Anda di halaman 1dari 15

PENCEGAHAN

NETRALITAS
APARATUR SIPIL
NEGARA (ASN)
DALAM PEMILU
DAN PEMILIHAN
SERENTAK 2024 John Hendri Purba, S.Pd., SH., MH
Kamis, 23 November 2023 ANGGOTA BAWASLU PROVINSI
GORONTALO
LATAR BELAKANG

 Netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan hal yang perlu terus dijaga
dan diawasi, agar event Pemilu/Pemilihan dapat berjalan secara jujur dan adil.

 Posisi ASN sebagai pelayan masyarakat dan pelaksana jalannya pemerintahan


tidak lepas dari sorotan publik, Karena mampu menggerakkan potensi sosial dan
politik.

 ASN yang netral menjamin birokrasi yang kuat, serta mendukung iklim
demokrasi yang sehat dalam PEMILU yang langsung, umum, bebas, mandiri,
jujur, dan adil.
UU NOMOR 5 TAHUN
01 2014
01. Tentang Aparatur Sipil Negara
. UU NOMOR 7 TAHUN
02. 2017
Tentang Pemilihan Umum
UU NOMOR 10 TAHUN
2016
DASAR
03.
HUKUM
Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan
Walikota Menjadi Undang-undang
PP NOMOR 42 TAHUN
04 2004
04. Tentang Pembinaan Jiwa
. Korps dan Kode Etik PNS

05. PP NOMOR 17 TAHUN 2020


Tentang Manajemen PNS
PP NOMOR 94 TAHUN
2021
06. Tentang Disiplin PNS
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan
bahwa setiap ASN wajib netral dan bebas dari
intervensi politik.
Ketidaknetralan ASN akan berdampak pada adanya konflik atau
benturan kepentingan dan ASN menjadi tidak profesional.
Pengawasan yang kuat disertai dengan penerapan sanksi menjadi
kunci untuk memastikan netralitas Aparatur Sipil Negara dalam
Pemilu.
TUGAS DAN WEWENANG BAWASLU
DALAM PENGAWASAN NETRALITAS ASN SESUAI AMANAH UU
NO 7 TAHUN 2017

Ω BAWASLU
Pasal 93 huruf f “MENGAWASI NETRALITAS APARATUR SIPIL NEGARA”
Ω BAWASLU PROVINSI
Pasal 97 huruf d “MENGAWASI NETRALITAS SEMUA PIHAK YANG DILARANG
TUGAS IKUT SERTA DALAM KEGIATAN KAMPANYE”
Ω BAWASLU KABUPATEN/KOTA
Pasal 101 huruf d “MENGAWASI NETRALITAS SEMUA PIHAK YANG DILARANG
IKUT SERTA DALAM KEGIATAN KAMPANYE ”

Ω BAWASLU
Pasal 95 huruf e “MEREKOMENDASIKAN KEPADA INSTANSI YANG BERSANGKUTAN
MENGENAI HASIL PENGAWASAN TERHADAP NETRALITAS APARATUR SIPIL NEGARA”
Ω BAWASLU PROVINSI
Pasal 99 huruf d “MEREKOMENDASIKAN HASIL PENGAWASAN DI WILAYAH PROVINSI
WEWENANG TERHADAP PELANGGARAN NETRALITAS SEMUA PIHAK YANG DILARANG IKUT SERTA
DALAM KEGIATAN KAMPANYE ”
Ω BAWASLU KABUPATEN/KOTA
Pasal 103 huruf d “MEREKOMENDASIKAN HASIL PENGAWASAN DI WILAYAH PROVINSI
TERHADAP PELANGGARAN NETRALITAS SEMUA PIHAK YANG DILARANG IKUT SERTA
DALAM KEGIATAN KAMPANYE ”
ASAS
NETRALITAS
Pasal 2 huruf f UU Nomor 5 Tahun 2014 :

“setiap pegawai ASN tidak berpihak dari


segala bentuk pengaruh manapun dan
tidak memihak kepada kepentingan siapa
pun”
NETRALITAS ASN DALAM UNDANG-UNDANG

KEPEMILUAN
Pasal 280 ayat (2) huruf f & g UU 7/2017, “Pelaksana dan/atau tim kampanye dalam kegiatan kampeanye
pemilu dilarang mengikutsertakan ASN, Anggota TNI, Polri, Kades, perangkat desa”.
 Pasal 280 ayat (3) UU 7/2017 – “ASN, Anggota TNI dan Polri dilarang ikut dalam tim kampanye”.
 Pasal 282 UU 7/2017 – “pejabat negara, pejabat struktural, dan pejabat fungsional dalam jabatan negeri,
serta kepala desa dilarang membuat keputusan dan/atau melakukan tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu Peserta Pemilu selama masa Kampanye”.
 Pasal 283 ayat (1) UU 7/2017, “Pejabat negara, pejabat stuktural dan pejabat fungsional dalam jabatan
negeri serta aparatur sipil negara lainnya dilarang mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap Peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa Kampanye”.
 Pasal 283 ayat (2) UU 7/2017 - “Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pertemuan,
ajakan, imbauan, seruan atau pemberian barang kepada aparatur sipil negara dalam lingkungan unit
kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat”.
 Pasal 494 UU 7/2017, “Setiap Setiap aparatur sipil Negara yang ikut sebagai pelaksana dan tim kampanye
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00
(dua belas juta rupiah)”
NETRALITAS ASN DALAM UNDANG-UNDANG PEMILIHAN
KEPALA DAERAH
• Pasal 70 ayat (1) UU 10/2016 “Dalam kampanye, pasangan calon dilarang melibatkan
Aparatur Sipil Negara, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan anggota
Tentara Nasional Indonesia”.
• Pasal 71 ayat (1) UU 10/2016 “Pejabat negara, pejabat aparatur sipil negara, dan Kepala
Desa atau sebutan lain/Lurah dilarang membuat keputusan dan/atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu calon selama masa Kampanye”.
• Pasal 188 UU 10/2016, “Setiap pejabat negara, pejabat Aparatur Sipil Negara, dan Kepala
Desa atau sebutan lain/Lurah yang dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan
atau paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp600.000,00 (enam ratus
ribu rupiah) atau paling banyak Rp6.000.000,00 (enam juta rupiah)”
JENIS PELANGGARAN NETRALITAS ASN

01.
1
02.
2
03.
3

Kampanye atau sosialisasi media Menghadiri deklarasi Melakukan foto bersama


sosial baik mengunggah, pasangan bakal calon pasangan bakal calon atau
mengomentari, membagikan, atau pasangan calon paslon dengan mengikuti simbol
maupun memberikan like (paslon) peserta pemilu gerakan tangan atau gerakan
yang mengindikasikan
keberpihakan
04.
4
05.
5
06.
6

Memasang spanduk atau Mengadakan kegiatan yang Menjadi peserta kampanye dengan
baliho yang mengarah pada keberpihakan memakai atribut partai atau atribut
mempromosikan dirinya seperti ajakan, pertemuan, PNS atau tanpa atribut dan
imbauan, seruan, dan pemberian mengerahkan PNS atau orang lain
atau orang lain sebagai
barang
bakal calon
JENIS PELANGGARAN NETRALITAS ASN

07.
7 08.
8
09.
9

Memberikan dukungan ke paslon Ikut sebagai peserta Menggunakan fasilitas


(calon indepeden) dengan kampanye dengan negara yang terkait dengan
memberikan fotokopi KTP
fasilitas negara jabatan dalam kampanye

10.
10
11.
11
12.
12

Mengikuti kampanye bagi Membuat keputusan yang Menjadi anggota/pengurus


suami atau istri peserta dapat menguntungkan atau partai politik
pemilu yang berstatus sebagai merugikan paslon selama
ASN dan tidak mengambil masa kampanye
cuti di luar tanggungan
negara
Sumber : Badan Kepegawaian Negara
SANKSI PELANGGARAN ASN
HUKUMAN DISIPLIN
SEDANG

pemotongan tunjangan kinerja sebesar


25% (dua puluh lima persen) selama 6
(enam) bulan;

pemotongan tunjangan kinerja


sebesar 25% (dua
puluh lima persen) selama 9
(sembilan) bulan; atau

pemotongan tunjangan kinerja sebesar


25% (dua puluh lima persen) selama
12 (dua belas) bulan.
SANKSI PELANGGARAN ASN
HUKUMAN DISIPLIN
BERAT

penurunan jabatan setingkat


lebih rendah selama 12
(dua belas) bulan;

pembebasan dari jabatannya


menjadi jabatan
pelaksana selama 12 (dua belas)
bulan; dan

pemberhentian dengan hormat


tidak atas
permintaan sendiri sebagai PNS.
STRATEGI PENGAWASAN NETRALITAS ASN
• Membangun konektivitas & sinergisitas pengawasan netralitas ASN
dengan seluruh elemen pemerintahan.
• Menjadikan upaya pencegahan sebagai kunci pengawasan untuk
meminimalisasi pelanggaran netralitas ASN.
• Membangun sistem penanganan pelanggaran Netralitas ASN yang
afirmatif & terintegrasi, yang dilakukan secara transparan dan
akuntabel.
• Melakukan sosialisasi terencana & berkelanjutan.
• Mendorong tumbuh kembangnya pengawasan partisipatif dari
masyarakat.
KESIMPULAN NETRALITAS ASN
Secara Normatif Sulit  Berbagai aturan netralitas ASN ini
Ditemukan Landasan merupakan pembatas bagi ASN.
Yang Dapat  Artinya, meskipun setiap ASN memiliki
hak politik sebagai hak asasinya, namun
Memberikan Alasan setiap ASN dibatasi ekspresi hak
Pembenar Bagi politiknya.
Dimungkinkannya ASN  Hak politik ASN tidak ubahnya sebagai
Untuk Terlibat Dalam aurat politik. Setiap ASN berhak untuk
menjaga dan menyalurkannya, tetapi tidak
Kegiatan-kegiatan boleh mengumbar aurat politiknya pada
Politik Praktis sembarang tempat.
.
TERIMA
KASIH
Bersama Rakyat Awasi Pemilu
Bersama Bawaslu Tegakkan Keadilan Pemilu

JOHN HENDRI

Anda mungkin juga menyukai