu (termasuk
sifat-sifat, perilaku, dan keutamaan pribadi, serta motivasi) yang
akan berperan dalam keberhasilan pelaksanaan tugas yang
dibebankan kepadanya.
Kompetensi Tenaga Perpustakaan
a. Kualifikasi Pustakawan
1) Pustakawan memiliki kualifikasi akademik paling rendah sarjana (S-1) atau diploma
empat (D-4) dalam bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang terakreditasi.
2) Seseorang yang memiliki kualifikasi akademik serendah-rendahnya sarjana (S-1)
atau diploma empat (D-4) di luar bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang
terakreditasi dapat menjadi pustakawan setelah lulus pendidikan dan pelatihan
bidang perpustakaan.
3) Pendidikan dan pelatihan dalam bidang perpustakaan yang dimaksud
diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional atau lembaga lain yang diakreditasi
oleh Perpustakaan Nasional atau lembaga sertifikasi.
b. Kompetensi Pustakawan
1) Pustakawan harus memiliki kompetensi profesional dan kompetensi personal.
2) Kompetensi profesional mencakup aspek pengetahuan, keahlian, dan sikap kerja.
3) Kompetensi personal mencakup aspek kepribadian dan interaksi sosial.
4) Pustakawan yang dinyatakan memiliki kompetensi diberi sertifikat kompetensi.
Kompetensi Tenaga Perpustakaan
a. Kualifikasi
Tenaga teknis perpustakaan memiliki kualifikasi akademik serendah-rendahnya
pendidikan D-2 sesuai dengan bidang yang menjadi tugas pokoknya.
b. Kompetensi dan Sertifikasi
1) Tenaga teknis perpustakaan harus memiliki kompetensi profesional dan kompetensi
personal
2) Kompetensi profesional mencakup aspek pengetahuan, keahlian, dan sikap kerja.
3) Kompetensi personal mencakup aspek kepribadian dan interaksi sosial.
4) Tenaga teknis perpustakaan yang dinyatakan memiliki kompetensi diberi sertifikat
kompetensi.
Kompetensi Tenaga Perpustakaan
a. Kualifikasi
Tenaga ahli dalam bidang perpustakaan memiliki kualifikasi pendidikan paling rendah
S-1 dan pengalaman bekerja di perpustakaan minimal lima tahun.
b. Kompetensi dan Sertifikasi
Tenaga ahli dalam bidang perpustakaan harus memiliki kemampuan mencakup aspek
pengetahuan, keahlian, dan sikap kerja dalam bidang perpustakaan yang dibuktikan
dengan sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi atau lembaga
pendidikan yang terakreditasi.
Kompetensi Tenaga Perpustakaan
1) Kualifikasi
a) Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah melalui jalur Pendidik
(1) Berkualifikasi serendah-rendahnya diploma empat (D4) atau sarjana (S1);
(2) Memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah;
(3) Masa kerja minimal 3 (tiga) tahun.20
b) Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah melalui jalur Tenaga Kependidikan
(1) Berkualifikasi diploma dua (D2) ilmu perpustakaan dan informasibagi pustakawan dengan masa kerja 4 (empat) tahun; atau
(2) Berkualifikasi diploma dua (D2) non-ilmu perpustakaan dan informasi dengan sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan
sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah dengan masa kerja minimal 4 (empat) tahun di perpustakaan
sekolah/madrasah.
2) Kompetensi
Kompetensi kepala perpustakaan sekolah/madrasah berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25
tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah https://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/permendiknas_25_08.pdf
Kompetensi Tenaga Perpustakaan
Sertifikasi kompetensi adalah proses resmi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui penilaian kerja nasional atau
internasional yang mengakui kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan tertentu. Proses sertifikasi ini menghasilkan
pemberian sertifikat kepada individu yang telah berhasil lulus uji kompetensi.
Metode uji kompetensi dapat dilakukan dengan beberapa cara, tetapi dua metode umum yang digunakan saat ini adalah:
Portofolio: Individu menyusun dokumen yang mencerminkan pendidikan, hasil pekerjaan, dan keterampilannya. Tim penilai menilai
portofolio ini untuk menentukan kompetensi individu.
Uji kompetensi langsung: Individu diuji melalui praktek kerja dan wawancara langsung sesuai dengan materi uji yang telah
ditetapkan. Ini digunakan untuk mengukur kemampuan individu dalam melakukan pekerjaan tertentu, seperti dalam kasus uji
kompetensi pustakawan.
Sertifikasi kompetensi penting untuk mengakui dan menilai kemampuan individu dalam berbagai profesi dan dapat digunakan sebagai
pedoman dalam pengakuan dan pengembangan karir.
Etika Profesi Kepustakawanan
• Etika atau etika berasal dari kata Yunani "ethos" yang mengacu pada karakter,
watak, kesusilaan, atau adat. Etika melibatkan konsep yang digunakan oleh
individu atau kelompok untuk menilai tindakan sebagai benar atau salah, baik
atau buruk. Etika muncul dalam bentuk aturan tertulis yang didasarkan pada
prinsip-prinsip moral dan berfungsi sebagai alat kontrol.
• Profesi adalah suatu bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan
keahlian individu. Profesi juga bisa diartikan sebagai pekerjaan utama yang
menghasilkan nafkah hidup dan membutuhkan tingkat keahlian yang tinggi.
Profesional adalah orang yang memiliki pekerjaan purnawaktu dan hidup dari
keahlian tertentu.
• Kepustakawanan adalah ilmu dan profesi yang berkaitan dengan perpustakaan,
dokumentasi, dan informasi. Kepustakawanan menekankan pada kompetensi,
terutama dalam bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.
Etika Profesi Kepustakawanan
Kode etik adalah norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku
sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
Sedangkan Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan
dalam kehidupan sehari-hari.
Profesi adalah suatu masyarakat moral (moral community) yang memiliki cita-cita dan
nilai-nilai bersama.
Kode etik profesi dapat menjadi penyeimbang segi negatif dari suatu profesi, sehingga kode etik ibarat kompas
yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga menjamin mutu moral profesi itu dimata
masyarakat. Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barangkali dapat juga membantu
dalam merumuskan. Akan tetapi, pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh profesi yang
bersangkutan.
Etika Profesi Kepustakawanan
Tujuan Kode Etik Profesi
Tujuan kode etik profesi adalah untuk
a. menjunjung tinggi martabat profesi,
b. menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota,
c. meningkatkan pengabdian para anggota profesi,
d. meningkatkan mutu profesi,
e. meningkatkan mutu organisasi profesi,
f. meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi,
g. mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat, dan
h. menentukan standar bakunya sendiri.
Etika Profesi Kepustakawanan
Fungsi Kode Etik Profesi
Fungsi kode etik profesi adalah sebagai berikut:
Pelanggaran kode etik mengakibatkan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggarannya, yang umumnya
mencakup sanksi moral dan pemecatan dari organisasi terkait. Kasus-kasus pelanggaran kode etik
biasanya ditindaklanjuti dan dievaluasi oleh sebuah dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk
khusus untuk tujuan tersebut.
Kode etik ini sebagai panduan perilaku dan kinerja semua anggota ikatan Pustakawan Indonesia dalam melaksanakan
tugasnya di bidang kepustakawanan. Setiap anggota Ikatan Pustakawan Indonesia memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan kode etik ini dalam standar yang setinggi-tingginya untuk kepentingan penggunba, profesi, perpustakaan,
organisasi profesi dan masyarakat.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Kode Etik Pustakawan Indonesia merupakan:
1. Aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap Pustakawan dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pustakawan.
2. Etika profesi pustakawan yang menjadi landasan moral yang dijunjung tinggi, diamalkan, dan diamankan oleh setiap
pustakawan.
3. Ketentuan yang mengatur pustakawan dalam melaksanakan tugas kepada diri sendiri, sesama pustakawan, pengguna,
masyarakat dan Negara.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Kode Etik Profesi Pustakawan Indonesia mempunyai tujuan:
a. Membina dan membentuk karakter pustakawan.
b. Mengawasi tingkah laku pustakawan dan sarana kontrol social.
c. Mencegah timbulnya kesalahpahaman dan konflik antar sesama anggota dan antara anggota dengan masyarakat.
d. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada perpustakaan dan mengangkat citra pustakawan.
BAB III
SIKAP DASAR PUSTAKAWAN
Pasal 3
Sikap Pustakawan Indonesia mempunyai tingkah laku yang harus dipedomani:
a. Berupaya melaksanakan tugas sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada
khususnya. b. Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi mungkin dan berkewajiban mengikuti perkembangan.
c. Berupaya membedakan antara pandangan atau sikap hidup pribadi dan tugas profesi.
d. Menjamin bahwa tindakan dan keputusannya, berdasarkan pertimbangan professional.
e. Tidak menyalah gunakan posisinya dengan mengambil keuntungan kecuali atas jasa profesi.
f. Bersikap sopan dan bijaksana dalam melayani masyarakat, baik dalam ucapan maupun perbuatan.
HUBUNGAN DENGAN PENGGUNA
Pasal 4
(1) Pustakawan menjunjung tinggi hak perorangan atas informasi. Pustakawan menyediakan akses tak terbatas, adil tanpa memandang ras,
agama, status social, ekonomi, politik, gender, kecuali ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
(2) Pustakawan tidak bertanggung jawab atas konsekwensi penggunaan informasi yang diperoleh dari perpustakaan.
(3) Pustakawan berkewajiban melindungi hak privasi pengguna dan kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari.
(4) Pustakawan mengakui dan menghormati hak milik intelektual.
PELANGGARAN
Pasal 9
Pelanggaran terhadap kode etik ini dapat dikenakan sanksi oleh Dewan Kehormatan Pustkawan Indonesia yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat IPI.
PENGAWASAN
Pasal 10
(1) Pengawasan atas pelaksanaan kode etik profesi pustakawan dilakukan oleh Ikatan Pustakawan Indonesia.
(2) Dewan Kehormatan Pustakawan Indonesia memeriksa dan memberikan pertimbangan sanksi atas pelanggaran kode etik profesi pustakawan.
(3) Keputusan Pengurus Pusat IPI berdasarkan ayat (2) tidak menghilangkan sanksi pidana bagi yang bersangkutan.
KETENTUAN LAIN
Pasal 11
Ketentuan mengenai tata cara memeriksa dan pemberian pertimbangan sanksi pelanggaran Kode Etik Pustakawan diatur lebih lanjut oleh Dewan
Kehormatan Pustakawan Indonesia.
BAB IV
PENUTUP
Pasal 12
Kode Etik Pustakawan mengikat semua anggota Ikatan Pustakawan Indonesia dengan tujuan
mengendalikan perilaku profesional dalam upaya meningkatkan citra pustakawan.
Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan tenaga ahli dalam bidang perpustakaan, dan
mengapa kompetensi mereka penting dalam pengelolaan perpustakaan?
2. Apa saja standar kualifikasi yang harus dipenuhi oleh seorang kepala
perpustakaan sekolah/madrasah jika mereka mengikuti jalur seleksi
sebagai pendidik?
3. Apa yang Anda ketahui tentang Profesi?
4. Apa yang dimaksud kepustakawanan?
Kirim jawaban ke link: s.id/DiklatKapus
TERIMA KASIH