Anda di halaman 1dari 12

PROSES INTEGRASI BANGSA

INDONESIA PADA MASA ISLAM

JARINGAN KEILMUAN NUSANTARA


1. Siapa kah nama foto digambar 1?
2. Apakah kalian ingat dengan 9 wali?
3. Apakah kalian pernah mendengar para ahli?
Bagaimana penyebaran agamanya?
D. Jaringan Keilmuan Nusantara

Sistem pendidikan pada masa Islam


telah menjadi sarana penting untuk
meningkatkan wwasan dan
pengetahuan. Dalam proses pendidikan
Islam, ulama dan lembaga pendidikan
memegang peranan penting.

1. Peran Ulama

Islamisasi di Indonesia berkembang seiringmunculnya dakwah yang dilakukan


oleh mubalig atau ulama. Para ulama yang didatangkan oleh sultan biasanya
berasal dari Timur Tengah dan kalangan pribumi atau ulama lokal. Para ulama
tersebut kemudian diberi kedudukan sebagai penjabat negara. Selain itu, para
ulama berperan memberikan pengajaran agama Islam di masjid-masjid istana.
Peran ulama dalam islamisasi adalah sebagai berikut:

Peranan Wali Sanga dalam


Poses Islamisasi

Proses islamisasi di Jawa tidak terlepas dari peran para ulama yang dikenal sebagai
wali. Ada sembilan wali yang memiliki pengaruh luas dan kedudukan penting.
Sebagian besar wali berkedudukan di kota-kota pelabuhan sebagai pemimpin politik
dan agama.
Wewenang para wali tidak mencakup bidang keagamaan. Wewenang para wali juga
mencakup berbagai bidang termasuk politik. Otoritas para wali di bidang politik
sebagai berikut:

1) Seseorang wali tidak mengembangkan wilayah, tetapi


memiliki pengaruh politik luas.
2) Seorang wali memiliki pengaruh politik sebagai
penasihat atau pangima perang raja.
3) Seseorang wali memiliki pengaruh politik secara mutlak
dengan mengembangkan wilayah dan mendirikan
kerajaan. Sunan Gersik Sunan Ampel
Para wali di Jawa menggunakan gelar “sunan”
yang berarti “orangyang dijunjung tinggi atau
paling dihormati. Sembilan wali yang memiliki
pengaruh luas di Jawa disebut Wali sanga.
Selain sembilan wali tersebut ada beberapa
wali lokal yang berperan dalam menyebarkan
Sunan Bonang Sunan Giri Sunan Drajat
Islam yaitu:

1) Syekh Siti Jenar atau syekh Lemah Abang


2) Syekh Abdul Muhyi
3) Sunan Tembayat
4) Sunan Geseng
5) Sunan Sendang Duwur atau Raden Noer
Rahman Sunan Kalijaga Sunan Kudus Sunan Muria
6) Sunan Panggung

Dalam menyebarkan agama Islam para wali menggunkan cara-cara tertentu


agar lebih mudah diterima oleh masyarakat. Para wali menyesuaikan
beberapa nilai dan tradisi lama dengan ajaran Islam sepeti sebagai berikut:

Sunan Gunung Jati


1) Kesastraan selalu penuh dengan konsep-konsep mistik.
2) Penggunaan wayang sebagai media dakwah.
3) ompleks makam yang disusun mirip punden berundak.
4) Bangunan makam dan hiasannya menunjukan akulturasi
budaya Islam dan Hindu.

Peranan Para Sufi dalam Proses


Islamisasi

Dalam perkembangannya islamisasi juga dilakukan melalui tasawuf oleh para sufi. Sufi
merupakan sebutan untuk oarng yang mengajarkan tasawuf. Tasawuf merupakan praktik
keagamaan dalam Islam untuk menemukan kesadaran dan pencerahan batin. Ajaran
tasawuf berhubugan erat dengan unsur mistik.

Di Jawa kaum sufi memperkenalkan ajaran tasawuf melalui tarekat-


tarekat dan kesastraan suluk. Tarekat merupakan metode dan jalan
yang ditempuh untuk mencapai tujuan tasawuf. Sementara itu,
suluk merupakan karya satra yang mengandung unsur mistik dari
ajaran tasawuf. Beberapa wali seperti Sunan Bonang memadukan
ajaran Islam dengan mistik sehingga menimbulkan sinkretisme.
Dalam menyebarkan agama Islam mereka memadukan unsur-
unsur budaya pra-Islam dengan ajaran Islam.
Seperti penyebaran Islam secara umum, penyebaran berbagai tarekat di indonesia juga
mengikuti jalur perdagangan. Aceh dikenal sebagai pusat perdagangan dan pusat
penyebaran agama Islam. Aceh menjadi pelindung para ulama yang ingin berdakwah
menyebarkan agama Islam. Oleh karena itu, di Aceh muncul beberapa tokoh tasawuf
terkemuka seperti Hamzah al-Fansuri dan Syamsudin as-Sumatrani. Keduanya dikenal
sebagai sufi dan pengarang. Ahli tasawuf pada pemerintahan Suktan Iskandar Thani
adalah Nuruddin ar-Raniri.

1. Lembaga Pendidikan

Perkembangan pendidikan Islam ditandai


dengan munculnya pendidikan dan pengajaran
Islam di berbagai tempat yaitu sebagai berikut

a. Pendidikan Islam di Lembaga


Pengajian Tingkat Dasar

Di jazirah Arab pendidikan tingkat dasar dikenal dengan istilah Kuttab atau Maktab.
Lembaga tingkat dasar pendidikan Islam mulai diberikan kepada anak-anak berusia lima
tahun yang mendapat pelajaran menghafal surah pendek. Saar berusia 7-8 tahun anak-
anak mulai diajarka membaca huruf Arab.
Pelajaran ini biasanya diberikan setelah usai salat Magrib.
Setelah anak dapat membaca Al-Quran, pelajaran akan
dilanjutkan dengan membaca kitab-kitab Fikih. Pada
lembaga pengajaran tingkat dasar metode pembelajaran
dilakukan secara individual.

b. Pendidikan Islam di
Istana

Perkembangan pendidikan Islam di istana sangat ditentukan oleh dukungan para


penguasa kerajaan. Raja atau sultan biasanya mendatangkan ulama dari mancanegara
untuk memberikan pengajaran Islam. Para sultan dan pejabat kerajaan juga menerima
pendidikan Islam dari para ulama. Selain digunakan sebagai pusat pemerintahan
kompleks istana kerajaan berkembang sebagai pusat pendidikan dan pengajaran Islam

c. Pendidikan Islam di
Pesantren

Kata pesantren berasal dari kata sanskerta, shastri berarti orang yang
mengerti kitab suci agama Hindu. Lembaga pendidikan pesantren
berkembang di Jawa dan Madura.
Pesantren selalu memiliki lima elemen dasar, yaitu
pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam
klasik dan kiai. Pesantren yang memiliki pengaruh
besar pada masa Islam adalah pesantren Ampel
Denta dan Giri Kedaton.

Materi-materi yang diajarkan dalam pesantren antara


lain bahasa Arab, tafsir Al-Quran, fikih, hadis dan
adab, tafsir tauhid, tarikh, tasawuf serta akhlak.
Materi tersebut biasanya diajarkan kepada santri
dengan menggunakan metode sorogan dan
badongan.

Istilah sorongan berasal dari kata sorog yang berarti


menyodorkan. Dengan itu metode pengajaran sorongan
mengharuskan para santri menghadap guru atau kiai satu
per satu dengan menyodorkan kitab yang akan
dipelajarinya.
Dalam metode badongan santri mengikuti pelajaran
dengan duduk di sekeliling kiai. Para santri akan menyimak
keterangan yang dibacakan oleh kiai pada kitabnya
masing-masing. Metode ini biasanya digunakan dalam
pembelajaran yang dihadiri oleh banyak santri. Metode
bandongan biasanya diterapkan pada jejang pendidikan
tingkat menengah dan tinggi. Para santri yang mengikuti
pelajaran dengan metode bandongan diharuskan sudah
pernah mengikuti metode sorongan secara intensif.

Pada masa Islam lembaga pendidikan (madrasah) yang


berkembang di setiap daerah memiliki istilah berbeda-
beda. Di Aceh madrasah dikenal sebagai meunasah,
rangkang, dan dayah. diMinangkabau madrasah dikenal
dengan istilah surau, serta di Jawa disebut langgar.
Y o u
an k
Th

Anda mungkin juga menyukai