Anda di halaman 1dari 27

Keterlambatan

Proyek Kontruksi dan


Klaim kontruksi
KELOMPOK
1. Shahnaz Adzkya
2103120031
2. Rafiq Alkamil 2103120060
3. Wildan Arrazi 2103120042
4. Zuryan Martaputra 2103120036
5. Ahmad Taisir 2103120095
Klaim
• Klaim dapat diartikan sebagai permintaan atau
tuntutan berupa kompensasi biaya atau jadwal di
luar kontrak.
• Klaim dapat datang dari pihak kontraktor maupun
pemilik.
• Pada umumnya klaim diselesaikan dengan cara
negosiasi. Jarang ditempuh proses arbitrase atau
litigasi.
Klaim vs Change Order

• Persamaan klaim dan change order: terjadi setelah


kontrak ditandatangani.
• Untuk change order, lingkupnya telah diketahui
terlebih dahulu, kemudian diproses pelaksanaannya
sesuai prosedur.
• Untuk klaim, subyek yang menjadi persoalan telah
terjadi, sehingga tidak mudah untuk mencari titik
temu permasalahannya.
Penyebab Klaim
• Dokumen kontrak yang tidak jelas
• Tidak lengkapnya spesifikasi/lingkup kerja
• Perbedaan interpretasi di antara pihak-pihak yang
terlibat
• Perubahan kontrak/lingkup pekerjaan
• Perbedaan/perubahan kondisi lapangan
• Keterlambatan dan faktor penyebabnya
• Pekerjaan tambahan
• Percepatan/penangguhan waktu proyek
• Perubahan peraturan
Penanganan Klaim
• Lakukan antisipasi untuk mencegah terjadinya
klaim, misalnya dengan dokumentasi,
pemahaman kontrak, dan perencanaan yang
matang.
• Apabila terjadi klaim, lakukan analisis tentang
alasan klaim yang diajukan
• Bila terdapat cukup alasan, besarnya kompensasi
yang akan diberikan didasarkan kepada:
pencarian fakta, analisis yang mendalam,
estimasi biaya, & negosiasi
Perselisihan

• Kontrak pada proyek konstruksi sangat rentan


terhadap terjadinya perselisihan.
• Penyebab utama terjadinya perselisihan adalah
keterlambatan
• Perselisihan yang terjadi di antara pihak-pihak
yang terlibat dapat mengakibatkan terjadinya
klaim.
• Perselisihan & klaim memerlukan tambahan
waktu, biaya, dan tenaga.
Penyelesaian Perselisihan

Perselisihan bisa diselesaikan dengan cara:


• Negosiasi
• Mediasi
• Arbitrase
• Litigasi
Negosiasi

• Negosiasi adalah cara penyelesaian yang hanya


melibatkan kedua belah pihak yang bersengketa,
tanpa melibatkan pihak-pihak yang lain.
• Dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat
• Umumnya kontraktor dan pemilik menunjuk
arsitek/insinyur sebagai penengah, di mana
kontraktor diminta untuk mengajukan klaim kepada
insinyur sebagai negosiator.
• Keputusan yang diambil tidak mengikat
Mediasi

• Merupakan cara untuk menyelesaikan masalah di


awal perselisihan.
• Melibatkan pihak ketiga yang tidak memihak dan
dapat diterima oleh kedua belah pihak
• Dapat menyelesaikan masalah dengan waktu yang
lebih cepat, murah, tertutup dan ditangani oleh para
ahli
• Keputusan yang dihasilkan tidak mengikat
Arbitrase

• Merupakan metode penyelesaian masalah yang


dibentuk melalui kontrak dan melibatkan para ahli di
bidang konstruksi yang tergabung dalam badan
arbitrase.
• Penyelesaiannnya lebih cepat dan murah
dibandingkan dengan litigasi
• Dilakukan secara tertutup dan ditangani oleh para
ahli
Litigasi

• Litigasi adalah proses penyelesaian masalah yang


melibatkan pengadilan.
• Proses ini sebaiknya dilakukan sebagai langkah
akhir apabila cara-cara yang lain tidak dapat
menyelesaikan masalah
• Memerlukan waktu yang lebih lama dan biaya yang
lebih tinggi
• Keputusannya bersifat mengikat
UNDANG-UNDANG NO 18 TAHUN 1999
TENTANG JASA KONSTRUKSI
(penyelesaian sengketa )

1. PASAL 36
ayat (1) : penyelesaian sengketa dapat dilakukan
melalui pengadilan atau di luar pengadilan
ayat (2) : penyelesaian di luar pengadilan tidak
berlaku untuk tindak pidana.
ayat (3) : bila dipilih penyelesaian di luar
pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya
dapat dilakukan apabila upaya di luar
pengadilan dinyatakan tidak berhasil.
UNDANG-UNDANG NO 18 TAHUN 1999
TENTANG JASA KONSTRUKSI
( penyelesaian sengketa )

2. PASAL 37
ayat (1) : penyelesaian sengketa di luar pengadilan
dapat ditempuh untuk masalah yang
timbul dalam PENGIKATAN dan
PENYELENGGARAAN pekerjaan
konstruksi serta dalam terjadi KEGAGALAN
BANGUNAN
ayat (2) : dapat menggunakan jasa pihak ketiga
ayat (3) : pihak ketiga dapat dibentuk pemerintah
dan atau masyarakat jasa konstruksi.
Keterlambatan Proyek Kontruksi

• Pembuatan rencana suatu proyek konstruksi selalu


mengacu pada perkiraan yang ada pada saat rencana
pembangunan tersebut dibuat
• Masalah dapat timbul apabila ada ketidak -sesuaian
antara rencana yang telah dibuat dengan
pelaksanaannya
Menurut Andi et al. (2003)

• Menurut Andi et al. (2003), secara umum faktor faktor


yang potensial untuk mempengaruhi waktu
pelaksanaan konstruksi terdiri dari tujuh kategori,
tenaga kerja, bahan (material), peralatan (equipment),
karakteristik tempat (site characteristics), manajerial
(managerial), keuangan (financial)
• faktor-faktor lainnya antara lain intensitas curah
hujan, kondisi ekonomi, dan kecelakaan kerja.
Menurut Proboyo (1999)

• menurut Proboyo (1999), secara umum keterlambatan


proyek sering terjadi karena :
• Adanya perubahan perencanaan selama proses
pelaksanaan,
• Manajerial yang buruk dalam organisasi kontraktor,
• Rencana kerja yang tidak tersusun dengan baik/
terpadu,
• Gambar dan spesifikasi yang tidak lengkap, ataupun
• Kegagalan kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan.
Menurut Alifen et al. (2000)

• Menurut Alifen et al. (2000),


• Keterlambatan proyek sering kali menjadi sumber
perselisihan dan tuntutan antara pemilik dan
kontraktor, sehingga akan menjadi sangat mahal
nilainya baik ditinjau dari sisi kontraktor maupun
pemilik.
• Kontraktor akan terkena denda penalti sesuai dengan
kontrak, disamping itu kontraktor juga akan
mengalami tambahan biaya overhead selama proyek
masih berlangsung.
• Dari sisi pemilik, keterlambatan proyek akan
membawa dampak pengurangan pemasukan karena
penundaan pengoperasian fasilitasnya.
Penyebab Keterlambatan Proyek

1. Tenaga Kerja (labors), :


a. Keahlian tenaga kerja
b. Kedisiplinan tenaga kerja
c. Motivasi kerja para pekerja
d. Angka ketidakhadiran
e. Ketersediaan Tenaga Kerja
f. Penggatian tenaga kerja baru
g. Komunikasi antara tenaga kerja dan badan
pembimbing
Bahan (material), :
a. Pengiriman bahan
b. Ketersediaan bahan
c. Kualitas bahan

Peralatan (equipment), :
a. Ketersediaan peralatan
b. Kualitas peralatan
4. Karakteristik Tempat (site characteristic), :
a. Keadaan permukaan dan dibawah permukaan
tanah
b. Penglihatan atau tanggapan lingkungan sekitar
c. Karakteristik fisik bangunan sekitar lokasi proyek
d. Tempat penyimpanan bahan/material
e. Akses ke lokasi proyek
f. Kebutuhan ruang kerja
g. Lokasi proyek
5. Manajerial (managerial), :
a. Pengawasan proyek
b. Kualitas pengontrolan pekerjaan
c. Pengalaman manajer lapangan
d. Perhitungan keperluan material
e. Perubahan desain
f. Komunikasi antara konsultan dan kontraktor
g. Komunikasi antara kontraktor dan pemilik
h. Jadwal pengiriman material dan peralatan
i. Jadwal pekerjaan yang harus diselesaikan
j. Persiapan/penetapan rancangan tempat
6. Keuangan (financial), :
a. Pembayaran oleh pemilik
b. Harga material

7. Faktor-faktor lainnya (other factors) :


a. Intensitas curah hujan
b. kondisi ekonomi
c. Kecelakaan kerja
Menurut Kraiem dan Dickman (dalam
Proboyo,1999)
• Menurut Kraiem dan Dickman (dalam Proboyo,1999), penyebab-
penyebab keterlambatan waktu pelaksanaan proyek

a. Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi


(Compensable Delay), yakni keterlambatan yang disebabkan
oleh tindakan, kelalaian, atau kesalahan pemilik proyek.
b. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non-
Excusable Delay), yakni keterlambatan yang disebabkan
oleh tindakan, kelalaian, atau kesalahan kontraktor.
c. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delay),
yakni keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian-kejadian
diluar kendali baik pemilik maupun kontraktor .
Pengalaman Keterlambatan
Keterlambatan proyek
Pengaruh Keterlambatan
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai