Anda di halaman 1dari 26

Kompetensi Tenaga Perpustakaan dan Etika Profesi

Kepustakawanan

Materi Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah


Rabu, 11 September 2023

Oleh
Indah Wijaya Antasari,M.I.Kom
Pendahuluan
 Terdapat perubahan yang cepat dalam lingkungan perpustakaan pada abad ke-21 dan dampaknya
pada kebutuhan masyarakat terhadap informasi yang beragam.
 Perubahan tersebut mencakup faktor seperti jaringan kerja, restrukturisasi, otomasi global,
digitalisasi, dan orientasi pada kebutuhan pengguna.
 Pentingnya kompetensi bagi tenaga perpustakaan dalam menghadapi perubahan ini ditekankan,
dengan peran yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.
 Mata ajar ini bertujuan untuk mengajarkan peserta tentang kompetensi tenaga perpustakaan dan
etika profesi kepustakawanan, dengan indikator keberhasilan berfokus pada pemahaman peserta
terhadap berbagai aspek yang diajarkan.
 Kesimpulannya, pendahuluan ini menggarisbawahi pentingnya kompetensi dalam mengikuti
perubahan lingkungan perpustakaan yang dinamis di era digital.
Kompetensi Tenaga Perpustakaan

• Aspey (1998) menekankan bahwa kompetensi tidak hanya meliputi


penguasaan keterampilan dan pengetahuan, tetapi juga termasuk
penguasaan terhadap tugas dan motivasi dalam menjalankan tugas
tersebut. Aspey juga mendefinisikan orang yang berkompeten sebagai
seseorang yang menguasai pekerjaannya dan memiliki motivasi,
keterampilan serta pengetahuan, dan secara konsisten menjalankan
tanggung jawab tersebut dengan memenuhi standar yang ditetapkan.
Dengan kata lain, kompetensi seseorang diukur dengan
membandingkan kinerja yang bersangkutan dengan tingkat
pemenuhan standar tertentu yang ditetapkan.
Kompetensi Tenaga Perpustakaan

DEFINISI KOMPETENSI
• Mirabile (1997) mendefinisikan kompetensi sebagai “ … suatu pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, atau hal-hal yang berhubungan dengan kinerja yang
tinggi dalam pekerjaan, seperti penyelesaian masalah, pemikiran analitik, atau
kepemimpinan.”
• Boyatzis (1982) mendefinisikan kompetensi adalah “an underlying characteristic
of a person in that it may be a motive, trait, skill, aspect of one’s self image or
social role, or a body of knowledge which he or she uses” (’suatu karakteristik
yang mendasari kepribadian seseorang, yang mungkin saja berupa suatu alasan,
ciri, keterampilan, aspek dari gambaran diri atau peranan sosial seseorang, atau
satuan pengetahuan yang digunakannya’).
• Pengertian kompetensi menurut Depnakertrans (2007) pada
dasarnya adalah pengetahuan, keterampilan, kemampuan, atau
karakteristik yang berhubungan dengan tingkat kinerja suatu
pekerjaan seperti pemecahan masalah, pemikiran analitik, atau
kepemimpinan dan merupakan persyaratan minimal yang harus
dipenuhi oleh seseorang yang memegang suatu jabatan.
• Dari beberapa definisi tersebut, konsep kompetensi meliputi
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan individu (termasuk
sifat-sifat, perilaku, dan keutamaan pribadi, serta motivasi) yang
akan berperan dalam keberhasilan pelaksanaan tugas yang
dibebankan kepadanya.
Kompetensi Tenaga Perpustakaan

Pasal 29 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang


Perpustakaan mengatur mengenai tenaga perpustakaan dan kepala
perpustakaan sebagai berikut:
• Tenaga Perpustakaan: Tenaga perpustakaan terdiri dari
pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. Pustakawan adalah
individu dengan kompetensi melalui pendidikan atau pelatihan
kepustakawanan, bertanggung jawab untuk mengelola dan
memberikan layanan perpustakaan. Tenaga teknis perpustakaan
adalah non-pustakawan yang memberikan dukungan teknis
untuk operasional perpustakaan.
Kompetensi Tenaga Perpustakaan

Tenaga Ahli dalam Bidang Perpustakaan: Tenaga ahli dalam bidang


perpustakaan adalah individu dengan kapabilitas, integritas, dan
kompetensi khusus dalam bidang perpustakaan.
Kepala Perpustakaan: Kepala perpustakaan di perpustakaan nasional,
perpustakaan umum pemerintah, perpustakaan umum provinsi,
perpustakaan umum kabupaten/kota, dan perpustakaan perguruan tinggi
haruslah seorang pustakawan atau tenaga ahli dalam bidang
perpustakaan, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007.
Namun, kepala perpustakaan sekolah/madrasah dapat diangkat dari jalur
pendidik dan jalur tenaga kependidikan sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 25 tahun 2008.
Kompetensi Tenaga Perpustakaan

Tujuan Kompetensi Tenaga Perpustakaan


• Kompetensi tenaga perpustakaan menjadi penting dalam rangka
meningkatkan layanan perpustakaan, memperbarui semangat
pustakawan terhadap profesinya, mendukung pengembangan
tugas dan evaluasi pekerjaan, serta membantu perencanaan
pengembangan pegawai dan kebijakan perpustakaan.
• Kebutuhan pemustaka perpustakaan akan terus berubah seiring
perkembangan teknologi informasi, sehingga tenaga perpustakaan
harus proaktif dalam meningkatkan kemampuan, terutama dalam
manajemen, interaksi sosial, dan teknologi informasi.
Kompetensi Tenaga Perpustakaan

Kompetensi Menurut SLA (Special Library Association)


• Kompetensi tenaga perpustakaan dibagi menjadi dua jenis: kompetensi profesional dan
kompetensi individu.
• Kompetensi profesional berkaitan dengan pengetahuan tentang sumber-sumber informasi,
teknologi, manajemen, penelitian, dan kemampuan mengaplikasikan pengetahuan tersebut untuk
memberikan layanan perpustakaan dan informasi.
• Kompetensi individu mencakup keterampilan, perilaku, dan nilai-nilai yang memungkinkan
pustakawan bekerja efektif, berkomunikasi dengan baik, belajar terus-menerus, dan beradaptasi
dengan perubahan dalam lingkungan kerja.
• Kompetensi inti yang harus dimiliki pustakawan mencakup pengembangan pengetahuan,
pemberian layanan informasi yang efektif, penggunaan teknologi informasi, kemampuan
manajemen, penilaian hasil informasi, penelitian, dan perbaikan berkelanjutan.
• Kompetensi individu mencakup komitmen terhadap pelayanan terbaik, inovasi, pandangan yang
luas, kemampuan berkomunikasi, kerja tim, kepemimpinan, perencanaan, pembelajaran
berkelanjutan, kerjasama, sikap positif, dan fleksibilitas.
Kompetensi Tenaga Perpustakaan

• Standar Kompetensi Pustakawan


Berdasarkan Pasal 29, ayat (2), Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan, pustakawan harus memenuhi kualifikasi sesuai dengan standar nasional
perpustakaan yang salah satu aspeknya adalah standar tenaga perpustakaan. Standar
tenaga perpustakaan mencakup kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi. Untuk
melaksanakan amanah Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan
tersebut, standar kompetensi pustakawan perlu segera disusun.

a. Kualifikasi Pustakawan
1) Pustakawan memiliki kualifikasi akademik paling rendah sarjana (S-1) atau diploma
empat (D-4) dalam bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang terakreditasi.
2) Seseorang yang memiliki kualifikasi akademik serendah-rendahnya sarjana (S-1)
atau diploma empat (D-4) di luar bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang
terakreditasi dapat menjadi pustakawan setelah lulus pendidikan dan pelatihan
bidang perpustakaan.
3) Pendidikan dan pelatihan dalam bidang perpustakaan yang dimaksud
diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional atau lembaga lain yang diakreditasi
oleh Perpustakaan Nasional atau lembaga sertifikasi.
b. Kompetensi Pustakawan
1) Pustakawan harus memiliki kompetensi profesional dan kompetensi personal.
2) Kompetensi profesional mencakup aspek pengetahuan, keahlian, dan sikap kerja.
3) Kompetensi personal mencakup aspek kepribadian dan interaksi sosial.
4) Pustakawan yang dinyatakan memiliki kompetensi diberi sertifikat kompetensi.
Kompetensi Tenaga Perpustakaan

• Standar Kompetensi Tenaga Teknis Perpustakaan


Tenaga teknis perpustakaan merupakan tenaga nonpustakawan yang secara teknis
mendukung pelaksanaan tugas fungsi perpustakaan yang meliputi tenaga teknis
komputer, tenaga teknis audio visual, tenaga teknis ketatausahaan, tenaga teknis asisten
perpustakaan, dan tenaga teknis lainnya.
Tenaga teknis asisten perpustakaan (library assistant) adalah salah satu tenaga teknis
perpustakaan dan merupakan tenaga nonpustakawan yang akan menggantikan peran
pustakawan tingkat terampil yang akan dihilangkan sebagai konsekuensi ditetapkannya
kualifikasi pustakawan minimal berpendidikan S-1.

a. Kualifikasi
Tenaga teknis perpustakaan memiliki kualifikasi akademik serendah-rendahnya
pendidikan D-2 sesuai dengan bidang yang menjadi tugas pokoknya.
b. Kompetensi dan Sertifikasi
1) Tenaga teknis perpustakaan harus memiliki kompetensi profesional dan kompetensi
personal
2) Kompetensi profesional mencakup aspek pengetahuan, keahlian, dan sikap kerja.
3) Kompetensi personal mencakup aspek kepribadian dan interaksi sosial.
4) Tenaga teknis perpustakaan yang dinyatakan memiliki kompetensi diberi sertifikat
kompetensi.
Kompetensi Tenaga Perpustakaan

Standar Kompetensi Tenaga Ahli dalam Bidang Perpustakaan


Tenaga ahli dalam bidang perpustakaan adalah tenaga yang memiliki kapabilitas,
integritas, dan kompetensi dalam bidang perpustakaan. Kapabilitas merupakan
kemampuan dan kecakapan dalam bidang perpustakaan. Adapun integritas merupakan
keadaan yang mewujudkan suatu kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan
kemampuan dalam bidang perpustakaan.

a. Kualifikasi
Tenaga ahli dalam bidang perpustakaan memiliki kualifikasi pendidikan paling rendah
S-1 dan pengalaman bekerja di perpustakaan minimal lima tahun.
b. Kompetensi dan Sertifikasi
Tenaga ahli dalam bidang perpustakaan harus memiliki kemampuan mencakup aspek
pengetahuan, keahlian, dan sikap kerja dalam bidang perpustakaan yang dibuktikan
dengan sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi atau lembaga
pendidikan yang terakreditasi.
Kompetensi Tenaga Perpustakaan

Standar Kompetensi Kepala Perpustakaan Sekolah


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 tahun 2008, setiap sekolah/madrasah untuk semua jenjang yang
mempunyai jumlah tenaga perpustakaan sekolah/madrasah lebih dari satu orang, mempunyai lebih dari enam rombongan belajar
(rombel), serta memiliki koleksi minimal 1.000 (seribu) judul materi perpustakaan dapat mengangkat kepala perpustakaan
sekolah/madrasah.

1) Kualifikasi
a) Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah melalui jalur Pendidik
(1) Berkualifikasi serendah-rendahnya diploma empat (D4) atau sarjana (S1);
(2) Memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah;
(3) Masa kerja minimal 3 (tiga) tahun.20
b) Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah melalui jalur Tenaga Kependidikan
(1) Berkualifikasi diploma dua (D2) ilmu perpustakaan dan informasibagi pustakawan dengan masa kerja 4 (empat) tahun; atau
(2) Berkualifikasi diploma dua (D2) non-ilmu perpustakaan dan informasi dengan sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan
sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah dengan masa kerja minimal 4 (empat) tahun di perpustakaan
sekolah/madrasah.

2) Kompetensi
Kompetensi kepala perpustakaan sekolah/madrasah berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 25
tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah https://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/permendiknas_25_08.pdf
Kompetensi Tenaga Perpustakaan

Sertifikasi kompetensi adalah proses resmi yang dilakukan secara sistematis dan objektif melalui penilaian kerja nasional atau
internasional yang mengakui kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan tertentu. Proses sertifikasi ini menghasilkan
pemberian sertifikat kepada individu yang telah berhasil lulus uji kompetensi.

Jenis sertifikasi dapat dibedakan menjadi tiga kategori utama:


 Sertifikasi terhadap Kompetensi Profesi: Diberikan oleh lembaga sertifikasi profesi dan berlaku selama individu tersebut masih
mempertahankan kompetensinya. Ini mencakup kompetensi yang dimiliki saat ini (current competence).
 Sertifikasi untuk Mendapatkan Status Profesi: Diberikan oleh organisasi profesi atau lisensi/registrasi profesi dan seringkali diberikan
setelah individu memiliki sertifikasi dalam kategori pertama.
 Sertifikat Pelatihan: Diberikan oleh lembaga pelatihan dan berlaku sepanjang waktu.

Metode uji kompetensi dapat dilakukan dengan beberapa cara, tetapi dua metode umum yang digunakan saat ini adalah:
 Portofolio: Individu menyusun dokumen yang mencerminkan pendidikan, hasil pekerjaan, dan keterampilannya. Tim penilai menilai
portofolio ini untuk menentukan kompetensi individu.
 Uji kompetensi langsung: Individu diuji melalui praktek kerja dan wawancara langsung sesuai dengan materi uji yang telah
ditetapkan. Ini digunakan untuk mengukur kemampuan individu dalam melakukan pekerjaan tertentu, seperti dalam kasus uji
kompetensi pustakawan.

Sertifikasi kompetensi penting untuk mengakui dan menilai kemampuan individu dalam berbagai profesi dan dapat digunakan sebagai
pedoman dalam pengakuan dan pengembangan karir.
Etika Profesi Kepustakawanan
• Etika atau etika berasal dari kata Yunani "ethos" yang mengacu pada karakter,
watak, kesusilaan, atau adat. Etika melibatkan konsep yang digunakan oleh
individu atau kelompok untuk menilai tindakan sebagai benar atau salah, baik
atau buruk. Etika muncul dalam bentuk aturan tertulis yang didasarkan pada
prinsip-prinsip moral dan berfungsi sebagai alat kontrol.
• Profesi adalah suatu bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan
keahlian individu. Profesi juga bisa diartikan sebagai pekerjaan utama yang
menghasilkan nafkah hidup dan membutuhkan tingkat keahlian yang tinggi.
Profesional adalah orang yang memiliki pekerjaan purnawaktu dan hidup dari
keahlian tertentu.
• Kepustakawanan adalah ilmu dan profesi yang berkaitan dengan perpustakaan,
dokumentasi, dan informasi. Kepustakawanan menekankan pada kompetensi,
terutama dalam bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.
Etika Profesi Kepustakawanan
 Kode etik adalah norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku
sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
 Sedangkan Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan
dalam kehidupan sehari-hari.
 Profesi adalah suatu masyarakat moral (moral community) yang memiliki cita-cita dan
nilai-nilai bersama.
 Kode etik profesi dapat menjadi penyeimbang segi negatif dari suatu profesi, sehingga kode etik ibarat kompas
yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga menjamin mutu moral profesi itu dimata
masyarakat. Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barangkali dapat juga membantu
dalam merumuskan. Akan tetapi, pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh profesi yang
bersangkutan.
Etika Profesi Kepustakawanan
Tujuan Kode Etik Profesi
Tujuan kode etik profesi adalah untuk
a. menjunjung tinggi martabat profesi,
b. menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota,
c. meningkatkan pengabdian para anggota profesi,
d. meningkatkan mutu profesi,
e. meningkatkan mutu organisasi profesi,
f. meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi,
g. mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat, dan
h. menentukan standar bakunya sendiri.
Etika Profesi Kepustakawanan
Fungsi Kode Etik Profesi
Fungsi kode etik profesi adalah sebagai berikut:

a. memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip


profesionalitas yang digariskan,
b. sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan,
dan
c. mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi yang sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang.
Etika Profesi Kepustakawanan
Pelanggaran Kode Etik

Pelanggaran kode etik mengakibatkan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggarannya, yang umumnya
mencakup sanksi moral dan pemecatan dari organisasi terkait. Kasus-kasus pelanggaran kode etik
biasanya ditindaklanjuti dan dievaluasi oleh sebuah dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk
khusus untuk tujuan tersebut.

Kode etik seringkali mencakup ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melaporkan


pelanggaran kode etik oleh teman sejawat. Namun, dalam praktiknya, melaporkan pelanggaran oleh
sesama anggota profesi seringkali sulit karena adanya rasa solidaritas di antara mereka. Solidaritas ini
dapat menghambat pelaksanaan kontrol terhadap pelanggaran kode etik. Sehingga, tujuan sejati dari
kode etik profesi untuk menjadikan etika di atas pertimbangan lain mungkin sulit tercapai. Oleh karena
itu, penting bagi setiap praktisi profesi untuk memahami dengan baik tujuan kode etik profesi agar dapat
melaksanakannya dengan efektif.
Kode Etik Pustakawan
Perpustakaan sebagai suatu pranata diciptakan dan diadakan untuk kepentingan masyarakat. Mereka yang berprofesi
sebagai pustakawan diharapkan memahami tugas untuk memenuhi standar etika dalam hubungannya dengan
perpustakaan sebagai suatu lembaga, pengguna, rekan pustakawan, antar profesi dan masyarakat pada umumnya.

Kode etik ini sebagai panduan perilaku dan kinerja semua anggota ikatan Pustakawan Indonesia dalam melaksanakan
tugasnya di bidang kepustakawanan. Setiap anggota Ikatan Pustakawan Indonesia memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan kode etik ini dalam standar yang setinggi-tingginya untuk kepentingan penggunba, profesi, perpustakaan,
organisasi profesi dan masyarakat.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Kode Etik Pustakawan Indonesia merupakan:
1. Aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap Pustakawan dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pustakawan.
2. Etika profesi pustakawan yang menjadi landasan moral yang dijunjung tinggi, diamalkan, dan diamankan oleh setiap
pustakawan.
3. Ketentuan yang mengatur pustakawan dalam melaksanakan tugas kepada diri sendiri, sesama pustakawan, pengguna,
masyarakat dan Negara.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Kode Etik Profesi Pustakawan Indonesia mempunyai tujuan:
a. Membina dan membentuk karakter pustakawan.
b. Mengawasi tingkah laku pustakawan dan sarana kontrol social.
c. Mencegah timbulnya kesalahpahaman dan konflik antar sesama anggota dan antara anggota dengan masyarakat.
d. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada perpustakaan dan mengangkat citra pustakawan.

BAB III
SIKAP DASAR PUSTAKAWAN
Pasal 3
Sikap Pustakawan Indonesia mempunyai tingkah laku yang harus dipedomani:
a. Berupaya melaksanakan tugas sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada
khususnya. b. Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi mungkin dan berkewajiban mengikuti perkembangan.
c. Berupaya membedakan antara pandangan atau sikap hidup pribadi dan tugas profesi.
d. Menjamin bahwa tindakan dan keputusannya, berdasarkan pertimbangan professional.
e. Tidak menyalah gunakan posisinya dengan mengambil keuntungan kecuali atas jasa profesi.
f. Bersikap sopan dan bijaksana dalam melayani masyarakat, baik dalam ucapan maupun perbuatan.
HUBUNGAN DENGAN PENGGUNA
Pasal 4
(1) Pustakawan menjunjung tinggi hak perorangan atas informasi. Pustakawan menyediakan akses tak terbatas, adil tanpa memandang ras,
agama, status social, ekonomi, politik, gender, kecuali ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
(2) Pustakawan tidak bertanggung jawab atas konsekwensi penggunaan informasi yang diperoleh dari perpustakaan.
(3) Pustakawan berkewajiban melindungi hak privasi pengguna dan kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari.
(4) Pustakawan mengakui dan menghormati hak milik intelektual.

HUBUNGAN ANTAR PUSTAKAWAN


Pasal 5
(1) Pustakawan berusaha mencapai keunggulan dalam profesinya dengan cara memelihara dan mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan.
(2) Pustakawan bekerjasama dengan pustakawan lain dalam upaya mengembangkan.
kompetensi professional pustakawan, baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok.
(3) Pustakawan memelihara dan memupuk hubungan kerjasama yang baik antara sesama rekan.
(4) Pustakawan memiliki kesadaran, kesetiaan, penghargaan terhadap Korps Pustakawan secara wajar.
(5) Pustakawan menjaga nama baik dan martabat rekan, baik di dalam maupun di luar kedinasan.

HUBUNGAN DENGAN PERPUSTAKAAN


Pasal 6
(1) Pustakawan ikut aktif dalam perumusan kebijakan menyangkut kegiatan jasa kepustakawanan.
(2) Pustakawan bertanggung jawab terhadap pengembangan perpustakaan.
(3) Pustakawan berupaya membantu dan mengembangkan pemahaman serta kerjasama semua jenis perpustakaan.
HUBUNGAN PUSTAKAWAN DENGAN ORGANISASI PROFESI
Pasal 7
(1) Membayar iuran keanggotaan secara disiplin.
(2) Mengikuti kegiatan organisasi sesuai kemampuan dengan penuh tanggung jawab.
(3) Mengutamakan kepentingan oraganisasi di atas kepentingan pribadi.
HUBUNGAN PUSTAKAWAN DENGAN MASYARAKAT
Pasal 8
(1) Pustakawan bekerja sama dengan anggota komunitas dan organisasi yang sesuai berupaya meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan serta
komunitas yang dilayaninya.
(2) Pustakawan berupaya memberikan sumbangan dalam pengembangan kebudayaan di masyarakat.

PELANGGARAN
Pasal 9
Pelanggaran terhadap kode etik ini dapat dikenakan sanksi oleh Dewan Kehormatan Pustkawan Indonesia yang ditetapkan oleh Pengurus Pusat IPI.

PENGAWASAN
Pasal 10
(1) Pengawasan atas pelaksanaan kode etik profesi pustakawan dilakukan oleh Ikatan Pustakawan Indonesia.
(2) Dewan Kehormatan Pustakawan Indonesia memeriksa dan memberikan pertimbangan sanksi atas pelanggaran kode etik profesi pustakawan.
(3) Keputusan Pengurus Pusat IPI berdasarkan ayat (2) tidak menghilangkan sanksi pidana bagi yang bersangkutan.

KETENTUAN LAIN
Pasal 11
Ketentuan mengenai tata cara memeriksa dan pemberian pertimbangan sanksi pelanggaran Kode Etik Pustakawan diatur lebih lanjut oleh Dewan
Kehormatan Pustakawan Indonesia.
BAB IV
PENUTUP

Pasal 12
Kode Etik Pustakawan mengikat semua anggota Ikatan Pustakawan Indonesia dengan tujuan
mengendalikan perilaku profesional dalam upaya meningkatkan citra pustakawan.
Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan tenaga ahli dalam bidang perpustakaan, dan
mengapa kompetensi mereka penting dalam pengelolaan perpustakaan?
2. Apa saja standar kualifikasi yang harus dipenuhi oleh seorang kepala
perpustakaan sekolah/madrasah jika mereka mengikuti jalur seleksi
sebagai pendidik?
3. Apa yang Anda ketahui tentang Profesi?
4. Apa yang dimaksud kepustakawanan?
Kirim jawaban ke link: s.id/DiklatKapus
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai