dan Budaya NU
مرحبا
Nahdlatul Ulama
Asal-usul berdirinya NU
Nahdlatul Ulama, didirikan pada tahun 1926 di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, oleh seorang ulama
bernama Hadratussyaikh KH. Organisasi ini memiliki fokus pada penguatan nilai-nilai Islam
tradisional dan budaya local.
Peran Kyai Hasyim Asy'ari dalam membentuk organisasi ini. Kyai Hasyim Asy'ari memainkan peran
kunci dalam pembentukan Nahdlatul Ulama pada tahun 1926 di Indonesia. Kyai Hasyim Asy'ari
memainkan peran penting dalam merumuskan visi dan nilai-nilai organisasi tersebut.
Perkembangan Dan Tantangan yang Dihadapi NU
Sepanjang Sejarah
01. 03.
Awal Berdiri (1926-1942) Orde Lama (1966-1998
NU menghadapi kendala selama Orde
NU didirikan sebagai respons terhadap
Lama, termasuk keterlibatan dalam politik
kolonialisme dan modernism. Tantangan
praktis, serta tekanan untuk mendukung
pada masa ini termasuk upaya pembubaran
pemerintah Soeharto.
oleh pemerintah kolonial dan ketegangan
dengan gerakan modernis.
02.
Era Kemerdekaan (1945-1965)
NU mendukung kemerdekaan Indonesia.
Tantangan pada masa ini melibatkan peran
04. Reformasi (1998 dan seterusnya)
Pasca-Reformasi, NU memperkuat
perannya sebagai kekuatan politik dan
keagamaan. Tantangan mencakup
kompleksitas dalam berpolitik,
dalam konstituante, konflik agraria, dan
ekstremisme, dan perubahan sosial.
hubungan dengan pemerintah.
Ajaran dan Nilai-nilai NU
Menyebarkan Ajaran
Islam Moderat Pengabdian Masyarakat
NU dikenal sebagai organisasi Islam yang Pendekatan pendidikan NU tidak hanya
menganut paham Islam moderat dan toleran. berfokus pada pengembangan intelektual,
Oleh karena itu, sistem pendidikan NU, baik
pondok pesantren maupun madrasah,
NU tetapi juga pada pengabdian kepada
masyarakat. Siswa-siswa di pondok
berperan dalam menyebarkan ajaran Islam pesantren diajarkan untuk menjadi
yang menghargai keberagaman dan pemimpin yang bertanggung jawab dan
mengutamakan kerukunan antarumat memberikan kontribusi positif kepada
beragama masyarakat
Peran NU dalam pendidikan melalui sistem pondok pesantren dan madrasahnya mencerminkan
upaya untuk menciptakan generasi yang berakhlak dan memiliki pemahaman Islam yang moderat
serta berkontribusi positif bagi kemajuan Masyarakat.
Contoh Tradisi dan Budaya di Kalangan NU
Diba’an
Diba'an adalah tradisi membaca atau melantunkan shalawat kepada
Nabi Muhammad yang dilakukan oleh masyarakat NU secara bersama-
sama dan bergantian.
Istilah diba'an mengacu pada kitab berisi syair pujian karya Al-Imam Al-
Jaliil As-Sayyid As Syaikh Abu Muhammad Abdurrahman Ad-Diba'iy Asy-
Syaibani Az- Zubaidi Al-Hasaniy.
Kitab tersebut secara populer dikenal dengan nama kitab Maulid Diba'.
Pembacaan syair-syair pujian ini biasanya dilakukan pada bulan maulud
(Rabiul Awal) sebagai rangkaian peringatan maulid Nabi.
Contoh Tradisi dan Budaya di Kalangan NU
Diba’an
Diba'an adalah tradisi membaca atau melantunkan shalawat kepada
Nabi Muhammad yang dilakukan oleh masyarakat NU secara bersama-
sama dan bergantian.
Istilah diba'an mengacu pada kitab berisi syair pujian karya Al-Imam Al-
Jaliil As-Sayyid As Syaikh Abu Muhammad Abdurrahman Ad-Diba'iy Asy-
Syaibani Az- Zubaidi Al-Hasaniy.
Kitab tersebut secara populer dikenal dengan nama kitab Maulid Diba'.
Pembacaan syair-syair pujian ini biasanya dilakukan pada bulan maulud
(Rabiul Awal) sebagai rangkaian peringatan maulid Nabi.
Berzanji
Al-Barzanji atau Berzanji adalah suatu do'a-do'a, puji-pujian dan
penceritaan riwayat Nabi Muhammad saw yang biasa dilantunkan
dengan irama atau nada.
Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad saw yakni
silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga
diangkat menjadi rasul. Didalamnya juga mengisahkan sifat- sifat mulia
yang dimiliki Nabi Muhammad serta berbagai peristiwa untuk dijadikan
teladan umat manusia
Contoh Tradisi dan Budaya di Kalangan NU
Terbangan / Hadrah
Hadrah/Terbangan adalah sebuah acara pembacaan sholawat bersama-
sama secara bergantian.Kitab yang biasa dibaca adalah barzanji/diba',
kemudian diiringi musik rebana, yang dalam bahasa jawa disebut
terbang (terbangan).Acara terbangan biasa dilakukan ketika warga NU
mempunyai hajat: mantu, khitanan, haul, mengiringi pengantin, maulid
Nabi, dan lain sebagainya.
Para penggemar seni hadrah/terbang itu diwadahi dalam sebuah
organisasi bernama ISHARI (Ikatan Seni Hadrah Republik Indonesia),
yang kini masuk ke dalam Banom NU Jam'iyah Ahli Thariqah Al-
Muktabarah An-Nahdliyah.
Contoh Tradisi dan Budaya di Kalangan NU
Burdah
Burdah merupakan suatu Qasidah (lagu-lagu) yang berisi syair tentang
pujian/ sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Syair tersebut
diciptakan oleh Imam Al-Bushiri dari Mesir. Di Indonesia, Burdah
tersebut sering dilantunkan terutama oleh kaum Nahdliyin.
Pengarang qashidah Burdah ialah Al-Bushiri (610- 695H/1213-1296 M).
Nama lengkapnya Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-
Bushiri. Selain menulis Burdah, Al-Bushiri juga menulis beberapa
qashidah lain. Di antaranya Al-Qashidah Al-Mudhariyah dan Al-
Qashidah Al-Hamziyah.
Qashidah Burdah adalah salah satu karya paling populer dalam
khazanah sastra Islam. Isinya sajak sajak pujian kepada Nabi
Muhammad SAW, pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan semangat
perjuangan. Hingga kini Burdah masih sering dibacakan di berbagai
pesantren salaf dan pada peringatan Maulid Nabi. Banyak pula yang
menghafalnya.
Contoh Tradisi dan Budaya di Kalangan NU
Manaqib
Arti manaqib adalah sifat yang baik, etika dan moral.Ritual pembacaan
manaqib itu dikenalkan oleh Syeikh Abdul Qadil Al Jilani.Beliau adalah
tokoh sentral ajaran thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah yang banyak
pengikutnya di Indonesia. la lahir di daerah dengan nama
manaqiban.Kitab ini memuat secara pribadi Syeikh Abdul Qadir dan
banyak beredar di Indonesia adalah Kitab an-Nur al- Burhany. Dalam
kitab tersebut dikisahkan tentang manaqib (sifat-sifat pribadi yang
mulia) Syeikh
Terima Kasih