Anda di halaman 1dari 20

8th grade

ONTOLOGY ILMU
KEALAMAN SEBAGAI
BIDANG KAJIAN FILSAFAT

Dosen Pengampu : Dr. Setiyo Prajoko, M.Pd.


Anggota Kelompok 6

01 Afifa Bunga P.R.


02 Lailia Nurrohmah
2010305088 2010305090

03 Lina Hakim 04 Khoviva Ika Y.


2010305107 2010305112
Materi Yang Dibahas
Proses Karakteristik Ilmu
01 Terbentuknya Ilmu 04 Kealaman
Kealaman
Metode Anatomi Ilmu
02 Mendapatkan Ilmu 05 Kealaman
Kealaman

Aplikasi Metode Nilai-Nilai Ilmu


03 Ilmiah 06 Kealaman
Proses Terbentuknya Ilmu Kealaman
Manusia lahir Bersentuhan dengan alam Pengalaman
di bumi

Alam Alam Komunikasi


memberikan memberikan alam dan
rangsangan rangsangan manusia
pancaindra pancaindra

Pengalaman itu waktu demi waktu bertambah, karena manusia ingin mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang
hakiki : Apa, bagaimana, dan mengapa, baik atas kehadirannya di dunia ini, maupun atas segala benda yang telah
mengadakan kontak dengan dirinya. Manusia secara sadar atau tidak, akan mengadakan reaksi terhadap rangsangan
alam. Pengalaman inilah yang memungkinkan terjadinya pengetahuan, yakni kumpulan faktafakta objek atau the
bundle of facts. Kumpulan fakta itu selalu bertambah selama manusia masih berada di atas bumi dan selalu
mengalihkan fakta-fakta itu dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Metode
Mendapatkan
Ilmu
Kealaman
Aplikasi Metode Ilmiah
Aplikasi metode ilmiah yang dilakukan para ilmuwan 4. Verifikasi Empiris
ketika melakukan penelitian dapat diikuti langkah- Pembuktian dilapanagan mecakup
langkahnya sebagai berikut : banyak hal, yaitu :
1. Masalah Penelitian
• Sesuai dengan pola pikir induktif, maka biasanya a. Menyatakan Asumsi-asumsi Penelitian
langkah pertama adalah peneliti tertarik pada suatu hal Landasan dasar yang memberikan
yang khusus, yang ingin diteliti. Agar dapat diteliti, petunjuk penafsiran kesimpulan yang akan
maka hal yang khusus tersebut harus berupa masalah. didapat.
2. Penyusunan Kerangka Berpikir b. Membuat Rancangan Penelitian
Untuk mewujudkan kebenaran koherensi Strategi mengatur latar penelitian
dari hipotesis yang dirumuskan. Oleh sebab itu, agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai
peneliti sebenarnya melakukan penikiran deduksi. dengan karakteristik variabel dan tujuan
3. Perumusan Hipotesis penelitian.
Berasal dari katanya, hipotesis berasal c. Menetapkan Populasi dan Sampel
dari kata hypo yang berarti dibawah dan thesa yang Strategi untuk mengatur latar
berarti kebenaran. Oleh sebab itu, karena penelitian agar peneliti memperoleh jumlah data
kebenarannya masih “di bawah” maka hipotesis perlu yang memdai sesuai dengan karakteristik variabel
diuji kebenarannya dan tujuan penelitian, sehingga mendapatkan
• validitas eksternal yang maksimal.
Aplikasi Metode Ilmiah
d. Mengembangkan Instrumen Penelitian
Strategi untuk mendapatkan data yang 5. Penarik Kesimpulan
benar. Sehingga mendapatkan hasil pengujian • Model ilmiah tidak menuntut peneliti untuk
hipotesis yang maksimal. Dalam penelitian, data membuktikan, melainkan peneliti yang
mempunyai kedudukan yang sangat sentral, diminta untuk menganalisis hipotesis.
sehingga betapa pun bagusnya rancangan • Dan penafsiran itu barulah dapat ditarik
penelitian, tetapi apabila datanya jelek. Maka hasil kesimpulan. Kesimpulan itu dapat menolak
yang dicapai adalah jelek. atau menerima hipotesis.
e. Menetapkan Metode Pengumpula Data • Bila hipotesis diterima berarti ada
Strategi untuk mendapatkan data yang kesesuaian kebenaran antara hasil olah pikir
benar. Sehingga mendapatkan hasil pengujian teori-teori yang digunakan dengan fakta
hipotesis yang maksimal. dilapangan.
F. Pemilihan Cara Analisis Data. • Namun, apabila hipotesis ditolak ; berarti
Strategi untuk mendapatkan hasil peneliti masih harus berpikir kembali, karena
pengujian hipotesis yang maksimal. Teknik analisis ditolaknya hipotesis berarti data yang
tertentu akan menghasilkan kesimpulan tertentu diperoleh dari lapangan tidak mendukung
pula. Oleh karena itu, harus dijaga relevansinya hipotesis.
anatara kesimpulan yang diharapkan dari hipotesis
dengan teknik analisis yang digunakan
Karakteristik Ilmu Kealaman
Akibat dari banyaknya ilmuwan yang berkomitmen 2. Paham realisme : mendambakan realitas dari
tinggi atau berpegang teguh terhadap kebenaran objektif, maka teori maupun terminologi dari ilmu kealaman.
muncullah 2 buah paham atau aliran yaitu paham fenomenalisme Kaidah yang secara sistematisnya, yaitu :
dan paham realisme. a. Istilah-istilah teoretis dapat mengacu
1. Paham fenomenalisme : hanya fenomena hasil pengamatan pada suatu hipotesis realita.
sajalah yang dapat dianggap benar objektif. Paham b. Hipotesis realita dapat berupa benda
fenomenalisme ada tiga macam yaitu : nyata bisa pula berupa kualitas ataupun
suatu proses di alam ini.
• Fenomenalisme mutlak : kebenaran ilmu kealaman itu
c. Realita yang diharapkan tersebut adalah
mutlak didasarkan atas kenyataan alam dapat didemonstrasikan yang artinya
• Fenomenalisme berkeley : tidak ada bedanya antara dapat ditunjukkan kenyataannya secara
fakta yang didapat dari hasil pengamatan dengan apa rinci.
yang kita pahami tentang fakta tersebut dan ilmu Kebenaran ilmu kealaman baru
kealaman harus tetap dikaitkan dengan identifikasi dari dapat dicapai apabila telah ada kebenaran
hasil pemikiran manusia. deduktif dan kebenaran induktif yang sinergis.
Bidang sasaran ilmu kealaman yang terbatas
• Fenomenalisme brodie : fenomena alam ini tidak lain
padahal hal-hal yang bersifat nyata (fisik) yang
adalah suatu proses baik kualitatif maupun kuantitatif merupakan ciri khas dari ilmu kealaman.
dalam alam.
Perbandingan Antara Ilmu Kealaman Dan Filsafat
Anatomi Ilmu Kealaman
1. Hukum
Hukum dalam ilmu kealaman merupakan suatu pernyataan yang
mengungkapkan adanya hubungan antara gejala alam yang konsisten.
Beberapa contoh-contoh hukum, yaitu :
• Hukum jatuh bebas dari Galileo Galilei (1564-1642), menurut Galileo
“waktu yang dibutuhkan oleh benda yang jatuh bebas itu tidak tergantung
dari berat benda tersebut.” (benda yang lebih berat akan jatuh bersamaan
waktunya sampai ditanah dengan benda yang ringan dari ketinggian yang
sama). Hukum ini berlaku menjadi benar hanya pada kondisi yang khusus,
yaitu dalam ruangan yang hampa udara.
• Hukum Boyle, hukum ini menyatakan hubungan antara tekanan gas dengan
volumenya yang dinyatakan p.V = C, dimana p adalah tekanan gas, V adalah
volume gas, dan C adalah suatu bilangan konstan. Hukum ini berlaku pada
gas dengan tekanan dan suhu yang tertentu (misalnya suhu kamar)
Lanjutan
Disamping hukum ilmu alam berlaku sangat terbatas, terdapat bentuk
hubungan sebab-akibat dan hubungan yang bukan sebab-akibat sehingga
semua bentuk hubungan tersebut disebut hubungan “colligative”.
Hukum dalam ilmu kealaman adalah :
1. Suatu pernyataan
2. Menyatakan adanya hubungan antar fakta dari suatu gejala alam
3. Teruji kebenarannya oleh ahli dibidangnya
4. Bersifat universal
5. Dapat digunakan untuk meramalkan
6. Berlaku pada kondisi terbatas
7. Berlaku apabila kondisi tersebut terpenuhi
Adapun fungsi hukum dalam ilmu kealaman, yaitu :
8. Mengungkapkan suatu kenyataan tentang hubungan antar fakta dari
gejala alam
9. Meramalkan gejala alam
Lanjutan
2. Teori
Menurut Kerlinger (1973), teori
merupakan seperangkat konstruk (konsep), definisi,
dan proposisi, yang saling berkaitan, yang saling
menyajikan suatu pandangan yang sistematis dari
fenomena dengan mengungkapkan adanya hubungan-
hubungan yang spesifik antar variabel dengan tujuan
untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena
tersebut. Beberapa contoh teori, yaitu :
● Teori heliosentris oleh Nicolaus Copernicus (1473-
1543)
● Teori atom oleh Rutherford
● Teori ekologi oleh Haeckel
● Teori relativitas oleh Einstein
● Teori evolusi organik oleh Darwin
Lanjutan
Terdapat fungsi teori dalam ilmu kealaman, yaitu :

1. Menjelaksan, fenomena yang dijelaskan bisa


berupa hukum, gejala alam, atau hubungan
antar gejala alam.

2. Memahamkan, fakta-fakta berserakan dialam


semesta ini disusun dan dirapikan menjadi
teratur dan sistematis.

3. Meramalkan, dari keteraturan atau sistematisasi


fakta atau fenomena alam dibuat suatu ramalan
(prediksi) dapat berupa ekstrapolasi maupun
intrapolasi.
Perbedaan Hukum Dan Teori
Hukum Teori

Bertolak dari suatu kenyataan Melayang diatas kenyataan

Suatu kenyataan alam Menjelaskan mengapa kenyataan bisa terjadi

Bukan suatu penjelasan dan tidak bertujuan


Pernyataan yang bertujuan menjelaskan
untuk menjelaskan
Lanjutan
3. Postulat 4. Prinsip atau Azas
Merupakan suatu Merupakan sebagai
anngapan dasar yang sudah suatu pernyataan yang mengandung
dianggap benar, sehingga kebenaran yang bersifat mendasar
kebenaran tersebut tidak dan berlaku umum. Misalnya
dipertanyakan lagi oleh orang yang prinsip dan azas kesetimbangan
menggunakan anggapan dasar dinamik atau azas aksi-rekasi
tersebut. Contohnya dalam melandasi hukum Boyle, hukum
hubungan hukum dengan teori Archimedes, dsb. Contoh azas yang
(khususnya hukum Boyle dengan lain, yaitu azas kekekalan energi,
teori kinetik gas. azas komplementer, azas
mepertahankan jenis, azas adaptasi,
dsb.
Nilai-Nilai Ilmu Kealaman
1. Nilai sosial, bersandar pada sistem menetapkan “kebenaran yang obyektif” yang ditempatkan
paling tinggi atau utama dengan ciri adanya pola pikir yang berangkat dari kenyataan (induktif).
2. Nilai Etika, bersandar pada nilai luhur “kebenaran yang obyektif”, hanya tekanannya terutama
pada obyektif yang fenomenologis. Adapaun etika adalah tingkah laku manusia yang
mempermasalahkan tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh manusia.
Sedangkan nilai etika pada pelaku ilmu, antara lain mengabadikan nama-nama penemu teori,
hukum, rumus, dalil, dsb.
3. Nilai Estetika, bersandar pada nilai luhur “kebenaran yang obyektif”, hanya tekanannya terutama
pada obyektif yang fenomenologis bahwa hubungan antara gejala alam itu adalah sangat teratur,
karena diatur oleh Tuhan. Sebenarnya keteraturan tersebut merupakan letak dari keindahan
(estetika) itu.
4. Nilai Moral/Humaniora, ilmu kealaman ini “bermuka dua” yang berlawanan arah, yaitu satu muka
menuju ke arah cita-cita kemanusiaan yang luhur (kesejahteraan), sedangkan muka yang lain
mengarah ke immoral yang tidak saja bisa melenyapkan nilai luhur tersebut, tetapi juga bisa
melenyapkan eksistensi manusia itu sendiri.
Lanjutan
5. Nilai Ekonomi, dapat dikatakan “tidak langsung”, karena baru menjadi kenyataan apabila temuan ilmu
kealaman itu dapat digunakan untuk memproduksi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat.
6. Nilai Psikologis/Paedagogis, meliputi :
a. Sikap cinta kebenaran ilmiah, mengacu pada tercapainya kebenaran tersebut (mengutamakan
kenyataan, penalaran, kemanfaatan, ketelitian, kejujuran, dan kreativitas analisis).
b. Sikap sadar kebenaran relatif, mengacu pada kemungkinan adanya pergeseran dan penemuan baru
(mengembangkan antusiasme, menghargai pendapat orang lain, rendah hati/tidak sombong, dan berani
melakukan penelitian sebagai wujud dari realisasi sifat ingin tahu (curiousity).
c. Sikap tidak purbasangka, mengacu pada tercapainya kebenaran yang nyata (menahan diri) dari opini
yang sifatnya masih sensasi sampai mengetahui adanya bukti bahwa kebenarannya memang sesuai
dengan kenyataan.
d. Sikap cinta keharmonisan alam, mengacu pada keteraturan yang ada dialam semesta (konsisten dalam
menjaga keharmonisan).
e. Sikap toleran, mengacu pada terpeliharanya hubungan yang saling percaya antar ilmuwan
(konsisten/tidak memaksakan pendapat untuk diterima orang lain, sebaliknya harus menghargai pendapat
orang lain)
Lanjutan
f. Sikap optimis, bagi ilmuwan yang bekerja dengan metode ilmiah,
sikap ini sudah sangat familiar karena telah terbiasa bekerja dengan
sabar, tekun, tidak putus asa, dan penuh optimis.
g. Sikap teliti dan hati-hati, implementasi dari sikap teliti ini adalah
sikap hati-hati yang mengacu pada keterkaitan erat antara sikap teliti
itu sendiri dengan sikap hati-hati yang keduanya selalu ada
berdampingan hampir tidak mungkin terpisahkan satu sama lain.
h. Sikap ingin tahu, merupakan naluri manusia (dimiliki sejak ada
dibumi) yang mengacu pada rasa ingin tahu yang tidak sekedar ingin
tahu, tetapi konotasinya ingin tahu (curios), yaitu ingin tahu yang
mendalam dan ingin tahu secara terus-menerus.
"Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah.
Mengulang-ulang ilmu adalah zikir.
Mencari ilmu adalah jihad." - Abu Hamid Al Ghazali
Daftar Pustaka
Sutomo, Hedi. (2009). Filsafat Ilmu Kealaman dan Etika Lingkungan. Malang:

UM Press

Anda mungkin juga menyukai