OTONOM
Kelompok 3
NAMA ANGGOTA
KELOMPOK
ROSA DWI
ISTIANA SYAMSIATI
MAULIDDINA
SAVIRA (23130024)
(23130062)
FAYEZ ADIMASYQI HILDA MAULIDA AL AULIA
(23130034) (23130091)
WINDI SARTIKA
(23130037)
SUSUNAN SARAF OTONOM (AUTONOM)
Saraf otonom adalah sistem saraf yang mengendalikan berbagai fungsi tubuh
yang berjalan secara otomatis, tanpa kesadaran kita. Sistem ini memainkan peran
kunci dalam mengatur fungsi-fungsi seperti detak jantung, tekanan darah,
pernafasan, pencernaan hingga suhu tubuh.
Berikut ini adalah penjelasan tentang susunan saraf otonom sebagai berikut:
1.Sistem Saraf Simpatik
Sistem saraf parasimpatik yang mengatur respon istirahat dan pencernaan, yaitu
mekanisme tubuh untuk memulihkan energi dan memperbaiki jaringan tubuh.
Fungsi utama sistem saraf parasimpatis adalah menurunkan denyut jantung,
menurunkan tekanan darah, dan menyaring saluran udara.
Fungsi utama sistem saraf parasimpatik adalah mengatur respon rest and digest,
yaitu mengontrol berbagai aktivitas tubuh saat sedang istirahat serta mengaktifkan
penernaan dan metabolisme. Fungsi saraf ini dianggap berlawanan dengan fungsi
sistem saraf simpatik, karena membantu tubuh menjadi lebih rileks.
Sistem saraf parasimpatik juga mengatur beberapa fungsi yaitu:
Sistem saraf ini merupakan gabungan antara sistem saraf simpatik dan
parasimpatik yang terdapat di saluran pencernaan, mulai dari lambung,
usus halus, hingga usus besar atau kolon.
Sistem saraf enterik berfungsi dalam mengatur proses pencernaan,
kontraksi atau pergerakan otot-otot saluran cerna, hingga proses buang
air besar.
Gejala Gangguan Sistem Saraf OtonomKetika sistem
saraf otonom mengalami kerusakan atau gangguan,
kinerja dan fungsinya akan terganggu. Kondisi ini
biasanya dapat ditandai dengan munculnya beberapa
gejala, seperti:
1.Hipotensi ortostatik, yaitu kondisi yang membuat seseorang merasa pusing
ketika tubuh tiba-tiba beranjak dari duduk atau berbaring.
2.Keringat berlebih (hiperhidrosis) atau sebaliknya tidak dapat berkeringat
dengan normal (anhidrosis).
3.Gangguan pencernaan, seperti sembelit, diare, atau sulit menelan (disfagia).
4.Gangguan kandung kemih, seperti susah buang air kecil atau justru tidak bisa
mengontrol proses buang air kecil (inkontensia urine).
5.Gangguan penglihatan, seperti mata kabur atau pupil mata tidak bereaksi
terhadap cahaya.
6.Masalah seksual, misalnya disfungsi ereksi dan vagina kering.
TERIMAKASIH>.<
― Irene M. Pepperberg