Dinamika Sosial Keagamaan Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) Pusat di Kota Surakarta Jawa Tengah 115
Wakhid Sugiyarto
Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
Jl. MH Thamrin No 6 Jakarta
Email: wakhid.sugiyarto@gmail.com
Abstract Abstrak
In Surakarta city occur the dynamics which Di Kota Surakarta terjadi dinamika
lead to tensions and conflicts caused by yang mengarah pada ketegangan dan
the incessant propaganda by Tafsir Qur’an konflik akibat gencarnya dakwah oleh
Assembly (MTA). This research is necessary, Majelis Tafsir Al Qur’an. Penelitian ini
to understand and manipulate the social sangat diperlukan, untuk memahami dan
condition in order to create harmonious merekayasa kondisi sosial agar tercipta
and tolerant situation. Focuses of the situasi yang harmonis dan toleran. Fokus
research are the historical development penelitian adalah sejarah perkembangan
of MTA, propagation models, developed MTA, model dakwah, ajaran pokok yang
basic teachings and religious leaders and dikembangkan dan respon tokoh agama
the government’s responses to MTA. Social dan pemerintah terhadap MTA. Keresahan
religious fidgetiness and tension due to dan ketegangan sosial keagamaan akibat
the appearance of MTA indicated caused muncul MTA terindikasi disebabkan oleh
by the immature attitude and horizon belum matangnya sikap dewasa dan
of thinking of the society, especially the cakrawala berfikir masyarakat, khususnya
bottom stream of society (grassroots). They masyarakat arus bawah (grassroot). Mereka
would hear the appeal of religious scholars lebih mendengar seruan ulama (kyai)
(kyai) rather than to forward the reasoning daripada mengedepankan nalar berfikir
of logical thinking. The conflict was caused logis. Konflik disebabkan oleh ekspresi
by the self-defense expression, backed into membela diri merasa dipojokkan kemudian
a corner and then hit back with physical menyerang balik baik dengan fisik maupun
and rhetoric. This study used a qualitative retorika. Penelitian ini menggunakan
approach. pendekatan kualitatif.
Keywords: Tafsir Al-Qur’an Assembly Kata kunci: Majelis Tafsir Al-Qur’an,
(MTA), inclusivity, concept of congregation, sikap inklusif, konsep jama’ah, masalah
khilafiyah problem. khilafiyah.
1 dan pasal 28E ayat 2). Disamping akan syarat dengan muatan konflik,
itu, pemerintah telah mengeluarkan karena ajaran agama memiliki keterikatan
Peraturan Bersama Menteri Agama dan emosional menyangkut nilai kebenaran
Menteri Dalam Negeri (PBM) No. 8 & yang diyakini dan mengandung nilai
9 Tahun 2006 Tentang Kerukunan dan kebenaran absolud serta menjadi
Keharmonisan Antarumat Beragama. pandangan hidup bagi pemeluknya yang
tidak bisa diganggu gugat.
Munculnya kasus kekerasan atas
nama agama atau konflik tidaklah terjadi
serta merta atau muncul secara tiba-tiba
tetapi melalui proses sosial panjang. Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian
Konflik agama ini dapat muncul kapan
saja jika kesadaran masyarakat untuk Penelitian berkaitan dengan
saling menghargai dan menghormati dinamika sosial keagamaan masyarakat
kebebasan beragama tidak ditanamkan Kota Surakarta ini memfokuskan pada
dalam masyarakat. Kesadaran akan fakta permasalahan; a) Bagaimana sejarah
sosial bahwa Indonesia ini memiliki perkembangan MTA?; b) Bagaimana
keragaman beragama sangat penting model dakwah keagamaan MTA?; c)
untuk menciptakan perdamaian dan Apa ajaran pokok yang dikembangkan
pengingkaran akan keragaman adalah dan menimbulkan keresahan?; serta d)
kekeliruan fatal. Berbagai varian Bagaimana respon tokoh agama dan
penyebab konflik kekerasan yang terjadi pemerintah terhadap gerakan dakwah
di Indonesia, membutuhkan kajian serius oleh MTA?
sehingga kemajemukan masyarakat
Indonesia tidak berada dalam bayang- Adapun tujuan dari penelitian
bayang konflik kekerasan. ini yaitu; a) Mengetahui sejarah
perkembangan MTA?; b) Mengetahui
Berbagai kasus yang muncul di model dakwah MTA?; c) Mengetahui
berbagai wilayah Indonesia menunjukkan ajaran pokok yang dikembangkan
bahwa masyarakat masih rentan terhadap sehingga menimbulkan keresahan?; d)
konflik bernuansa agama. Di Kota Mengetahui respon tokoh agama, dan
Surakarta misalnya, yang dipandang pemerintah terhadap gerakan dakwah
relatif aman dan jauh dari konflik MTA?
sara, sudah muncul ketegangan sosial
terkait dengan perbedaan pemahaman Penelitian ini bermanfaat sebagai
keagamaan setelah semakin gencarnya bahan kebijakan pemerintah dalam
dakwah yang dilakukan oleh Majelis mencegah konflik dan kekerasan atas
Tafsir Al Qur’an (MTA). Ketegangan nama agama yang terjadi di masyarakat,
dan keresahan itu bermula dari Radio khususnya di Kota Surakarta dan
MTA dan MTATV di Kota Surakarta sekitarnya.
yang mengungkap kembali pertikaian
lama, yang sekaligus menyebabkan
sebagian umat Islam tidak menyukai Kerangka Konsep
MTA. Penelitian dinamika sosial
keagamaan MTA ini sangat diperlukan, Sampai hari ini, sebenarnya belum
untuk memahami dan upaya rekayasa ada definisi agama yang secara resmi
sosial keagamaan yang lebih harmonis dikeluarkan pemerintah Indonesia dalam
dan agar toleransi semakin tingggi. rangka mengatur kehidupan keagamaan
Harus dipahami jika agama masih di Indonesia, meskipun para ilmuwan
mengutamakan formalitas, maka agama sosial sudah mengkajinya. Agama adalah
sistem atau prinsip kepercayaan kepada
Tuhan, atau juga disebut dengan nama eksklusif menilai bahwa kebenaran adalah
Dewa atau nama lainnya dengan ajaran tunggal, tidak ada kebenaran lain diluar
kebhaktian dan kewajiban-kewajiban agama yang diyakini. Kebenaran agama
yang bertalian dengan kepercayaan merupakan kebenaran absolut yang tidak
tersebut. Pada intinya agama adalah bisa disandingkan dengan keyakinan
sistem kepercayaan yang didalamnya agama lain. Penganut paham eksklusif
memuat aturan moral dan ritual yang ini menggangap ajaran agamanya adalah
mampu membentuk sebuah ikatan yang paling benar.
(komunitas) dan diwariskan.
Di Surakarta terdapat lembaga
Dalam kehidupan sosial dakwah yang secara sosial keagamaan
keagamaan, kekuatan agama diketahui dipandang meresahkan karena peneguhan
terbangun dari sistem kepercayaan yang keimanan sebagaimana di atas, dilakukan
diyakini memiliki kebenaran absolud tidak sesuai dengan norma toleransi
sebagai bentuk peneguhan keyakinan. masyarakat Jawa, utamanya masyarakat
Implementasi dari keyakinan dan Surakarta yang dikenal sangat toleran.
ajaran moral inilah yang membentuk Kebenaran agama seperti menjadi
prilaku agama dalam bentuk ritual monopolinya, dan yang lain dipandang
dan sikap hidup. Agama sebagai satu salah karena tidak sesuai dengan al-
kesatuan keakuan yang terbangun dari Qur’an dan as-Sunnah. Lembaga dakwah
tiga dimensi, yaitu dimensi keyakinan, itu disebut dengan Majelis Tafsir Al
dimensi ajaran dan dimensi perilaku Aqur’an (MTA) sebuah lembaga dakwah
sosial. Agama tidak akan memiliki makna yang didirikan tahun 1970-an. Bentuk
apabila tidak mampu memberikan keorganisasiannya adalah yayasan bukan
warna pada kehidupan menganutnya. organisasi sosial keagamaan (ormas).
Kekuatan agama sebagai sistem Meskipun menyandang sebutan majelis
keyakinan dan sistem sosial melahirkan tafsir, tetapi merasa tidak menafsirkan
dinamika sosial, karena menuntut para ajaran, hanya menyampaikan yang sudah
pengikutnya patuh pada ajaran. Pola- ada, utamanya Al Qur’an tejemahan
Departemen Agama dan buku-buku
pola tertentu pengamalan ajaran agama
agama yang sudah ada di toko-toko buku
yang dilaksanakan oleh penganut, akan
agama, sebagaimana kemudian terbukti
melahirkan sebuah gerakan keagamaan.
dari hasil wawancara dengan banyak
Gerakan keagamaan dapat bersifat
informan di Kota Surakarta.
inklusif atau eksklusif tergantung pada
sikap dan penerimaan sebuah agama pada
kebenaran-kebenaran lain diluarnya.
Dalam sikap gerakan keagamaan yang Metode
bersifat inklusif, penganut agama mampu Penelitian ini adalah penelitian
menerima keyakinan kebenaran dari kualitatif dengan pendekatan studi
agama lain. Kebenaran ajaran keagamaan kasus. Subyek penelitian adalah perilaku
tidak menjadi monopoli agama tertentu, keagamaan masyarakat Kota Surakarta
tetapi setiap agama memiliki kebenaran (yang diwakili oleh elit agama, masyarakat
sesuai dengan yang diyakini penganutnya. dan pejabat pemerintah) berkaitan dengan
Perbedaan menurut penganut fenomena gerakan keagamaan MTA.
faham inklusif adalah niscaya, tidak perlu Sumber data dalam penelitian ini dibagi
menjadi dasar perbedaan, perpecahan dalam sumber data primer dan sekunder.
atau pertikaian. Sikap inklusif dalam Tehnik pengumpulan data menggunakan
menyakini agama akan tetap menghargai teknik wawancara, pengamatan lapangan
dan menghormati adanya kebenaran dan informasi dokumenter.
lain. Sebaliknya, sikap keberagamaan
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. XI No. 1
118 Wakhid Sugiyarto
dalil dan landasan dalam beribadah, kalau di sekitar Surakarta, DIY dan diterima
tidak tahu dalilnya jangan sekali-kali dengan baik di Semarang. (wawancara
melakukan ibadah tersebut, sebab hal itu dengan Suhendi dan Umar Rusmanto di
akan sia-sia. Dalilnya yaitu: Dari Abdullah Surakarta pada 16 Juli 2011)
bin Mas’ud bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda, ”Bahwasanya ada dua
perkara (yang penting), perkataan dan Respon Tokoh Agama dan Pemerintah
petunjuk. Sebaik-baiknya perkataan ialah Surakarta
firman Allah, dan sebaik-baik petunjuk
ialah petunjuk Muhammad. Ketahuilah, Respon Tokoh Agama
jauhkanlah kalian dari perkara yang Menurut KH. Abdul Rojak,
diada-adakan, karena sesungguhnya mengatakan bahwa Sakino kalau bicara
sejelek-jelek perkara itu yang diada- bagus dan meyakinkan, tetapi sebenarnya
adakan, dan tiap-tiap yang diada-adakan dasar agamanya sangat kurang, tidak
itu bid’ah, dan tiap-tiap bid’ah itu sesat. bisa bahasa Arab, dan hanya belajar
Kedua, MTA tidak bermadzab. Fiqh dari al Qur’an dan al Hadits terjemahan.
sebagai panduan praktis dalam beribadah Ajarannya banyak dipengaruhi Wahabi,
sudah jadi satu dengan tuntunan yang seperti membid’ahkan semua ajaran
ada dalam Alquran dan Sunnah. Disinilah yang arif kepada budaya lokal, dan
pimpinan mengarahkan anggota untuk yang mengikuti Sunnah seolah-olah
memahami agama dalam versi MTA. hanya MTA. Bagi Abdul Rojak, belajar
Bermadzab adalah bentuk taqlid yang melalui terjemahan tidak masalah karena
dilarang. Ustad Medi mengatakan: “MTA merupakan bagian dari usaha memahami
tidak menganut salah satu madzab yang agama, tetapi jangan disiarkan melalui
ada, tetapi menghormati mereka dan radio, karena dampaknya sangat besar.
mengambil ajaran mereka yang sesuai Apalagi dalam ceramah dan tanya jawab
dengan Al Quran dan Sunnah dan soal agama di radio itu juru bicara MTA
meninggalkan yang tidak sesuai. Madzab sering kelewatan dalam tata bahasa
yang dianut adalah Madzab Al Quran maupun substansi. Warga MTA di mana-
dan as Sunnah. Oleh sebab itu umat mana sering menimbulkan keresahan,
Islam jika ingin beragama yang benar seperti kasus di Berruk, Tawangmangu,
dan lurus harus kembali pada Al Quan dimana masyarakat yang melakukan
dan as Sunnah”. MTA menegaskan, tidak sadranan (bersih desa) dibubarkan oleh
terikat dengan ijtihad para imam madzab, MTA. Ini terjadi sekitar 5 tahun yang
apapun yang berkaitan dengan ibadah lalu. Kasus yang sama muncul pula
dan kehidupan sosial lainnya, warga di Purworejo dan Ngawi Jawa Timur.
MTA harus berpegang pada Al Quran Dewasa ini MTA berkembang pesat di
dan as Sunnah. Ketiga, menolak praktik mana-mana, khabarnya hampir setiap
Islam bercampur dengan budaya lokal bulan meresmikan cabang baru berbagai
seperti yasinan, tahlilan, manaqiban, daerah di Indonesia. Yang mengherankan
selamatan dan sebagainya. (wawancara adalah terjadinya rekruitmen anggota
dengan Ustazd Sukino, Agus, dan Ustadz yang cepat dan militan. Situasi seperti
Medi di kantor MTA 12 Juli 2011). ini meresahkan hati KH Abdul Razak,
yang menurutnya jika ikut MTA, anggota
Pengajian Ahad pagi diperuntukan diperas, seperti harus bayar zakat, infak,
untuk umum dan disiarkan langsung shadaqah dan seterusnya. (Wawancara
radio MTA FM frekuensi 109,7 MHZ dan dengan KH. Abdur Rojak, dan
TV MTA. Cakupan radio MTA ini cukup Muhammad Faishal, Pengasuh Ponpes
luas bisa mencapai seluruh kabupaten Al- Muayyad, tanggal 13 Juli 2011)
Sementara menurut Abdul Karim, klas bawah sampai elit. Memiliki KBIH,
selama ini pemerintah menganakemaskan ambulan, balai klinik, sekolah boarding
MTA, dan menganaktirikan yang lain, school, korban hewan musim haji luar
sehingga MTA berkembang pesat di biasa. Namun akhir-akhir Sukino ini
mana-mana. Secara politis, keberadaan sudah berubah sehingga tidak segalak
MTA tidak berbahaya, meskipun sering dulu, dan yang dulu dibid’ahkan sekarang
menimbulkan keresahan. Sukino memang terserah saja. (Wawancara dengan Abdul
orang terdidik, pensiunan guru agama di Karim, di Surakarta pada 14 Juli 2011).
salah satu madrasah Kementerian Agama.
Secara sosiologis, orang yang
Sukino saat ini adalah rohaniawan rumah
mengikuti ajaran agama model MTA,
sakit Yarsis, milik Muhammdiyah.
menjadi merasa lebih besar dari pada
(Wawancara dengan Ahmad Solekhan,
kelompok lain, meskipun fakta sosialnya
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah
ternyata kecil. Hal ini adalah karena
Indonesia (DDII) Surakarta di Surakarta,
mereka selalu berkumpul dalam jumlah
17 Juli 2011).
besar dan heboh mengikuti pengajian
Dalam mengembangkan agama, ahad (jihad) pagi di kantor pusat Jln.
tidak seperti Abdullah Tufail yang Mangkunegaran. Para ulama mengatakan
awalnya tidak membicarakan khilafiah, bahwa dakwah dan tarbiyah serta transfer
tetapi melawan upacara hari senin dan ilmu agama adalah indikasi menguatnya
tirakatan. Setelah diganti Sukino, terjadi individu. Individu ini kemudian tidak
pro dan kontran dalam keluarga Tufail. Di menyadari ketika perasaan seolah
Purworejo ada adik Tufail yang memiliki komunitas adalah asset penting untuk
pesantren, maka ketika MTA mau jangka pendek dan panjang. Transfer
membuka Cabang di Porworejo, keluarga ilmu agama yaitu mengantarkan para
Tufail yang ada di Purworejo marah. santri menjadi lebih kuat agamanya,
Semangat penolakan ini ditangkap PC NU kesatriaan, dan memiliki kebanggaan
Purworejo sebagai peluang penolakan moralitas. Ketika manusia merasa tidak
secara massal di Purworejo. (Wawancara ada hubungan roh dengan Tuhan maka
dengan Abdul Karim, di Surakarta pada yang terjadi adalah adigang adigung
14 Juli 2011). Rumah di mana warga adiguno (jumawa). Kondisi seperti inilah
MTA belajar, disegel masyarakat dan yang dipertontonkan warga MTA saat
didukung oleh NU Cabang Purworejo. ini, tidak menghormati orang lain.
Apabila ada pengajian MTA, selalu (Wawancara dengan Dian Hanafi -Radio
diadakan pengajian tandingan oleh non Gema Suaraku- di Surakarta, 14 Juli 2011)
MTA dan laud spekernya dihadapkan ke
Sementara Kyai Abdullah Fakih
rumah tersebut. Kejadian ini berlangsung
mengatakan bahwa akibat dakwah model
cukup lama, kemudian warga MTA
MTA, masyarakat menjadi terkotak-kotak
melapor kepada Polres untuk membuka
dan kearifal lokal yang menjadi ujung
segel rumah karena akan digunakan.
tombak kerukunan dalam masyarakat
Ketika disegel sempat terjadi keributan,
tergerus. MTA dalam dakwahnya
tetapi karena warga MTA didampingi
polisi akhirnya rumah itu bisa dibuka hanya menuruti hawa nafsu, tidak
dan dimanfaatkan oleh pemilikinya yang mempertimbangkan akibat lebih jauh dari
memang warga MTA. Menurut Abd. dakwah yang disampaikan. Masyarakat
Karim, ajaran Sukino bertolak belakang awam menjadi bingung karena hampir
dengan Abdullah Tufail. Abdullah Tufail semua elit agama tidak bersatu dan
tidak mengungkit khilafiah melalui radio seperti mencari menang sendiri saja.
dan tv. Perkembangan MTA sangat pesat (Wawancara dengan Kyai A. Fakih, Guru
karena menguasai semua lini kehidupan Tafsir Masjid Agung di Surakarta, 14 Juli
2011)
HARMONI Januari - Maret 2012
Dinamika Sosial Keagamaan Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) Pusat di Kota Surakarta Jawa Tengah 123
Karena bid’ah ini akan menjurus pada bahwa ajaran nabi tidak sempurna dan
perbuatan perbuatan syirik yang dilarang kita dilihat lebih pandai dari pada Nabi
oleh Agama. Ustad Ahmad Sukino Muhammad. (HR. Tsalatsah, disahihkan
menganjurkan jama’ah agar semua amal oleh Ahmad).
ibadah yang dilakukan diketahui dengan
baik apa dasarnya, baik dalam Al Quran Dalam berbagai pengajian para
maupun dalam Hadist. Jika ia tidak ustad MTA dengan tegas menjelaskan
mengatahuinya maka sebaiknya ia tidak persoalan tersebut sebagai persoalan
menjalankan ibadah tersebut, karena yang diada-adakan. Persoalan yang
itulah taqlid. sebenarnya “laisa min Islam” yang
digunakan dalam Islam. Ustadz Sukino,
Selama ini berberapa ibadah tidak pernah melarang orang tahlilan,
yang berbaur dengan tradisi lokal yang yasinan, mitoni dan lainnya. “Tetapi
dipandang bertentangan dengan Islam ketahuilah bahwa hal tersebut tidak ada
dan tidak ada dasarnya dalam Al Quran dalilnya dari Al Quran dan Sunnah. Kalau
antara lain praktik membaca tahlilan 7 tidak ada dalilnya maka saya mengatakan
hari, 40 hari dan 100 hari bagi orang yang itu bukan ajaran Islam. Hal ini tidak
meninggal dunia, kenduri, slametan, bermaksud MTA melarang kelompok
sedekah bumi, ruwatan, ziarah kubur lain untuk menjalaninya, tetapi kalau ada
dengan menabur bunga dikubur, mitoni yang mengundang kami, mohon maaf
dan berbagai praktik sosial lainnya. MTA saya tidak bisa datang. Kedatangan kami
melihat kesemua praktik tersebut sebagai pada acara yang menurut kami tidak
bentuk sinkritisme ajaran Islam dengan sesuai dengan ajaran Islam, itu artinya
budaya lokal Jawa. Semua persoalan kami setuju. Maka yang terbaik adalah.
di atas dalam pandangan MTA adalah bagimu amalmu dan bagiku amalku”.
persoalan yang baru yang diada-adakan, Begitulah kira-kira makna doktrin MTA.
sebab pada masa nabi belum pernah
mengadakan hal tersebut, yang kemudian Fakta sosial keagamaan yang
disebut dengan bid’ah yang mesti harus melahirkan konflik diatas itu harus
dijauhi oleh seorang muslim. diredam dan menyadari bahwa toleransi
sejati adalah bisa menerima kehadiran
Potensi kedua yang rentan terhadap orang lain, siapaun dia. Manusia tidak
konflik adalah persoalan ibadah yang bisa mengklaim dirinya paling benar,
tidak diajarkan oleh Islam seperti dzikir karena ada kebenaran pada orang lain.
bersama, tahlilan, membaca manaqib, dan Kebenaran absolut ada ditangan Allah
membaca al Berzanji serta Sholawatan. (Tuhan). Manusia tidak bisa semena-
Mengenai persoalan membaca kitab mena menjustifikasi kesalahan pada
manaqib, MTA menjustifikasi bahwa kelompok agama lain. Pluralitas
membaca manaqib para wali, terutama adalah fitrah dan keharusan sejak awal
Syeih Abdul Qadir Jailani adalah manusia dan alam diciptakan. Al-
perbuatan yang sia-sia sebab hal ini bukan Qur‘an sebagai kalam Allah mengakui
ibadah yang tidak dicontohkan. Mengenai bahwa perbedaan adalah sesuatu yang
persoalan yasinan, tahlilan dan dzikir wajar, dan bahkan merupakan rahmat.
bersama, MTA sangat keras melarangnya, Islam mengakui perbedaan bahasa dan
karena perbuatan yang tidak pernah warna kulit, kemajemukan suku-suku
dicontohkan oleh nabi. Dalam pandangan dan bangsa-bangsa, penciptaan segala
MTA, nabi merupakan sosok sempurna, sesuatu berpasang-pasangan dan tidak
juga semua ajarannya. Mengadakan tunggal, mengakui perbedaan pemikiran
ibadah yang tidak dilakukan oleh nabi, dalam kapasitas intelektualitas masing-
sama artinya dengan mengatakan masing manusia, mengakui kebebasan
dengan multi level marketing (mlm), Dakwah melalui radio sangat bagus,
yaitu dengan pembinaan sebanyak- tetapi jangan sampai menunjuk kelompok
banyaknya di level akar rumput umat lain sebagai pengamal bid’ah. Lebih arif
Islam di seluruh Indonesia, kemudian jika, MTA cukup menyatakan amalan-
membentuk pengajian gelombang atau amalan yang dimaksud belum ditemukan
kelompok-kelompok kecil, membentuk dalilnya. MTA perlu menjelaskan secara
cabang, daerah dan kemudian perwakilan. terus menerus pengertian bid’ah dengan
Penggalian dana dilakukan melalui infaq, khilafiyah, karena sebagian besar umat
shadaqah, jariyah, dan sebagainya. Sistem Islam masih belum bisa membedakannya.
kepemimpinan di MTA adalah imamah, MTA adalah organisasi dakwah
sehingga seorang imam menduduki dan juga melakukan pengumpulan
jabatan tersebut seumur hidup. dana, maka sebaiknya MTA berubah
menjadi ormas keagamaan, tidak boleh
Sementara respon tokoh agama, sebuah yayasan seperti sekarang ini.
yaitu bagi kelompok tradisional Hendaknya respon dilakukan dengan
memandang MTA itu bermasalah tabyyun dan usahakanlah untuk dialog,
dan meresahkan, karena mudah karena dialog adalah jalan membangun
membid’ahkan dan merasa benar sendiri. kesepahaman dalam menjaga kerukunan
Bagi kelompok modernis, MTA adalah hidup beragama. Sebaiknya Kantor
teman seperjuangan kembali pada al Kementerian Agama memfasilitasi
Qur’an dan as Sunnah. Keresahan dan dialog intern umat beragama agar terjaga
ketegangan sosial keagamaan sebenarnya keharmonisan hidup beragama dan
disebabkan oleh sikap kekurangdewasaan memantapkan syi’ar Islam. Pemerintah
umat Islam saja, jadi yang berseberangan perlu mensosialisasikan bagaimana cara
merasa dipojokan, dijelek-jelekkan dan berdakwah di tengah masyarakat yang
disalahkan melalui pengajian khusus, pluralis, sehingga pola-pola dakwah
pengajian umum dan elektronik, yang humanis, tidak memaksa dan
meskipun tidak demikian sebenarnya. menyalahkan dapat dimengerti dan
dipahami oleh masyarakat.
Daftar Pustaka
Jinan, Mutohharun, “Dinamika Gerakan Islam Puritan di Surakarta: Studi tentang Perluasan
Garakan Majelis Tafsir Al-Quran,” 581-602, dalam Panitia ACIS, “The 11th Annual
Conference on Islamic Studies: Merangkai Mozaik Islam dalam Ruang Publik untuk
Membangun Karakter Bangsa,” Bangka Belitung, 10-13 Oktober 2011.
Khalimi, MA, Ormas-ormas Islam: Sejarah, Akar Teologi dan Politik, Jakarta: Gaung Persada
Muhammad Sulthon (dkk) Semarang: Walisongo Mediation Center, 2009
MTA, Riwayat Hidup Abdullah Tufail Saputra, Majelis Tafsir Al Qur’an (MTA) Solo, 2010
Mufid, Ahmad Safi’i (Ed), Gerakan Keagamaan Transnasional: Kasus Gerakan Syi’ah dan
Hizbut Tahrir Indonesia (HT), Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2010.
Sugiyarto, Wakhid (Ed), Gerakan Keagamaan Transnasional: Kasus Gerakan Salafi, Ikhwanul
Muslimin dan Jama’ah Tablig, Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2010
Sulthon, Muhammad dan Solihan. Walisongo Mediation Center, 2008
Wahid, Abdurrahman (Ed.), Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional
di Indonesia, Jakarta: Gerakan Bhinneka Tunggal Ika, The Wahid Institute dan
Maarif Institute, 2009.
Wiktorowicz, Quintan, Islamic Activism: A Social Movement Theory Approach, USA: Indiana
University Press, 2004.