Anda di halaman 1dari 80

IMPAKSI

MOLAR
KETIGA
DHENOK ANGGI,
DRG NADIA ANDINI,
DRG AYULFA PUTRI,
DRG
DIMAS BRAMANTO, DRG
FERNANDO JOHANES, DRG
HENRY ADHY, DRG
PPDGS BEDAH MULUT DAN
MAKSILOFASIAL FKG UNIVERSITAS
AIRLANGGA
ANGKATAN 33
SUBTOPI
K 01 DEFINISI, KLASIFIKASI IMPAKSI MOLAR KETIGA

02 INDIKASI

03 KONTRA INDIKASI

04 ODONTEKTOMI MOLAR KE- 3 RB

05 ODONTEKTOMI MOLAR KE- 3 RA

PERAWATAN PASCA BEDAH DAN PENATALAKSANAAN


06 KOMPLIKASI PASCA BEDAH
07 RESPONSI & OPTEK ODONTEKTOMI
DEFINIS
IGigi erupsi sebagian a t a u t e r p e n d a m
t o t a l dengan posisi yang berlawanan
dengan gigi yang lain, t e r t a h a n tulang
atau jaringan lunaksehingga t i d a k
memungkinkan untuk erupsi
dengan
baik sesuai dengan posisi anat omi
- (Archer, 1975)

Suatu k e a d a a n dimana gigi mengalami


kegagalan untuk erupsi p a d a lengkung
rahang dalam rongga mulut pada
w a k t u p e r t u m b u h a n yang diharapkan
- (Peterson, 2 0 0 4 )
ETIOLOG
I Theory (Teori Evolusi)
Phylogenic
Rahang manusia menjadi semakin kecil karena faktor
karakteristik diet sehingga erupsi M3 terhambat
karena ruang tumbuh tidak terakomodir

Mendel
ian
Theory
(Variasi
Geneti
k) Malik NA,
ETIOLOG
I
FAKTOR LOKAL
• Erupsi terhalang oleh karena: FAKTOR
a. Posisi gigi tsb; SISTEMIK
• Faktor Prenatal : Herediter,
b. Posisi gigi sebelah;
Miscigenation.
c. Tulang yang menutupi gigi
• Faktor Postnatal : Ricketsia,
• Kurangnya ruang dalam
Anemia, TBC, Congenital
rahang oleh karena : gigi
Syphillis, Malnutrisi
berjejal dan supernumerary
• Gangguan Kelenjar Endokrin
teeth.
• Gangguan Herediter : Down’s
• Ankylosis
Syndrome, Hurler’s Syndrome,
• Retensi gigi sulung (tidak
Osteopetrosis, Cleidocranial
teresorbsi)
Dysostosis, Cleft Palate,
• Tulang alveolar padat
Oxycephaly, Achondroplasia,
• Keadaan patologis pada
dll
jaringan lunak dan keras di
sekitar gigi impaksi
(infeksi/abses)
Balaji, 2009
EFEK GIGI IMPAKSI

a. Infeksi
b. Pericoronitis
c. Alveolar abses : akut / kronis
d. Osteitis kronis suppurative
e. Nekrosis
f. Osteomyelitis
g.Kecenderungan karies karena
penumpukan sisa makanan
AKIBAT GIGI IMPAKSI
h. Rasa sakit
• ringan : sekitar / pada gigi
(terlokalisir) atau karena mendesak
struktur gigi yang berdekatan
• berat : facial neuralgia
• Tic douloureux (tajam dan spontan)
• Intermittent, konstan, periodik
i. Resorbsi gigi yang berdekatan
j. Kista, tumor, fraktur
KLASIFIKASI IMPAKSI M 3
RA
Berdasarkan posisi aksis M3 RA dengan aksis M2 RA serta
hubungan dengan sinus maksila (Archer, 1975) :
• Mesioangular*
• Distoangular*
• Vertical**
• Horizontal*
• Buccoangular*
• Palatoangular*
• Inverted*

*Non Sinus Approximation


**Sinus Approximation
KLASIFIKASI IMPAKSI M 3
RAkedalaman impaksi M3 dibanding M2 (Archer)
Berdasarkan
Kelas A Kelas B
Kelas C
KLASIFIKASI IMPAKSI M 3
RB
Berdasarkan posisi aksis M3 RB dengan aksis M2 RB
menurut Winter (1926) :
Ada tiga garis imajiner, WAR lines yaitu White, Amber, Red . White
line ditarik sepanjang oklusal gigi molar kesatu dan kedua dan
berakhir di atas molar ketiga.
Amber line berjalan sepanjang tulang alveolar diantara gigi molar 1
dan 2 hingga distal sepanjang linea oblik interna.
Red Line ditarik tegak lurus dari white line. Jika lebih dari 5mm
dianggap merupakan pencabutan sulit dan indikasi menggunakan GA.
• Mesioangular
• Distoangular
• Vertical
• Horizontal
• Bukoversi
• Linguoversi
• Inverted
KLASIFIKASI POSISI
GIGI IMPAKSI M3
RB
Berdasarkan kedalaman impaksi M3 dibanding M2
Berdasarkan kedalaman relatif
Menurut Pell and Gregory (1933)
gigi molar :
Kelas A : Cusp tertinggi dari M3
sejajar dengan oklusal gigi M2.
Kelas B : Cusp tertinggi dari M3
berada diantara bidang oklusal
dan garis servikal M2.
Kelas C : Cusp tertinggi dari M3
berada di bawah garis servikal
M2.
KLASIFIKASI POSISI
GIGI IMPAKSI M3
RB
Berdasarkan ruang yang tersedia antara ramus mandibula
dengan distal M2 :
Berdasarkan hubungan antara Ramus
Mandibula dengan distal gigi M2 :
Menurut Pell and Gregory (1933) Kelas I : jarak antara distal gigi M2
dengan ramus mandibula sama atau
lebih besar dari mesiodistal gigi M3
(Cukup ruang)
Kelas II : jarak antara distal gigi M2
dengan ramus mandibula lebih kecil dari
mesiodistal gigi M3 (Kurang ruang) Kelas
III : Seluruh mesiodistal gigi M3 berada di
dalam ramus mandibula (tidak ada ruang)
DEFINISI
ODONTEKTOM
I
• Suatu tindakan bedah di bidang bedah mulut dan
maksilofasial yang bertujuan mengeluarkan g i g i - gigi
yang t e r t a n a m atau
impaksi yang tidak d a p a t dilakukan dengan prosedur
p e n c a b u t a n biasa. (Danudiningrat, 2 0 0 6 )

• Pencabutan gigi dengan p e m b u a t a n flap mu ko p eri o t eal dan


pengurangan tulang sekitar akar gigi sebelum
pengaplikasian daya untuk p e n c a b u t a n gigi -
(Sted man, 1982 )
INDIKASI
ODONTEKTOM
I• Gigi molar ketiga diperkirakan tid ak d a p a t
erupsi sempurna dengan baik pada
lengkung gigi
• Terlihat gambaran radiolusen di sekitar ma h k o ta
gigi impaksi
• Te r d a p a t keluhan rasa sakit atau pernah merasa
sakit
• Gigi yang impaksi t e r l i h a t mendesak gigi molar
kedua
INDIKASI
ODONTEKTOM
I• Diperkirakan
ortodonsia
akan mengganggu p e r a w a t a n

• Akan mengganggu p e r a w a t a n di bidang konservasi


atau p e m b u a t a n ma h k o ta gigi pada gigi
molar kedua
• Te r d a p a t keluhan neurologi, misalnya:
cephalgia, migraine, pain lokal akan
diteruskan ( r e f f e r e d )
• Merup akan p e n y e b a b karies pada molar kedua
karena retensi makanan
INDIKASI
ODONTEKTOM
I• Telah
gigi molar
t e r j a d i d e fe k pada jaringan periodontal pada
kedua
• Karies distal molar kedua yang disebabkan oleh
posisi gigi molar ketiga
• Sumber infeksi karena karies atau
p e n y e b a b perikoronitis
• Terlibat dalam suatu kelainan patologis,
misalnya kista

(Danudiningrat, 2 0 0 6 )
KONTRA
INDIKASI
ODONTEKTOMI
• Tidak ada kontraindikasi absolut untuk tindakan
o d o n t e k t o m i, kecuali menyangkut keadaan kesehatan
umum penderita.
(Danudiningrat, 2 0 0 6 )

• Te r d a p a t ruang yang cukup untuk erupsi


• Dapat erupsi sempurna dan berfungsi
• Risiko pengambilan lebih tinggi daripada m a n f a a t
• Pasien dengan risiko p e m b e d a h a n t e rja d i fraktur dan
atropi
•Kondisi sosial ekonomi
(Balaji, 2 0 0 9 )
FAKTOR PENYULIT
ODONTEKTOMI
• Bentuk anatomis akar terpisah atau
mengalami fusi dengan gigi
sebelahnya
• Bentuk akar yang bengkok, baik
dalam arah mesial, distal
atau berbentuk
seperti kait
• Letak akar gigi t e r h a d a p
nervus alveolaris inferior
• Bentuk akar yang divergen
sehingga menjadi retensi/
FAKTOR PENYULIT
ODONTEKTOMI
• Gigi yang ankylosis dan hipersementosis
• Penderita yang sensitif t e r h a d a p benda asing di dalam
rongga mulut
• Mulut yang s e m p i t dan l idah yang besar
• Kepadatan tulang yang ekstrim
• Gigi yang t e r l e t a k pada zona yang dalam

• (Danudiningrat, 2006)
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
1. Pemeriksaan kondisi umum & vital sign pasien
2.Pemeriksaan klinis dan penunjang
(radiologi gigi, laboratorium bila
diperlukan): klasifikasi
impaksi gigi dan fakto r p e n y u l i t
3. Informed consent
4. Persiapan pasien : ganti baju, masuk OK
5.Persiapan operator : ganti
baju, cuci tangan, masuk OK
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
6. Persiapan alat dan bahan
1. Duksteril 11. Tang potong tlg
2. Alat suntik + obat anestesi (ro u n g erfo rcep s)
3. Kacamulut, pinset, sonde 12. Bonefile +
4.C h e e k / l i p ret. sharp
& tounge r e t r a c t o r currette
5. Scalpel + handle 13.Pinset
scalpel chirurgis +
anatomis
6.Periosteal
14.Needle holder +
elev ato r
jarum jahit + benang
(rasparatorium)
15.Gunting (scissor)
7. Handpiece
lowspeed + 16.Aspirator tip +
mata bur suctions a p p a ra tu s
8. Elevator lurus/ 17.Tampon / kassa steril
bengkok + Danudiningrat, 2006
18. Syringe
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
7. Asepsis Pasien
Asepsis adalah prinsip bedah untuk m e m p e r t a h a n k a n keadaan
bebas kuman.
Keadaan asepsis merupakan syarat mutlak dalam tindakan
bedah Teknik asepsis : cara & tindakan yang
diperlukan untuk m e n c a p a i keadaan bebas kuman patogen

• Ekstraoral : dengan alkohol 70%


• Intraoral : dengan povidone iodine 10%

Danudiningrat, 2006
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
8. An e s t esi Pa sie n
( Pe n c a b u t a n M3
RB )

Kamadjaja, 2019
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
8. An e s t esi
( Pe n c a b u t a n
Pa sie n
M3 RA)

•Anterior Palatine Nerve Block:


pada mukosa pal atal diatas
foramen palatinus mayus yg
t e r l e t a k d i a n t a r a gigi m2 dan m3
sejauh kira2 10mm dari margin
gingiva

• Infiltrasi lokal pada


mucobucal fold
Kamadjaja, 2019
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
9. Pembuatan
Prinsip :
flap
• Kebutuhan ruang yg cukup untuk pengeluaran gigi
• Tidak memotong pembuluh darah dan nerve
• Tersedianya supply darah yang cukup untuk kelangsungan hidup flap
• Tersedianya flap yang cukup untuk penutupan tulang yg terekspose.
• Usahakan insisi dengan satu gerakan

Hupp et al, 2019


TAHAPAN
ODONTEKTOMI
dengan Mandibular Anestesi
• Persyarafan dan pembuluh darah: desain diusahakan
menghindari saraf &pembuluh darah vital yang
t e r l e t a k didalam
• Tersedianya bone support yang cukup utuk p en u tu p an flap
• Tipe flap yang sering digunakan: Triangular Flap, Envelope Flap

Hupp et al, 2019


TAHAPAN
ODONTEKTOMI
Triangular Flap
• Dibuat dengan m e m b u a t 1
insisi vertikal ke arah
coronal dan
horisontal menyusuri
gingival
margin. Tipe ini sering
digunakan dalam tindakan
odontektomi
• Indikasi :
a.Pengambilan fragmen
sisa akar gigi
b. Api koektom i Hupp et al, 2019
c.O d o n t e k t o m i M3 dan C
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
Triangular Flap
• Keuntungan:
a.Blood supply
di peroleh dengan o p t i m a l
b. Reposisi f lap mudah.

• Kerugian:
c. Penjahitan lebih sulit
d. Ekstensi insisi verti kal
m e m u d a h k a n t e r j a d i n y a tegangan
yang m e n y e b a b k a n rasa nyeri dan
p e n y e m b u h a n lama
Hupp et al, 2019
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
Envelope Flap
• Dibuat dengan insisi
menyusuri gingival margin :
Indikasi :
- Alveolektomi pada gigi
tunggal.
-O d o n t e k t o m i gigi impaksi caninus
RA

Hupp et al, 2019


TAHAPAN
ODONTEKTOMI
Envelope Flap
• Keuntungannya:
-Blood Supply diperoleh dengan
optimal.
- Reposisi flap mudah.

• Kerugiannya :
-Penjahitan lebih sulit karena
dikerjakan d i a n t a r a g i g i - gigi

Hupp et al, 2019


TAHAPAN
ODONTEKTOMI
10 . Teknik O d o n t e k t o m i dengan split t e c h n i q u e
Tulang yang m enut up gigi diambil
seminimal mungkin dengan perkiraan
besar setengah dari besar gigi yang
akan diambil. Pada saat
pemotongan tulang melakukan dan
menggunakan bur, gigitidak
dengan boleh
dilakukan secara blind akan t e t a p i
operator harus d a p a t melihat secara
langsung daerah yang dilakukan
pengeboran. Tindakan pengeboran
secara blind akan dapat
m e n y eb ab k a n terjadinya trauma yang
tidak diinginkan di jaringan
sekitarnya. Danudiningrat, 2006
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
10 . Teknik O d o n t e k t o m i
Selanjutnya dilakukan pemotongan gigi
yang biasanya dimulai dengan memotong
pertengahan mah ko ta gigi molar ketiga
kearah bifurkasi atau melakukan
pemotongan pada region servikal u ntuk
memisahkan bagian mah ko ta dan akar
gigi. Selanjutnya dilakukan pemotongan
menjadi b a g i a n - bagian lebih kecil sesuai
dengan kebutuhan. Mahkota gigi d a p a t
dipotong menjadi dua sampai empat
bagian, demikian pula bagian
akarnya, kemudianp a d a b a g i a n - bagian
t e r s e b u t dikeluarkan satu per satu.

Danudiningrat, 2006
ODONTEKTOMI KELAS IIC
MESIOANGULAR
ODONTEKTOMIKELAS IIC
HORIZONTAL
ODONTEKTOMI KELAS IIC
DISTOANGULAR
TEKNIK
ODONTEKTO
MI RA
ODONTEKTOMI M 3
RA
• Faktor Penyulit Odontek RA :
Sempitnya ruang yang tersedia
di an tara M2 dan regio tuber
maksilaris atau karena RA
hanya mempunyai tulang
prosesus alveolaris pendek
yaitu hanya sampai gigi M2
sehingga gigi M3 impaksi
terletak di luar lengkung
prosesus alveolaris.

Danudiningrat, 2006
ODONTEKTOMI M 3
RA
• Gigi impaksi d a p a t t e r l e t a k di regio tu b e r maksilaris / di atas akar gigi
M2 sehingga hanya d i d a p a t k a n lapangan operasi yang sempit.
• Pada gigi M3 impaksi dimana masih t e r d a p a t sedikit tulang
prosessus alveolaris di bagian posterior M2, tindakan o d o n t e k t o m i M3
RA impaksi relatif lebih mudah karena masih cukupnya akses menuju
regio M3 impaksi.
• Teknik insisi mempunyai prinsip yang sama dengan RB yaitu
m e m p e r t a h a n k a n keutuhan gingival a t t a c h m e n t gigi di sampingya

Danudiningrat, 2006
PRINSIP ODONTEKTOMI M 3
RA
• Setelah
M2
flap dibuat, dilakukan pengambilan tulang di bagian distal
RA setinggi perkiraan letak mahkota gigi M3 impaksi
mahkota gigi. Selanjutnya apabila gigi sebesar telah terlihat,
gigi diungkit
dengan bein dengan arah ungkit menuju distobukal.

• Metode split juga digunakan pada RA pada kasus


technique impaksi seperti tipe III sering untuk dapat
mesioangular gigi impaksidiperlukan
mengeluarkan

Danudiningrat, 2006
DESAIN FLAP
UNTUK
ODONTEKTOMI
• ENVELOPE
FLAP M3
RA
• TRIANGULAR
FLAP
DESAIN FLAP
UNTUK
ODONTEKTOMI
•INSISI TRIANGULAR
FLAP M3
RA

• PEMBUATAN FLAP
• MUKOPERIOSTEAL
DESAIN FLAP
UNTUK
ODONTEKTOMI
•INSISI TRIANGULAR
FLAP M3
RA

• PEMBUATAN FLAP
• MUKOPERIOSTEAL
TEKNIK ODONTEKTOMI M 3
RA
Gerakan luksasi selalu
diarahkah ke distobukal
dan oklusal.
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
11. Kuretase, dilakukan
kuretase untuk mengeluarkan
kapsul gigi dan jaringan
granulasi

12.Irigasi:
irigasi
dengan air
steril
atau
larutan
Danudiningrat, 2006
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
13 . Suturing :
Penjahitan dilakukan mulai dari
ujung flap di bagian distal molar
kedua dan dilanjutkan kearah
an t er i o r dan selan ju t nya ke arah
posterior

Suturing >> mengembalikan flap


Suturing
mengikat : pembuluh
Suatu t in d akan darah untuk
atau
mendekatkan a n t ar a t ep i
jaringan dengan suatu m a t er i al
atau bahan t e r t e n t u .

Danudiningrat, 2006
TAHAPAN
13. ODONTEKTOMI
Suturing
Tujuan :
• Aproksimasi jaringan;
• Menahan jaringan lunak
pada t e m p a t n y a ;
• Mengurangi p erdarah an
post e k s t r a k s i / o d o n t e k t o m i ;
• Membantu
mempercepat
p e m b e n t u k a n blood
clot;
• Mencegah masuknya benda
asing ked alam luka (ex:
makanan);
• Jika terlalu r a p a t □ e x u d a t
Danudiningrat, 2006
tid ak dapat
TAHAPAN
13. ODONTEKTOMI
Suturing
Prinsip :
• Jarum harus masuk tegak lurus
t e r h a d a p p e r m u k a a n yang dijahit
• Jarak t e p i luka dan t e m p a t masuknya
jarum harus a d e k u a t untuk mencegah
rob ekn ya jaringan saat m e m b u a t
simpul jahitan
• Jahitan b e rtu ju a n m e n d e k a t k a n te p i
luka, oleh karena itu t i d a k boleh
terlalu k e t a t
• Simpul jahitan harus
d ile t a k k a n di margin luka
bukan di atas luka
• Simpul jahitan m e m p u n y a i
beberapa Danudiningrat, 2006
TAHAPAN
13 .ODONTEKTOMI
Suturing
Suturing yang biasa dilakukan pada tin dakan
o d o n t e k t o m i molar ketiga adalah: Interrupted
dengan silk n o . # 3 dan needle suture
round t y p e .
TAHAPAN
13 .ODONTEKTOMI
Suturing : Cara memegang n e ed le holder
dan memposisikan jarum. Selalu memegang jarum di
bagian 1 / 3 nya.
TAHAPAN
13 .ODONTEKTOMI
Suturing : Cara memasukkan jarum ke mukosa.
Selalu memposisikan jarum 9 0 d e ra ja t.
TAHAPAN
13 .ODONTEKTOMI
Suturing : Manuver jarum saat suturing
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
14. Instruksi
• Gigit t am p o n 3 0 ’ - 6 0 ’
• Tdk m e n g h i s a p - hisap luka
• Tdk diperkenankan Pada keadaan
k umur-2 .
perdarahan ringan diperkenankan untuk menggigit
t a m p o n kembali.
• Fungsi kunyah dikurangi
• Kompres es pada EO ( p i p i ) selama 15’ setiap setengah
jam sampai 4 jam setelah odontektom i, hal ini akan
mengurangi per dar ahan dan pembengkakan
• Jaga kebersihan luka
• Diperkenankan makan dengan d i e t lunak

Danudiningrat, 2006
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
• Setelah makan
dengan luka obat
dir endam ( t d k boleh
a n t i s ep t i k dan
kumur)
boleh
kumur 24 jam p a s c a o d o n t e k
dipergunakan hanya
tomi
• Menjaga kebersihan mulut dengan t e t a p
menggosok gigi dengan hati 2 dan
dihindari untuk berkumur keras
• Hindari makan dan minum panas
• Kontrol 1 , 3,7 hari post odontektomi
◦ Mengetahui ada t i d a k n y a perdarahan, kondisi
luka, rasa sakit, sisa obat yang diresepkan
◦ Melihat ada t i d a k n y a infeksi sekunder,
benang suturing, oral hygiene, sisa obat
yang diresepkan
◦ Lepas jahitan, Danudiningrat, 2006
TAHAPAN
ODONTEKTOMI
14. Kontrol
- Inspeksi
luka
- Irigasi
-a. Aff
Selalujahitan sisi benang
:menggunting yang simpul, d e k a t
tidak ada
dengan
gingiva ke arah yang
b. berlawanan
Tarik simpul
KOMPLIKASI
PERIOPERATIF
KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M 3
RA
• 1 . Fraktur t u b e r o s i t a s maksila
Tx: m e m b u a t flap m u k o p e r i o s t e a l di bukal, bebaskan
t u b e r o s i t a s & M 3 RA dr jar lunak, kemud ian jahit primer

• 2 . Terjadi oroantral co mu n icatio n


Tx: m e m b u a t flap mukoperiosteal untuk menutup
oroantral c o m u n i c a t i o n ( p e d i c l e flap: bukal f l a p / p a l a t a l
f l a p / b r i d g e flap), kemud ian jahit primer

Hupp et al, 2019


KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
3. Perdarahan
• Hentikan tindakan, pastikan b e k u a n / a l i r a n darah
tidak m e n y u m b a t jalan nafas
• Segera cari sumber p e rd a ra h a n pada jaringan
keras atau jaringan lunak.
• Lakukan penghentian secara mekanis dengan
“dep”
dengan kasa tampon (dengan atau tanpa
vasokonstriktor) sesuai dengan luka
sumber perdarahan.p e rm u k a a n

Hupp et al, 2019


KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
3. Perdarahan
• Bila p e r d a r a h a n t a m p a k masif, lakukan p e m b e r i a n
p e n g h en tia n p e r d a r a h a n secara lokal dengan m e m a k a i
obat obatan p eng hen ti perdarahan (Koagulan.
adrenalin dll)
• Lakukan p e n u t u p a n luka secara primer.
• Bersihkan darah b erleb ih dengan suction dan spooling
dengan PZ untuk darah yang m e m b e k u di luar area
kerja
• Pastikan p e r d a r a h a n b e r h e n t i

Hupp et al, 2019


KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
4. Fraktur Tulang Mandibula
• Jarang terjadi
• Pada ekstraksi M 3 RB
dengan
tenaga yg besar & t a n p a
fiksasi, banyak tulang yang
dibuang, tehnik yang
buruk Ptx:
• Reposisi dan fiksasi
• IDW / IMF

Hupp et al, 2019


KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
4. Dislokasi TMJ
• Etiologi :
a.Tenaga berlebihan
t a n p a fiksasi;
b.Pasien
dengan r i w a y a t
dislokasi
berulang

Hupp et al, 2019


KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
4. Dislokasi TMJ
• Penanganan :
Reposisi dengan
manipulasi jari:
k e d u a i bu jari p a d a
p e r m u k a a n oklusal,
ditekan ke bawah

Hupp et al, 2019


KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
6. H e m a t o m a dan Ecchymosis
• Perdarahan yang
membeku & membentuk
massa p a d a t
sepanjang per m ukaan
fasial/
periosteum atau dibawah
kulit
• Terjadi secara IO atau EO
• Terapi :
◦ d a p a t hilang sendiri
◦ kompres hangat
◦ salep heparin
sebagai antikoagulan
KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
7. Emphysema
• M er u p ak an akumulasi udara pd
jaringan lunak, t er asa sep er t i
gelas r e t a k (snowball crepitasi)
dapat
t er j ad i krn :
❖Penggunaan handpiece kecepatan t inggi
❖Peningkatan tekanan IO
karena bersin, batuk, dll
• ❖ Pemakaian H 2 O2 pd daerah
operasi
• Penanganan :
• D a p at hilang sendiri
• Kompres panas dingin bergantian
• Penekanan dengan dressing Hupp et al, 2019
alkohol kearah soket
KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
8. Trauma pada Syaraf
• Sering pada RB t e r u t a m a
pengambilan M3: n.alv inf, l
ingualis, mentalis
• Menyebabkan p ar estesi dan
anastesi
total pd bibir dan l idah, persiten
atau p er m a n en

• Dpt d iseb ab kan :


◦ ➢ Trauma jarum suntik
◦ ➢ Pemakaian tang dengan
tenaga besar
◦ ➢ Akar gigi yg mengenai
kanalis
Hupp et al, 2019
KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
8. Trauma pada Syaraf
Penatalaksanaan : n n nbnbb n b b bb bbm

• Pemijatan dengan terapi panas


•Obat- obatan Neurotropik:
Vitamin B 12 1500μg/hari
Vitamin B6 50mg/hari
Vitamin B1 300mg/hari
Na Diklofenak 50mg/12 jam (jika
ada nyeri)

(Gazoni FM, 2016)


KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
9. Infeksi
• Infeksi d a p a t timbul b e b e r a p a hari post op,
menyebabkan penyembuhan luka t e r l a m b a t
• infeksi ini timbul krn
:
◦ trauma berlebihan
◦ bedah pd
jaringan
terinfeksi &
alat t d k steril
◦ kead aa n
sistemik
◦ pasien
Lokal : sakit, e r i t e m a , bengkak, pus/
fistel
◦ OH buruk respirasi meningkat
◦ Sistemik: d emam, l i m p h a d e n o p a t i , nadi
&
Hupp et al, 2019
KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
9. Infeksi
• Penanganan :
• D e bri dem en & irigasi daerah operasi
• insisi drainase pada daerah pus
• pemakaian obat kumur
• Antibiotik + antiinflamasi,
• Prophilaksis AB d a p a t diberikan
sebagai pencegahan sebelum
operasi

Hupp et al, 2019


KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT
ODONTEKTOMI M 3
10. Dry Socket
• Soket tanpa adanya
blood clot disertai
rasa sakit yang
ber at,
halitosis,
kadang trismus.
• Sering timbul pada
hari k e - 2 post
ekstraksi,
banyak pd RB
Hupp et al, 2019
karena sedi ki tnya
KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
10. D ry S o c ke t

Pe n a n g a n a n :

a. Ir i ga s i de n g a n sa lin e

b.Ins e r s i Io d o f o r m dr

e s s i ng ( ct h : al v o gy l ,

al v a n e s )

c.Ko n t r o l 3 - 4 h a r i , ul ang pr o s e

du r a - c hi ngga ke lu h a n

m e r e da

d.Di b e r i k a n a n a l ge s i k , Hupp et al, 2019


KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
11.Nekrosis Jaringan
Mukosa Timbul karena :
•Tehnik p e n y u n t i k a n yang
buruk, t e k a n a n berlebihan
• Flap dengan dasar s e m p i t
•P e r a w a t a n post operasi yg buruk
Penanganan:
D e b r i d e m e n dgn H 2 O2 + Na Cl
Pemberian salep k o r t i k o s t e r o i d
A n ti b i o t i k + antiinflamasi + o b a t
kumur Hupp et al, 2019
KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
12.P emb en g k a k a n
• P emb en g k a k a n post op
m e r u p a k a n Kondisis normal
akan m e n c a p a i p u n c ak dlm
4 8 - 72 jam post op
• Penanganan :
◦ k o mp re s dingin 24 jam
pertama

Hupp et al, 2019


KOMPLIKASI PERIOPERATIF SAAT ODONTEKTOMI M
3
13.Trismus : tidak dapat/
t e r b a t a s n y a m e m b u k a mulut
• Dapat t i m b u l krn :
• pembengkakan post operasi
14.infeksi otot pengunyahan
( t r a u m a / anastesi yg b e r l e b i h a n )
• Penanganan :
• ➢ kompres panas dingin b erg an t i an
• ➢ latihan buka mulut
• ➢ Antiinflamasi + d i e t lunak
Hupp et al, 2019
DAFTAR PUSTAKA
• Ra h ay u , S r i . " Odo n t e kt o m i , Ta t a l a k s a n a Gi g i Bu n gs u
Imp ak s i ." E - Jo u r n a l Wi dya Ke s e h a t a n d a n
Li n g ku n g a n , vo l. 1 ,n o . 1,2014.

• Arc h e r, W. H a r r y. O R AL S U RG E RY : A S t e p - by- St ep At l as of
O p erat ive Te c n i q u e . U S A : W.B . Saunders C
o. 1964.
• Pe t e r s o n . C o n t e m p o ra r y O ra l and Maxillof
acial S u r g e r y, 4ed.St.
Lo u i s : M o s by. 2 0 0 4 .
• Ja m e s R . H u p p { e t a l } . ( 2 0 1 9 ) .C o n t e m p o ra r y O ra l andMa
x i llo f a c i a l Su r g ery
DAFTAR PUSTAKA
• Pe d e r s e n , G o r d o n W. Bu k u Aj a r Pr a k t i s Be d a h Mu l u t . Ja k a r ta : E
GC.

1996.
• Da n u d i n i n g r a t P Co e n . Odo n t e kt o m iM e t o de Sp l i t Tech

n i qu e p ada Gi g i M o l a r Ke t i g a . S u r a b a y a : Ai r la n gg a

Uni v ers i t y P r es s . 2006


• At k i n s o n , Jo. Operating Room Te c h n i q u e , 7

ed . C al i f o r n i a : Mo s b y. 1 9 9 2 .
• Fr a g i s k o s , D. Fr a g i s k o s . Oral S u r ge r y. A th e n

s , G r e e c e . S p r i n ge r Sci en ce &Bu s s i n e s s Me d i a . 2 0 0 7 .
DAFTAR PUSTAKA
• Daware SN, Balakrishna R, Deogade SC, Ingole YS, Patil SM, Naitam DM. Assessment of

postoperative discomfort and nerve injuries after surgical removal of mandibular third

molar: A prospective study. J Family Med Prim Care. 2021 Apr;10(4):1712-1717. doi:

10.4103/jfmpc.jfmpc_280_19. Epub 2021 Apr 29. PMID: 34123917; PMCID:

PMC8144789.
• Gazoni FM, Malezan WR, Santos FC. B Complex Vitamins for Analgesic Therapy. Rev

Dor.Sao Paulo. 2016;17(1):52-6.

Anda mungkin juga menyukai