Anda di halaman 1dari 14

Penelitian

Dinamika Sosial Keagamaan Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) Pusat di Kota Surakarta Jawa Tengah 115

Dinamika Sosial Keagamaan Majelis Tafsir Al-Quran (MTA)


Pusat di Kota Surakarta Jawa Tengah

Wakhid Sugiyarto
Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
Jl. MH Thamrin No 6 Jakarta
Email: wakhid.sugiyarto@gmail.com

Abstract Abstrak
In Surakarta city occur the dynamics which Di Kota Surakarta terjadi dinamika
lead to tensions and conflicts caused by yang mengarah pada ketegangan dan
the incessant propaganda by Tafsir Qur’an konflik akibat gencarnya dakwah oleh
Assembly (MTA). This research is necessary, Majelis Tafsir Al Qur’an. Penelitian ini
to understand and manipulate the social sangat diperlukan, untuk memahami dan
condition in order to create harmonious merekayasa kondisi sosial agar tercipta
and tolerant situation. Focuses of the situasi yang harmonis dan toleran. Fokus
research are the historical development penelitian adalah sejarah perkembangan
of MTA, propagation models, developed MTA, model dakwah, ajaran pokok yang
basic teachings and religious leaders and dikembangkan dan respon tokoh agama
the government’s responses to MTA. Social dan pemerintah terhadap MTA. Keresahan
religious fidgetiness and tension due to dan ketegangan sosial keagamaan akibat
the appearance of MTA indicated caused muncul MTA terindikasi disebabkan oleh
by the immature attitude and horizon belum matangnya sikap dewasa dan
of thinking of the society, especially the cakrawala berfikir masyarakat, khususnya
bottom stream of society (grassroots). They masyarakat arus bawah (grassroot). Mereka
would hear the appeal of religious scholars lebih mendengar seruan ulama (kyai)
(kyai) rather than to forward the reasoning daripada mengedepankan nalar berfikir
of logical thinking. The conflict was caused logis. Konflik disebabkan oleh ekspresi
by the self-defense expression, backed into membela diri merasa dipojokkan kemudian
a corner and then hit back with physical menyerang balik baik dengan fisik maupun
and rhetoric. This study used a qualitative retorika. Penelitian ini menggunakan
approach. pendekatan kualitatif.
Keywords: Tafsir Al-Qur’an Assembly Kata kunci: Majelis Tafsir Al-Qur’an,
(MTA), inclusivity, concept of congregation, sikap inklusif, konsep jama’ah, masalah
khilafiyah problem. khilafiyah.

Latar Belakang dijelaskan bahwa setiap orang bebas


memeluk agama dan beribadat menurut
Indonesia adalah negara yang agamanya), setiap orang berhak atas
menjunjung tinggi hak asasi manusia, kebebasan menyakini kepercayaan, dan
termasuk menjunjung tinggi kebebasan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
beragama dan memberikan perlindungan penduduk untuk memeluk agamanya
penuh terhadap pemeluk agama dalam dan beribadat menurut agamanya dan
mengamalkan keyakinan agamanya. kepercayaannya itu. (Amandemen
Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) pertama UUD 1945 pasal 28 E ayat
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. XI No. 1
116 Wakhid Sugiyarto

1 dan pasal 28E ayat 2). Disamping akan syarat dengan muatan konflik,
itu, pemerintah telah mengeluarkan karena ajaran agama memiliki keterikatan
Peraturan Bersama Menteri Agama dan emosional menyangkut nilai kebenaran
Menteri Dalam Negeri (PBM) No. 8 & yang diyakini dan mengandung nilai
9 Tahun 2006 Tentang Kerukunan dan kebenaran absolud serta menjadi
Keharmonisan Antarumat Beragama. pandangan hidup bagi pemeluknya yang
tidak bisa diganggu gugat.
Munculnya kasus kekerasan atas
nama agama atau konflik tidaklah terjadi
serta merta atau muncul secara tiba-tiba
tetapi melalui proses sosial panjang. Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian
Konflik agama ini dapat muncul kapan
saja jika kesadaran masyarakat untuk Penelitian berkaitan dengan
saling menghargai dan menghormati dinamika sosial keagamaan masyarakat
kebebasan beragama tidak ditanamkan Kota Surakarta ini memfokuskan pada
dalam masyarakat. Kesadaran akan fakta permasalahan; a) Bagaimana sejarah
sosial bahwa Indonesia ini memiliki perkembangan MTA?; b) Bagaimana
keragaman beragama sangat penting model dakwah keagamaan MTA?; c)
untuk menciptakan perdamaian dan Apa ajaran pokok yang dikembangkan
pengingkaran akan keragaman adalah dan menimbulkan keresahan?; serta d)
kekeliruan fatal. Berbagai varian Bagaimana respon tokoh agama dan
penyebab konflik kekerasan yang terjadi pemerintah terhadap gerakan dakwah
di Indonesia, membutuhkan kajian serius oleh MTA?
sehingga kemajemukan masyarakat
Indonesia tidak berada dalam bayang- Adapun tujuan dari penelitian
bayang konflik kekerasan. ini yaitu; a) Mengetahui sejarah
perkembangan MTA?; b) Mengetahui
Berbagai kasus yang muncul di model dakwah MTA?; c) Mengetahui
berbagai wilayah Indonesia menunjukkan ajaran pokok yang dikembangkan
bahwa masyarakat masih rentan terhadap sehingga menimbulkan keresahan?; d)
konflik bernuansa agama. Di Kota Mengetahui respon tokoh agama, dan
Surakarta misalnya, yang dipandang pemerintah terhadap gerakan dakwah
relatif aman dan jauh dari konflik MTA?
sara, sudah muncul ketegangan sosial
terkait dengan perbedaan pemahaman Penelitian ini bermanfaat sebagai
keagamaan setelah semakin gencarnya bahan kebijakan pemerintah dalam
dakwah yang dilakukan oleh Majelis mencegah konflik dan kekerasan atas
Tafsir Al Qur’an (MTA). Ketegangan nama agama yang terjadi di masyarakat,
dan keresahan itu bermula dari Radio khususnya di Kota Surakarta dan
MTA dan MTATV di Kota Surakarta sekitarnya.
yang mengungkap kembali pertikaian
lama, yang sekaligus menyebabkan
sebagian umat Islam tidak menyukai Kerangka Konsep
MTA. Penelitian dinamika sosial
keagamaan MTA ini sangat diperlukan, Sampai hari ini, sebenarnya belum
untuk memahami dan upaya rekayasa ada definisi agama yang secara resmi
sosial keagamaan yang lebih harmonis dikeluarkan pemerintah Indonesia dalam
dan agar toleransi semakin tingggi. rangka mengatur kehidupan keagamaan
Harus dipahami jika agama masih di Indonesia, meskipun para ilmuwan
mengutamakan formalitas, maka agama sosial sudah mengkajinya. Agama adalah
sistem atau prinsip kepercayaan kepada

HARMONI Januari - Maret 2012


Dinamika Sosial Keagamaan Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) Pusat di Kota Surakarta Jawa Tengah 117

Tuhan, atau juga disebut dengan nama eksklusif menilai bahwa kebenaran adalah
Dewa atau nama lainnya dengan ajaran tunggal, tidak ada kebenaran lain diluar
kebhaktian dan kewajiban-kewajiban agama yang diyakini. Kebenaran agama
yang bertalian dengan kepercayaan merupakan kebenaran absolut yang tidak
tersebut. Pada intinya agama adalah bisa disandingkan dengan keyakinan
sistem kepercayaan yang didalamnya agama lain. Penganut paham eksklusif
memuat aturan moral dan ritual yang ini menggangap ajaran agamanya adalah
mampu membentuk sebuah ikatan yang paling benar.
(komunitas) dan diwariskan.
Di Surakarta terdapat lembaga
Dalam kehidupan sosial dakwah yang secara sosial keagamaan
keagamaan, kekuatan agama diketahui dipandang meresahkan karena peneguhan
terbangun dari sistem kepercayaan yang keimanan sebagaimana di atas, dilakukan
diyakini memiliki kebenaran absolud tidak sesuai dengan norma toleransi
sebagai bentuk peneguhan keyakinan. masyarakat Jawa, utamanya masyarakat
Implementasi dari keyakinan dan Surakarta yang dikenal sangat toleran.
ajaran moral inilah yang membentuk Kebenaran agama seperti menjadi
prilaku agama dalam bentuk ritual monopolinya, dan yang lain dipandang
dan sikap hidup. Agama sebagai satu salah karena tidak sesuai dengan al-
kesatuan keakuan yang terbangun dari Qur’an dan as-Sunnah. Lembaga dakwah
tiga dimensi, yaitu dimensi keyakinan, itu disebut dengan Majelis Tafsir Al
dimensi ajaran dan dimensi perilaku Aqur’an (MTA) sebuah lembaga dakwah
sosial. Agama tidak akan memiliki makna yang didirikan tahun 1970-an. Bentuk
apabila tidak mampu memberikan keorganisasiannya adalah yayasan bukan
warna pada kehidupan menganutnya. organisasi sosial keagamaan (ormas).
Kekuatan agama sebagai sistem Meskipun menyandang sebutan majelis
keyakinan dan sistem sosial melahirkan tafsir, tetapi merasa tidak menafsirkan
dinamika sosial, karena menuntut para ajaran, hanya menyampaikan yang sudah
pengikutnya patuh pada ajaran. Pola- ada, utamanya Al Qur’an tejemahan
Departemen Agama dan buku-buku
pola tertentu pengamalan ajaran agama
agama yang sudah ada di toko-toko buku
yang dilaksanakan oleh penganut, akan
agama, sebagaimana kemudian terbukti
melahirkan sebuah gerakan keagamaan.
dari hasil wawancara dengan banyak
Gerakan keagamaan dapat bersifat
informan di Kota Surakarta.
inklusif atau eksklusif tergantung pada
sikap dan penerimaan sebuah agama pada
kebenaran-kebenaran lain diluarnya.
Dalam sikap gerakan keagamaan yang Metode
bersifat inklusif, penganut agama mampu Penelitian ini adalah penelitian
menerima keyakinan kebenaran dari kualitatif dengan pendekatan studi
agama lain. Kebenaran ajaran keagamaan kasus. Subyek penelitian adalah perilaku
tidak menjadi monopoli agama tertentu, keagamaan masyarakat Kota Surakarta
tetapi setiap agama memiliki kebenaran (yang diwakili oleh elit agama, masyarakat
sesuai dengan yang diyakini penganutnya. dan pejabat pemerintah) berkaitan dengan
Perbedaan menurut penganut fenomena gerakan keagamaan MTA.
faham inklusif adalah niscaya, tidak perlu Sumber data dalam penelitian ini dibagi
menjadi dasar perbedaan, perpecahan dalam sumber data primer dan sekunder.
atau pertikaian. Sikap inklusif dalam Tehnik pengumpulan data menggunakan
menyakini agama akan tetap menghargai teknik wawancara, pengamatan lapangan
dan menghormati adanya kebenaran dan informasi dokumenter.
lain. Sebaliknya, sikap keberagamaan
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. XI No. 1
118 Wakhid Sugiyarto

Sejarah Perkembangan MTA di d) ada tempat yang disesuaikan dengan


Surakarta kemampuan, dan diharapkan suatu
saat dapat memiliki tempat sendiri.
Di kalangan muslim, Islam adalah
Kedudukan organisasi perwakilan pada
jalan dan pandangan hidup bagi yang
prinsipnya berada di tingkat kabupaten,
percaya kehidupan setelah kematian.
dan cabang berkedudukan di tingkat
Sayangnya, sering disalah pahami, agama
kecamatan, kecuali di Yogyakarta. Untuk
tidak lagi menjadi jalan tetapi menjadi
mendirikan kepengurusan sesuai hirarki
tujuan, sehingga banyak yang tidak
kepemimpinan, kepengurusan tingkat
dapat menemukan hakekat beragama
perwakilan harus didirikan dahulu
sebagai penghambaan kepada Tuhannya.
meski hanya satu cabang. MTA terdaftar
Penampilan fisik dan tradisi keagamaan
tanggal 23 Januari 1974 dengan akte
yang menjadi simbol identitas sebuah
notaris R. Soegondo Notodirejo. MTA
paham, kelompok, aliran atau gerakan
bukanlah majelis penafsir al Qur’an,
keagamaan cenderung dibela mati-
tetapi merupakan lembaga dakwah yang
matian, tanpa kritik, dan menanyakan
mencita-citakan Islam dilaksanakan
apakah tradisi itu sesuai dengan
sebagaimana salafusshalih, mengajak
ajaran agama atau tidak. Pada konteks
kembali ke al-Qur’an dan as-Sunnah.
masyarakat Islam Indonesia, banyak
MTA hanya mensosialisasikan al-Qur’an
pengamalan agama tidak didasarkan
tafsiran Kementerian Agama dan kitab
pada ajaran yang dibawa Rasullullah
himpunan yang tersebar di toko buku
Muhammad SAW yang kemudian sering
seperti; Bulughulmaram, Riyadushalihin,
disebut dengan tahayul, bid‘ah, dan
soal jawab agama Islam A. Hassan dan
khurafat (TBC) yang ditentang oleh MTA.
sebagainya.
(Endang Saefuddin Anshori, 1983).
MTA dipimpin seorang imam yang
Majelis Tafsir Al Qur‘an (MTA)
sekaligus sebagai pimpinan tertinggi
Surakarta adalah yayasan yang bergerak
yang tidak diganti sampai wafatnya,
dalam bidang dakwah, didirikan Abd.
sesuai komitmen organisasi yang
Tufail Saputra, 19 September 1972 dan
berdasar al-Qur‘an dan As Sunnah.
dilatarbelakangi oleh kondisi umat Islam
Dicontohkan oleh ustadz Medi bahwa
yang menurutnya tidak menjadi baik
Rasulullah jadi pemimpin, begitu juga
kecuali kembali kepada Al-Qur‘an. (MTA
sahabat, tidak ada penggantian sebelum
Press:2010).MTA kemudian berkembang
mereka meninggal. Dalam mengaji yang
ke berbagai propinsi di Indonesia.
terpenting adalah untuk membenahi
Dewasa ini memiliki 23 perwakilan, 248
diri agar selamat. Oleh karena itu setiap
cabang dan 1.259 pengajian gelombang.
warga MTA memiliki kewajiban; pertama
(MTA Press: 2011).
sanggup mengamalkan pada tingkat
Dalam pengajian, peserta pribadi; Kedua sanggup mengamalkan
membentuk kelompok-kelompok dengan keluarga; dan Ketiga sanggup
pengajian, setelah besar mengajukan mengamalkan ditingkat masyarakat. Al-
permohonan agar dikirim guru, sehingga quran dan sunnah yang kita pelajari harus
kelompok pengajian itu berubah menjadi diamalkan pada diri masing-masing
cabang atau perwakilan baru. Ustadz warga jamaah kemudian keluarga,
Medi menjelaskan, pendirian sebuah sebagai upaya bagi seluruh jamaah MTA
perwakilan/cabang harus memenuhi untuk bisa mengamalkan sesuai dengan
syarat yaitu : a) ada pengurus yang siap Qur‘an dan Sunnah. (Wawancara dengan
mengelola pengajian; b) ada anggota yang Ahmadi, 12 Juli 2011)
istiqomah mau belajar mengaji; c) adanya
kegiatan yang terus menerus dilakukan;

HARMONI Januari - Maret 2012


Dinamika Sosial Keagamaan Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) Pusat di Kota Surakarta Jawa Tengah 119

Model Dakwah Majelis Tafsir Al Qur’an pendidikan dapat dipahami, warga


(MTA) khususi diperintahkan untuk melakukan
kajian terhadap apa yang telah didapatkan
Setiap ormas atau yayasan
selama mengikuti pendidikan.
keagamaan memiliki cara sendiri untuk
membangun solidaritas. Di MTA, semua Warga khususi memiliki posisi
pendukung simpatisan disebut dengan strategis dalam MTA dan diberikan
istilah warga yang dimaksudkan supaya hak dalam pemilihan pengurus. Untuk
bernuansa kekeluargaan. Sebelum pemilihan pengurus pada tingkat
menjadi anggota, calon diberi kesempatan perwakilan, harus warga yang menduduki
mengenal MTA melalui pengajian dan pengurus perwakilan atau cabang.
disebut “mustami’. Seorang “mustami’ Pengurus perwakilan melakukan fit and
yang telah 3-4 kali mengikuti pengajian properties yang secara teknis dilakukan
akan ditanya kesediaan untuk aktif. oleh perngurus perwakilan. Calon
Apabila bersedia maka, diberi formulir pengurus datang satu persatu ditanya
pendaftaran yang berisi peraturan segala hal terkait kesiapan mereka. Hal
organisasi yaitu : niat ikhlas thalabul ini dilakukan karena tanggungjawabnya
ilmi; bermujahadah untuk memahami yang berat, sebab konsekwensinya
pelajaran; menyakini dan mengamalkan sampai mati mengabdi pada agama Islam
secara perorangan, rumah tangga dan lewat jalur organisasi MTA.
masyarakat; tertib dalam berpakaian,
sopan dalam pembicaraan; menjaga
dan menghindari pergaulan bebas; dan Pokok Pengajaran Keagamaan MTA
menyebarluaskan pada keluarga dan
masyarakat tanpa pamrih. Paham keagamaan yang
dikembangkan adalah paham yang
Selain anggota yang disebut warga, merujuk pada Al-Qur‘an dan As-Sunnah.
terdapat anggota yang disebut khususi. MTA terikat dengan konsep-konsep
Sesuai dengan namanya, keanggotaan ini Islam, seperti konsep agama Allah yang
bersifat khusus dan tidak bisa dimiliki disampaikan kepada Nabi Muhammad
oleh sembarang orang, hanya arang-orang s.a.w dan perintah menyiarkan kepada
pilihan saja. Warga khususi memiliki umat manusia dan mengajak mereka
kriteria yang ditetapkan pimpinan pusat untuk memeluknya. Dari sisi aqidahnya
MTA dan syarat cukup berat, dan dilihat tidak lepas dari keyakinan dalam hati
dari keaktifan selama menjadi anggota, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
pengorbanan (jihad), tingkat pengamalan Muhammad adalah utusan Allah yang
ajaran Islam dalam organiasi maupun diwujudkan dalam pernyataan tauhid,
keseharian di masyarakat. yaitu: Asyhadu Anla Illaha Illallah, Wa
Warga khususi wajib mengikuti Asyhadu Anna Muhammadan Rasululllah.
pengajian khusus di Solo setiap hari Karena itu enam unsur pokok keimanan
jum‘at, apabila tidak bisa datang wajib harus ditanamkan pada setiap umat
menyampaikan ijin terlebih dahulu. Ijin Islam. Unsur keimanan diyakini semua,
itu harus didapatkan terlebih dahulu, sebagai satu kesatuan yang utuh.
baru setelah diijinkan diperbolehkan, Enam unsur itu adalah mata rantai
tercuali wargaq cabang yang jauh yang menjadi keharusan keberadaan
seperti Jakarta dan luar Jawa. Warga dan keutuhannya dalam mencapai
khususi wajib mengikuti pendidikan kesempurnaan Iman. Keimanan kepada
khusus jamaah dan imamah. Hal ini Allah, berarti mengimani, membenarkan,
dimaksudkan memberikan perbekalan dan melaksanakan segala ajaran-Nya
tentang pembinaan jamaah, jika hasil dalam al-Qur‘an. Keimanan pada

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. XI No. 1


120 Wakhid Sugiyarto

Muhammad berarti mengikuti segala Al-Qur‘an adalah tuntunan


yang dicontohkannya. (Wawancara sempurna yang meliputi seluruh hal-
dengan Ahmad Sukino di Kantor Pusat ikhwal kehidupan manusia. Dalam Al-
MTA, 13 Juli 2011). Qu‘an disebutkan: “kitab Al-Qur‘an
ini tidak ada keraguan di dalamnya;
Doktrin di atas menjadi landasan petunjuk bagi mereka yang bertakwa”.
ideologis MTA agar warga terhindar dari Sehingga sangatlah jelas bahwa orang
semua kesalahan dalam beragama, yang muslim yang bertakwa kepada Allah,
disebut dengan madzhab al Qur’an dan harus berpedoman kepada Al-Qur‘an.
as Sunnah yang lengkap dan memberikan Fungsi As-Sunnah dalam padangan
bimbingan pada manusia mencapai MTA berkedudukan sebagai penjelasan
keselamatan di dunia dan akhirat. Ketika isi kandungan al-Qur‘an, menjelaskan
orang berpaling dari Al Quran, ia pasti kesimpulan, membatasi kemutlakkannya,
tersesat. Dengan Al-Quran manusia bisa menguaraikan kemusykilan (kesulitan)
mengambil pelajaran-pelajaran untuk nya. MTA mengambil penjelasan tentang
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. kedudukan Al-Qur‘an dengan merujuk
Dasarnya adalah; “Ini adalah pendapat Imam Asy-syathiby sebagai
sebuah kitab (Al-Qur’an) yang Kami berikut :
turunkan, penuh berkah, supaya mereka Pertama, karena Al-qur‘an itu
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya diyakini kebenarannya dengan tegas,
mendapat pelajaran orang-orang yang sedang As-Sunnah keberadaannya
mempunyai pikiran. (QS. Shaad : 29). masih di dalam. Kedua, As-Sunnah itu
“Dan (yang Kami perintahkan) ini adalah adakalanya untuk menjadi penjelasan Al-
jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, Qur‘an semata. Maka dengan sendirinya
dan janganlah kamu mengikuti jalan- As-Sunnah terkemudian setelah Al-
jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu Qur‘an. Ketiga, beberapa hadits dan atsar
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. menunjukkan kedudukan hadits sebagai
Yang demikian itu diperintahkan Allah sumber hukum Islam berada setelah al-
kepadamu agar kamu bertaqwa. (QS. Al- Qur‘an. Diantara petunjuk itu misalnya:
An’aam : 153). Nabi SAW bertanya : ”dengan apa engkau
Kewajiban ibadah yang mendasar menghukumi?” Jawab Mu’adz : dengan
dalam Islam termuat dalam lima rukun Kitab Allah. Nabi SAW berkata : ”Jikalau
Islam. Dalam pengertian rukun, maka tidak kamu dapati? Jawab Mu‘adz :
ibadah itu harus dipenuhi dan ada dengan sunnah Rasulullah”. Tanya Nabi
dalam pribadi-pribadi muslim yang SAW:”Jika tidak kamu dapati?” Jawab
memenuhi persyaratan. Yang utama Mu’adz : ”Saya berijtihad dengan pikiran
yaitu membaca Ashadu Allah ilahailallah saya”.
wa asyahadu anna muhammadarrasulullah”. Konsekuensi dari doktrin yang
Dua kalimat syahadat merupakan anak diyakini itu, ada beberapa hal yang
kunci memasuki ruang rukun Islam menjadi penyebab keresahan. Pertama
yang lain, seperti shalat, puasa, zakat MTA menolak semua praktik ibadah
dan haji di tanah suci. Syahadat adalah yang tidak pernah dilakukan dan di
doktrin tauhid yang menjadi sumber contohkan oleh nabi. Menurut, Ustad
kehidupan jiwa manusia selama dirinya Medi Islam sebelum meniunggalnya nabi
mengabdikan diri kepada Allah. Tauhid sudah sempurna, tidak perlu tambahan
berarti komitmen manusia kepada Allah hal ibadah. Dalam brosur dijelaskan
sebagai fokus dari segala rasa hormat, seseorang yang beribadah hendaknya
rasa syukur, dan segala bentuk ibadah di memahami dengan benar apa dasar atau
tujukan.

HARMONI Januari - Maret 2012


Dinamika Sosial Keagamaan Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) Pusat di Kota Surakarta Jawa Tengah 121

dalil dan landasan dalam beribadah, kalau di sekitar Surakarta, DIY dan diterima
tidak tahu dalilnya jangan sekali-kali dengan baik di Semarang. (wawancara
melakukan ibadah tersebut, sebab hal itu dengan Suhendi dan Umar Rusmanto di
akan sia-sia. Dalilnya yaitu: Dari Abdullah Surakarta pada 16 Juli 2011)
bin Mas’ud bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda, ”Bahwasanya ada dua
perkara (yang penting), perkataan dan Respon Tokoh Agama dan Pemerintah
petunjuk. Sebaik-baiknya perkataan ialah Surakarta
firman Allah, dan sebaik-baik petunjuk
ialah petunjuk Muhammad. Ketahuilah, Respon Tokoh Agama
jauhkanlah kalian dari perkara yang Menurut KH. Abdul Rojak,
diada-adakan, karena sesungguhnya mengatakan bahwa Sakino kalau bicara
sejelek-jelek perkara itu yang diada- bagus dan meyakinkan, tetapi sebenarnya
adakan, dan tiap-tiap yang diada-adakan dasar agamanya sangat kurang, tidak
itu bid’ah, dan tiap-tiap bid’ah itu sesat. bisa bahasa Arab, dan hanya belajar
Kedua, MTA tidak bermadzab. Fiqh dari al Qur’an dan al Hadits terjemahan.
sebagai panduan praktis dalam beribadah Ajarannya banyak dipengaruhi Wahabi,
sudah jadi satu dengan tuntunan yang seperti membid’ahkan semua ajaran
ada dalam Alquran dan Sunnah. Disinilah yang arif kepada budaya lokal, dan
pimpinan mengarahkan anggota untuk yang mengikuti Sunnah seolah-olah
memahami agama dalam versi MTA. hanya MTA. Bagi Abdul Rojak, belajar
Bermadzab adalah bentuk taqlid yang melalui terjemahan tidak masalah karena
dilarang. Ustad Medi mengatakan: “MTA merupakan bagian dari usaha memahami
tidak menganut salah satu madzab yang agama, tetapi jangan disiarkan melalui
ada, tetapi menghormati mereka dan radio, karena dampaknya sangat besar.
mengambil ajaran mereka yang sesuai Apalagi dalam ceramah dan tanya jawab
dengan Al Quran dan Sunnah dan soal agama di radio itu juru bicara MTA
meninggalkan yang tidak sesuai. Madzab sering kelewatan dalam tata bahasa
yang dianut adalah Madzab Al Quran maupun substansi. Warga MTA di mana-
dan as Sunnah. Oleh sebab itu umat mana sering menimbulkan keresahan,
Islam jika ingin beragama yang benar seperti kasus di Berruk, Tawangmangu,
dan lurus harus kembali pada Al Quan dimana masyarakat yang melakukan
dan as Sunnah”. MTA menegaskan, tidak sadranan (bersih desa) dibubarkan oleh
terikat dengan ijtihad para imam madzab, MTA. Ini terjadi sekitar 5 tahun yang
apapun yang berkaitan dengan ibadah lalu. Kasus yang sama muncul pula
dan kehidupan sosial lainnya, warga di Purworejo dan Ngawi Jawa Timur.
MTA harus berpegang pada Al Quran Dewasa ini MTA berkembang pesat di
dan as Sunnah. Ketiga, menolak praktik mana-mana, khabarnya hampir setiap
Islam bercampur dengan budaya lokal bulan meresmikan cabang baru berbagai
seperti yasinan, tahlilan, manaqiban, daerah di Indonesia. Yang mengherankan
selamatan dan sebagainya. (wawancara adalah terjadinya rekruitmen anggota
dengan Ustazd Sukino, Agus, dan Ustadz yang cepat dan militan. Situasi seperti
Medi di kantor MTA 12 Juli 2011). ini meresahkan hati KH Abdul Razak,
yang menurutnya jika ikut MTA, anggota
Pengajian Ahad pagi diperuntukan diperas, seperti harus bayar zakat, infak,
untuk umum dan disiarkan langsung shadaqah dan seterusnya. (Wawancara
radio MTA FM frekuensi 109,7 MHZ dan dengan KH. Abdur Rojak, dan
TV MTA. Cakupan radio MTA ini cukup Muhammad Faishal, Pengasuh Ponpes
luas bisa mencapai seluruh kabupaten Al- Muayyad, tanggal 13 Juli 2011)

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. XI No. 1


122 Wakhid Sugiyarto

Sementara menurut Abdul Karim, klas bawah sampai elit. Memiliki KBIH,
selama ini pemerintah menganakemaskan ambulan, balai klinik, sekolah boarding
MTA, dan menganaktirikan yang lain, school, korban hewan musim haji luar
sehingga MTA berkembang pesat di biasa. Namun akhir-akhir Sukino ini
mana-mana. Secara politis, keberadaan sudah berubah sehingga tidak segalak
MTA tidak berbahaya, meskipun sering dulu, dan yang dulu dibid’ahkan sekarang
menimbulkan keresahan. Sukino memang terserah saja. (Wawancara dengan Abdul
orang terdidik, pensiunan guru agama di Karim, di Surakarta pada 14 Juli 2011).
salah satu madrasah Kementerian Agama.
Secara sosiologis, orang yang
Sukino saat ini adalah rohaniawan rumah
mengikuti ajaran agama model MTA,
sakit Yarsis, milik Muhammdiyah.
menjadi merasa lebih besar dari pada
(Wawancara dengan Ahmad Solekhan,
kelompok lain, meskipun fakta sosialnya
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah
ternyata kecil. Hal ini adalah karena
Indonesia (DDII) Surakarta di Surakarta,
mereka selalu berkumpul dalam jumlah
17 Juli 2011).
besar dan heboh mengikuti pengajian
Dalam mengembangkan agama, ahad (jihad) pagi di kantor pusat Jln.
tidak seperti Abdullah Tufail yang Mangkunegaran. Para ulama mengatakan
awalnya tidak membicarakan khilafiah, bahwa dakwah dan tarbiyah serta transfer
tetapi melawan upacara hari senin dan ilmu agama adalah indikasi menguatnya
tirakatan. Setelah diganti Sukino, terjadi individu. Individu ini kemudian tidak
pro dan kontran dalam keluarga Tufail. Di menyadari ketika perasaan seolah
Purworejo ada adik Tufail yang memiliki komunitas adalah asset penting untuk
pesantren, maka ketika MTA mau jangka pendek dan panjang. Transfer
membuka Cabang di Porworejo, keluarga ilmu agama yaitu mengantarkan para
Tufail yang ada di Purworejo marah. santri menjadi lebih kuat agamanya,
Semangat penolakan ini ditangkap PC NU kesatriaan, dan memiliki kebanggaan
Purworejo sebagai peluang penolakan moralitas. Ketika manusia merasa tidak
secara massal di Purworejo. (Wawancara ada hubungan roh dengan Tuhan maka
dengan Abdul Karim, di Surakarta pada yang terjadi adalah adigang adigung
14 Juli 2011). Rumah di mana warga adiguno (jumawa). Kondisi seperti inilah
MTA belajar, disegel masyarakat dan yang dipertontonkan warga MTA saat
didukung oleh NU Cabang Purworejo. ini, tidak menghormati orang lain.
Apabila ada pengajian MTA, selalu (Wawancara dengan Dian Hanafi -Radio
diadakan pengajian tandingan oleh non Gema Suaraku- di Surakarta, 14 Juli 2011)
MTA dan laud spekernya dihadapkan ke
Sementara Kyai Abdullah Fakih
rumah tersebut. Kejadian ini berlangsung
mengatakan bahwa akibat dakwah model
cukup lama, kemudian warga MTA
MTA, masyarakat menjadi terkotak-kotak
melapor kepada Polres untuk membuka
dan kearifal lokal yang menjadi ujung
segel rumah karena akan digunakan.
tombak kerukunan dalam masyarakat
Ketika disegel sempat terjadi keributan,
tergerus. MTA dalam dakwahnya
tetapi karena warga MTA didampingi
polisi akhirnya rumah itu bisa dibuka hanya menuruti hawa nafsu, tidak
dan dimanfaatkan oleh pemilikinya yang mempertimbangkan akibat lebih jauh dari
memang warga MTA. Menurut Abd. dakwah yang disampaikan. Masyarakat
Karim, ajaran Sukino bertolak belakang awam menjadi bingung karena hampir
dengan Abdullah Tufail. Abdullah Tufail semua elit agama tidak bersatu dan
tidak mengungkit khilafiah melalui radio seperti mencari menang sendiri saja.
dan tv. Perkembangan MTA sangat pesat (Wawancara dengan Kyai A. Fakih, Guru
karena menguasai semua lini kehidupan Tafsir Masjid Agung di Surakarta, 14 Juli
2011)
HARMONI Januari - Maret 2012
Dinamika Sosial Keagamaan Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) Pusat di Kota Surakarta Jawa Tengah 123

Sementara Omar Rosyidi, mengikuti model ajaran atau pemahaman


mengatakan ajaran MTA memiliki keagamaan yang dikembangkan. Kalau
kecenderungan menuju pendangkalan tidak bersedia mendengar atau melihat,
aqidah, dan terlalu berani maka tidak perlu mendengarkan radio
menyederhanakan pamahaman agama dakwah MTA atau nonton MTA TV.
Islam, sehingga muncul anggapan bahwa Sementara itu yang berkecenderungan
pendapat ulama dan mujtahid tidak kuat tradisional tentu saja mempersoalkan
(delegitimasi ulama). Menurutnya agama model dakwah MTA yang dianggapnya
Islam itu mudah jika mau mudah dan meresahkan masyarakat.
akan kesulitan jika menganggap Islam
itu agama yang sulit. Islam kelompok
yang telah mapan dianggap MTA sebagai Dinamika Sosial Keagamaan Majelis
pemahaman agama yang berat dan berat Tafsir Al-Qur’an
pula dijalankan. (wawancara dengan
Omar Rosyidi di Surakarta, 17 Juli 2011). Dari sejumlah kasus yang ada,
Seorang guru SMK I Solo mengatakan salah satu faktor yang menyebabkan
bahwa MTA telah menimbulkan konflik adalah pemimpin agama telah
keresahan dan kegundahan umat karena memunculkan faham keagamaan
penyudutan terhadap peribadatan yang tertentu sebagai sebuah wacana yang
tidak sesuai dengan fahamnya. Tetapi meminggirkan wacana-wacana lain,
diakui bahwa MTA dalam menjalankan sehingga faham tersebut tidak sekadar
dakwah dengan cara modern, yaitu merupakan faham keagamaan, namun
melalui radio dan tv, sehingga jangkauan juga merupakan kekuasaan. Karena
informasi keagamaan masuk ke seluruh faham keagamaan berjalinan dengan
lapisan masyarakat. Displin keanggotaan kepentingan kekuasaan, maka mudah
MTA sangat tinggi, sehingga dengan dipahami bahwa konflik dan kekerasan
mudah MTA berkonsolidasi organisasi adalah merupakan pilihan cara yang
dan mengembangkan sayap ke seluruh seringkali digunakan. Selain itu dari
Indonesia. (ًawancara dengan Trimo sisi sejarah, konflik teologis dalam umat
Guru Agama SMK I Surakarta, Mantan Islam tidaklah semata-mata berawal
anggota PP MTA yang mengundurkan dari cara pandang keagamaan semata-
diri di Surakarta bersama dengan 21 mata, namun juga berawal dari ekspresi
temannya pada tanggal 15 Juli 2011). politik yang muncul pada dekade awal
perkembangan Islam. Ekspresi politik
muslim dalam perkembangannya
memuat kompetisi dan persaingan
Respon Pemerintah Surakarta
sampai dengan penafsiran simbol-simbol
Geger masalah dakwah MTA masuk demi penguasaan atas institusi-institusi
juga ke Kantor Kementerian Agama formal dan informal untuk mendukung
Surakarta, dalam bentuk beberapa surat penafsiran simbol dan kekuasaan.
pengaduan sebagai ungkapan kegelisahan Penggunaan Islam sebenarnya sekadar
atas sepak terjang dakwah MTA. Namun, merupakan jembatan dan bahasa politik
para pegawai di kantor tersebut juga untuk mendapatkan legitimasi. Bahasa
terbelah dalam memahami sepak terjang tersebut dikelola oleh para mediator,
MTA. Bagi mereka yang pahamnya yaitu mereka yang modifikasi dan
cenderung modernis mengatakan mengelola Islam pada keadaan tertentu
bahwa dakwah model MTA tidak perlu dan untuk tujuan tertentu, sebagimana
dipersoalkan, karena harus seperti diperlihatkan dalam kasus penolakan
itulah Islam. Para da’i MTA tidak salah masyarakat Purworejo Jawa Tengah.
karena tidak memaksa orang lain untuk (Suara Banyumas, 1 April 2011).

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. XI No. 1


124 Wakhid Sugiyarto

Hasil temuan lapangan terkait kalangan umat Islam, karena perbedaan


dengan dinamika kehidupan sosial praktek pelaksanaanya berbeda dengan
keagamaan, nampak jelas dari pola ibadah yang dipraktekkan masyarakat muslim
dan dakwah yang dilakukan MTA. MTA umumnya. Pengertian umum dalam
berupaya untuk mengembalikan praktek konteks penelitian ini menggunakan
pemahaman agama dan ibadah umat pendekatan maintream agama Islam di
Islam pada masa-masa awal kenabian, Indonesia yaitu praktek peribadatan yang
sehingga MTA sebenarnya tidak jauh beda dilakukan oleh kelompok tradisional,
dengan Salafiyyah, Muhammadiyah, sehingga praktek-praktek ibadah yang
Persis, LDII, dan sebagainya. Beberapa dianggap sama dengan kelompokini tidak
pihak mengemukakan bahwa satu atau dikaji paparkan lagi dalam penelitian ini.
dua dekade terakhir telah mencuat istilah
gerakan salaf. Ungkapan salaf sebenarnya Posisi yang diperlihatkan MTA
sudah dikenal di kalangan ulama. Al- jelas mendorong konflik keagamaan
Salaf adalah ungkapan yang mengarah ke karena ajaran MTA yang menolak segala
arah tiga generasi umat Islam awal yaitu bentuk peribadatan yang dicampurkan
sahabat, tabi‘in dan tabi‘ut tabi‘in. Dakwah dengan budaya lokal, sebab hal tersebut
salafiyyah sendiri kalau dalam konteks menjadikan Islam tidak murni lagi. Oleh
bahasa kita bisa diartikan dakwah yang karena itu meskipun MTA menyatakan
mengacu pada metodologi para ulama tidak mengganggu masyarakat yang
salaf. Dalam arti itu, maknanya sama menjalankan ibadah tersebut namun
dengan Ahlussunnah Wal Jama‘ah, namun kelompok lain menilai MTA telah
berbeda dengan Ahlussunnah Wal Jama‘ah memojokkannya, menjelek-jelekan
dalam pandangan NU. Sebagaimana dan membid’ahkannya. Doktrin MTA
juga istilah Ahlussunnah yang diakui oleh kemudian dipraksiskan penganutnya
berbagai kalangan yang berbeda-beda. dengan jalan menghindari tradisi
masyarakat yang dianggap sebagai bid’ah.
Penjelasan tentang prinsip Aqidah Dalam konteks masyakat Surakarta
dan Syariah yang menjadi pegangan persingungan dengan munculnya
MTA menunjukan bahwa implementasi problem keagamaan juga didasari pada
sikap keimanan kepada Allah seorang perbedaan pemahaan ajaran agama,
muslim adalah melalui praktek ibadah karena secara sosiologis masyarakat
seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Solo adalah berpaham sebagaimana
Muhammad SWA. Sebaik apapun ibadah dikembangkan oleh muslim tradisional.
jika tidak pernah dicontohkan oleh Nabi
maka ibadah tersebut termasuk dalam Dalam pandangan MTA orang yang
kategori bid‘ah, dan semua bid’ah dalam beragama secara murni adalah orang
pandangan MTA adalah sesat yang yang beragama Islam tanpa mencampur
tidak akan berfaedah, bahkan diancam agama dengan tradisi. Islam harus
masuk neraka. Meskipun keompok lain, dipahami sebagaimana apa adanya,
misalnya kelompok tradisional yang sebagaimana yang telah ada dalam Al
diekspresikan oleh Kyai Abdul Radjak Quran dan Hadist Nabi. MTA menyatakan
dan kawan-kawan sebagai informan, dengan tegas Islam dikatakan sebagai
menolak jika apa yang dituduhkan agama yang sempurna, paling unggul
MTA itu bid’ah. Jadi masalah bid’ah dan tidak ada yang mengungguli. Jalan
ini sebenarnya masih debatable. Itulah keselamatan yang diajarkan Al Quran
sebabnya perbedaan dalam memahami dan Sunnah telah lengkap dan mutlak
isi kandungan Al-Qur‘an dan As Sunnah, dijalankan tanpa ditambahi, penambahan
berakibat seringnya terjadi perselisihan budaya lokal oleh sebagian kalangan umat
pendapat dalam amalan ibadah di Islam adalah bentuk bid’ah yang nyata.

HARMONI Januari - Maret 2012


Dinamika Sosial Keagamaan Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) Pusat di Kota Surakarta Jawa Tengah 125

Karena bid’ah ini akan menjurus pada bahwa ajaran nabi tidak sempurna dan
perbuatan perbuatan syirik yang dilarang kita dilihat lebih pandai dari pada Nabi
oleh Agama. Ustad Ahmad Sukino Muhammad. (HR. Tsalatsah, disahihkan
menganjurkan jama’ah agar semua amal oleh Ahmad).
ibadah yang dilakukan diketahui dengan
baik apa dasarnya, baik dalam Al Quran Dalam berbagai pengajian para
maupun dalam Hadist. Jika ia tidak ustad MTA dengan tegas menjelaskan
mengatahuinya maka sebaiknya ia tidak persoalan tersebut sebagai persoalan
menjalankan ibadah tersebut, karena yang diada-adakan. Persoalan yang
itulah taqlid. sebenarnya “laisa min Islam” yang
digunakan dalam Islam. Ustadz Sukino,
Selama ini berberapa ibadah tidak pernah melarang orang tahlilan,
yang berbaur dengan tradisi lokal yang yasinan, mitoni dan lainnya. “Tetapi
dipandang bertentangan dengan Islam ketahuilah bahwa hal tersebut tidak ada
dan tidak ada dasarnya dalam Al Quran dalilnya dari Al Quran dan Sunnah. Kalau
antara lain praktik membaca tahlilan 7 tidak ada dalilnya maka saya mengatakan
hari, 40 hari dan 100 hari bagi orang yang itu bukan ajaran Islam. Hal ini tidak
meninggal dunia, kenduri, slametan, bermaksud MTA melarang kelompok
sedekah bumi, ruwatan, ziarah kubur lain untuk menjalaninya, tetapi kalau ada
dengan menabur bunga dikubur, mitoni yang mengundang kami, mohon maaf
dan berbagai praktik sosial lainnya. MTA saya tidak bisa datang. Kedatangan kami
melihat kesemua praktik tersebut sebagai pada acara yang menurut kami tidak
bentuk sinkritisme ajaran Islam dengan sesuai dengan ajaran Islam, itu artinya
budaya lokal Jawa. Semua persoalan kami setuju. Maka yang terbaik adalah.
di atas dalam pandangan MTA adalah bagimu amalmu dan bagiku amalku”.
persoalan yang baru yang diada-adakan, Begitulah kira-kira makna doktrin MTA.
sebab pada masa nabi belum pernah
mengadakan hal tersebut, yang kemudian Fakta sosial keagamaan yang
disebut dengan bid’ah yang mesti harus melahirkan konflik diatas itu harus
dijauhi oleh seorang muslim. diredam dan menyadari bahwa toleransi
sejati adalah bisa menerima kehadiran
Potensi kedua yang rentan terhadap orang lain, siapaun dia. Manusia tidak
konflik adalah persoalan ibadah yang bisa mengklaim dirinya paling benar,
tidak diajarkan oleh Islam seperti dzikir karena ada kebenaran pada orang lain.
bersama, tahlilan, membaca manaqib, dan Kebenaran absolut ada ditangan Allah
membaca al Berzanji serta Sholawatan. (Tuhan). Manusia tidak bisa semena-
Mengenai persoalan membaca kitab mena menjustifikasi kesalahan pada
manaqib, MTA menjustifikasi bahwa kelompok agama lain. Pluralitas
membaca manaqib para wali, terutama adalah fitrah dan keharusan sejak awal
Syeih Abdul Qadir Jailani adalah manusia dan alam diciptakan. Al-
perbuatan yang sia-sia sebab hal ini bukan Qur‘an sebagai kalam Allah mengakui
ibadah yang tidak dicontohkan. Mengenai bahwa perbedaan adalah sesuatu yang
persoalan yasinan, tahlilan dan dzikir wajar, dan bahkan merupakan rahmat.
bersama, MTA sangat keras melarangnya, Islam mengakui perbedaan bahasa dan
karena perbuatan yang tidak pernah warna kulit, kemajemukan suku-suku
dicontohkan oleh nabi. Dalam pandangan dan bangsa-bangsa, penciptaan segala
MTA, nabi merupakan sosok sempurna, sesuatu berpasang-pasangan dan tidak
juga semua ajarannya. Mengadakan tunggal, mengakui perbedaan pemikiran
ibadah yang tidak dilakukan oleh nabi, dalam kapasitas intelektualitas masing-
sama artinya dengan mengatakan masing manusia, mengakui kebebasan

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. XI No. 1


126 Wakhid Sugiyarto

berkeyakinan, untuk masuk dan keluar turunkan kepadamu Al Quran dengan


dari agama tertentu. Allah melalui al- membawa kebenaran, membenarkan apa
Qur‘an mengingatkan: Tidak ada paksaan yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
dalam agama. Sesungguh-nya telah diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
jelas jalan yang benar dan yang salah. terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka
Karenanya itu barang siapa yang ingkar putuskanlah perkara mereka menurut
kepada Thaghut dan beriman kepada apa yang Allah turunkan dan janganlah
Allah maka sesungguhnya ia berpegang kamu mengikuti hawa nafsu mereka
pada tali kokoh yang tidak putus. Allah dengan meninggalkan kebenaran yang
Maha Mendengar dan Mengetahui. (QS. telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap
Al-Baqarah: 256). umat diantara kamu, Kami berikan aturan
dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
Dalil-dalil Al-Quran juga
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-
menunjukkan bahwa kemajemukan
Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak
atau pluralitas ummat manusia
menguji kamu terhadap pemberian-Nya
adalah kenyataan yang telah menjadi
kepadamu, maka berlomba-lombalah
kehendak Tuhan. Dalam Kitab Suci Al-
berbuat kebajikan. Hanya kepada
Qur‘an kembali Allah mengingatkan:
Allah-lah kembali kamu semuanya,
Hai manusia, sesungguhnya Kami
lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa
menciptakan kamu dari seorang laki-laki
yang telah kamu perselisihkan itu. (QS.
dan seorang perempuan dan menjadikan
Al Maa‘idah: 48). Jadi tidak ada dalam
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
pandangan Islam suatu masyarakat
suku supaya kamu saling kenal mengenal.
yang monolitik dan mendasarkan pada
Sesungguhnya orang yang paling mulia
satu asas. Doktrin Islam menganggap
di antara kamu di sisi Allah ialah orang
perbedaan sebagai fitrah, seharusnya
yang paling bertakwa di antar kamu.
masyarakat yang berbeda keyakinan
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
diberikan kebebasan menjalani agamanya
lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat: 13).
dan menjalani kehidupannya dengan
“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya
tenang dan damai.
Allah menjadikan kalian satu umat (saja),
tetapi dia memasukkan orang-orang yang
dikehedaki-Nya kedalam rahmatnya.
Dan orang-orang yang zalim tidak ada Penutup
bagi mereka seorang pelindungpun dan Dari deskripsi diatas, dapat
tidak pula seorang penolong”. disimpulkan bahwa perkembangan MTA
Pluralitas pemahaman keagamaan yang berdiri tahun 1972 oleh Abdullah
merupakan Sunnatullah, sebagai Tufail Saputra cukup pesat, memiliki 23
sebuah hukum alam yang tidak akan perwakilan (wilayah), 248 cabang dan
berubah, tidak bisa dilawan atau 1.759 pengajian gelombang. Adapun
diingkari. Islam adalah agama yang Model dakwah MTA Surakarta yaitu
Kitab Suci-nya dengan tegas mengakui pengajian khusus, pengajian umum,
hak agama-agama lain, kecuali yang pengajian gelombang, pengajian,
berdasarkan paganisme, untuk hidup kelompok dan melalui elektronik dalam
dan menjalankan ajaran masing-masing bentuk tausiah dan tanya jawab agama
dengan penuh kesungguhan. Setiap Islam melalui radio MTA dan MTA TV.
kelompok manusia dibuatkan oleh Tuhan Ajaran pokoknya adalah kembali pada al
jalan dan tatanan hidup, agar manusia Qur’an dan al Hadits dan membersihkan
dengan sesamanya berlomba dalam ajaran Islam dari taqlid, bid’ah dan
kebaikan. Firman Allah:“Dan Kami telah churafat. Jaringan kerja dakwah dan
pengembangan organisasi dilakukan

HARMONI Januari - Maret 2012


Dinamika Sosial Keagamaan Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) Pusat di Kota Surakarta Jawa Tengah 127

dengan multi level marketing (mlm), Dakwah melalui radio sangat bagus,
yaitu dengan pembinaan sebanyak- tetapi jangan sampai menunjuk kelompok
banyaknya di level akar rumput umat lain sebagai pengamal bid’ah. Lebih arif
Islam di seluruh Indonesia, kemudian jika, MTA cukup menyatakan amalan-
membentuk pengajian gelombang atau amalan yang dimaksud belum ditemukan
kelompok-kelompok kecil, membentuk dalilnya. MTA perlu menjelaskan secara
cabang, daerah dan kemudian perwakilan. terus menerus pengertian bid’ah dengan
Penggalian dana dilakukan melalui infaq, khilafiyah, karena sebagian besar umat
shadaqah, jariyah, dan sebagainya. Sistem Islam masih belum bisa membedakannya.
kepemimpinan di MTA adalah imamah, MTA adalah organisasi dakwah
sehingga seorang imam menduduki dan juga melakukan pengumpulan
jabatan tersebut seumur hidup. dana, maka sebaiknya MTA berubah
menjadi ormas keagamaan, tidak boleh
Sementara respon tokoh agama, sebuah yayasan seperti sekarang ini.
yaitu bagi kelompok tradisional Hendaknya respon dilakukan dengan
memandang MTA itu bermasalah tabyyun dan usahakanlah untuk dialog,
dan meresahkan, karena mudah karena dialog adalah jalan membangun
membid’ahkan dan merasa benar sendiri. kesepahaman dalam menjaga kerukunan
Bagi kelompok modernis, MTA adalah hidup beragama. Sebaiknya Kantor
teman seperjuangan kembali pada al Kementerian Agama memfasilitasi
Qur’an dan as Sunnah. Keresahan dan dialog intern umat beragama agar terjaga
ketegangan sosial keagamaan sebenarnya keharmonisan hidup beragama dan
disebabkan oleh sikap kekurangdewasaan memantapkan syi’ar Islam. Pemerintah
umat Islam saja, jadi yang berseberangan perlu mensosialisasikan bagaimana cara
merasa dipojokan, dijelek-jelekkan dan berdakwah di tengah masyarakat yang
disalahkan melalui pengajian khusus, pluralis, sehingga pola-pola dakwah
pengajian umum dan elektronik, yang humanis, tidak memaksa dan
meskipun tidak demikian sebenarnya. menyalahkan dapat dimengerti dan
dipahami oleh masyarakat.

Daftar Pustaka

Al-Qur’an dan Terjamahanya, Departemen Agama RI, Jakarta, 2001.


Ariyanto, Nur (1105047), Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, 2010 “Strategi Dakwah
Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) Melalui Radio MTA 107,9 FM Surakarta”
Asqalani, Ibn Hajar. HR. Bulughul Maram, Tsalatsah dan disahihkan oleh Ahmad.
Barton, Greg, dalam Barry Rubin (Ed.), Guide to Islamist Movement Volume I, New York:
ME. Sharpe, 2010.
Darmanto, Peranan MTA dalam Perubahan Sosial, mengetahui dan mempelajari peranan Majlis
tafsir Al-Qur’an (MTA) dalam perubahan sosial di Desa Ngrombo.
Jamil, M. Mukhsin et.al., Semarang: Walisongo Mediation Center, 2009
Jamhari dan J. Jahroni, Gerakan Salafi Radikal di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. XI No. 1


128 Wakhid Sugiyarto

Jinan, Mutohharun, “Dinamika Gerakan Islam Puritan di Surakarta: Studi tentang Perluasan
Garakan Majelis Tafsir Al-Quran,” 581-602, dalam Panitia ACIS, “The 11th Annual
Conference on Islamic Studies: Merangkai Mozaik Islam dalam Ruang Publik untuk
Membangun Karakter Bangsa,” Bangka Belitung, 10-13 Oktober 2011.
Khalimi, MA, Ormas-ormas Islam: Sejarah, Akar Teologi dan Politik, Jakarta: Gaung Persada
Muhammad Sulthon (dkk) Semarang: Walisongo Mediation Center, 2009
MTA, Riwayat Hidup Abdullah Tufail Saputra, Majelis Tafsir Al Qur’an (MTA) Solo, 2010
Mufid, Ahmad Safi’i (Ed), Gerakan Keagamaan Transnasional: Kasus Gerakan Syi’ah dan
Hizbut Tahrir Indonesia (HT), Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2010.
Sugiyarto, Wakhid (Ed), Gerakan Keagamaan Transnasional: Kasus Gerakan Salafi, Ikhwanul
Muslimin dan Jama’ah Tablig, Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2010
Sulthon, Muhammad dan Solihan. Walisongo Mediation Center, 2008
Wahid, Abdurrahman (Ed.), Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional
di Indonesia, Jakarta: Gerakan Bhinneka Tunggal Ika, The Wahid Institute dan
Maarif Institute, 2009.
Wiktorowicz, Quintan, Islamic Activism: A Social Movement Theory Approach, USA: Indiana
University Press, 2004.

Dokumen dan Media Cetak

Dokumen MTA, Thaharah Tanpa Tahun.


Dokumen:Kumpulan Brosur Ahad Pagi tentang Sunnah dan Bid‘ah diambil dari Kitab
Al-Muwafaqaat
Dokumen Kumpulan Brosur Ahad Pagi tentang Sunnah dan Bid‘ah, hal 27, diambil
dari HR. Ibnu Majah juz 1).
Dokumen Kumpulan Pengajian Ahad Pagi, oleh Ustad Budi Harjani pada pengajian
ahad pagi
Republika, 12 Januari ’99
Tekad No. 18/ 1-7 Maret ’99
Media Indonesia, 11 maret’99
Kompas, April’99
Haedar Nashir dalam Republika 8/1’99
Suara Banyumas, 1 April 2011

HARMONI Januari - Maret 2012

Anda mungkin juga menyukai