Anda di halaman 1dari 19

DEPARTEMEN ILMU BEDAH

SUB DIVISI BEDAH THORAKS KARDIO VASKLULAR


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

KASUS
EMFISEMA SUBKUTIS
Nur Ilmi Utami Arham - C014212125

SUPERVISOR:
dr. Muhammad Nuralim Mallapasi, Sp.B, Sp.BTKV (K)l
Identitas
Nama: Tn. MSD

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir : 31 Desember 1952

Umur : 71 tahun

No RM : 102152
LAPORAN
KASUS
Anamnesis
Pasien dikonsul oleh TS paru dengan keluhan bengkak pada leher, wajah, lengan, dan dada sejak 2 hari yang lalu. Perut dan kedua kaki
membesar sejak 1 bulan yang lalu. Pasien juga sesak sejak 5 minggu yang lalu. Sesak dirasakan hilang timbul, bertambah saat berbaring.
Demam dan batuk tidak ada.
Riwayat dipasang WSD tanggal 14-22 November 2023 ec pneumothoraks sinistra
Riwayat dilakukan insisi pada bagian dada kiri pasien, terakhir 2 hari yang lalu.
Riwayat hipertensi ada sejak 10 tahun yang lalu
Buang air kecil kesan lancar
Buang air besar kesan lancar
Riwayat trauma tidak ada
Pemeriksaan Fisis
Status Generalis
Sakit sedang/composmentis/
Tekanan darah : 115/68 mmHg
Nadi : 92 kali/mnt
RR : 20 kali/mnt
Suhu : 36.5 °C
SpO2 : 97% drngan O2 via nasal canule 3 lpm
Konjungtiva Anemis -/- Sklera ikterik -/-

Status Lokalis
Regio Thorax :
Inspeksi : asimetris, tampak edema pada hemithoraks bilateral, sinistra lebih cembung, tampak vulnus laceratum pada hemithorax
sinistra
Palpasi : nyeri tekan tidak ada, teraba krepitasi pada hemithoraks dextra dan sinistra, fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, rh -/+, wh - /-
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium RSUH 22/11/2023
Pemeriksaan Penunjang
Pewarnaan tahan asam RSUH 22/11/2023

Kesan : Ditemukan morfologi bakteri Basil tahan adam dengan spesimen

sputum pada pemeriksaan mikroskopik Ziehl- Neelsen


Pemeriksaan Penunjang
Foto Polos Thorax AP/PA RSIH 25/11/2023

Kesan:

• Pneumomediastinum

• TB paru lama aktif lesi luas disertai atelektasis pulmo dextra

• Cardiomegaly

• Suspek aneurisma aorta

• Emphysema subcutis luas regio axilla, regio colli sinistra hingga dinding

hemithorax bilateral
Diagnosa Tatalaksana
• Emfisema subkutis • Cefixime 2 x 200 mg/oral
• Atelektasis pulmo dextra • Paracetamol 3 x 500 mg/oral
• Pneumomediastinum • Rawat luka / 2 hari
• Pneumothorax sinistra (perbaikan) • Planning: Multiple insisi
• TB paru kasus baru terkonfirmasi bakteriologis

TS paru :
• O2 4 lpm via nasal canul
• Rencana 4 FDC 4 tablet/24 jam
Tatalaksana

Multiple Insisi
TINJAUAN
PUSTAKA
Pengertian
• Emfisema → terkumpulnya udara secara patologik dalam jaringan atau organ.
• Subkutis → lapisan kulit setelah dermis
• Emfisema subkutis → emfisema interstisial yang ditandai dengan adanya udara dalam jaringan
subkutan
• Biasanya oleh cedera intratoraks
• Kebanyakan disertai dengan pneumothoraks dan pneumomediastinum → pneumoderma.

Maunder RJ, Pierson DJ, Hudson LD. Emfisema subkutan dan mediastinum. Patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan. Arch Magang Med. 1984 Juli; 144 (7):1447-53.
Etiologi
• Trauma

⚬ Trauma tumpul maupun trauma penetrasi

⚬ Trauma pada bagian dada → penyebab umum emfisema subkutis: luka tusuk atau luka tembak pada dada
menyebabkan robeknya pleura → udara yang dari paru-paru menyebar ke otot-otot dan lapisan subkutan.

• Tindakan Medis

⚬ Komplikasi yang umum pada berbagai tindakan → operasi dada, operasi daerah sekitar esophagus, tindakan
laparoscopy, cricothyrotomy, dan sebagainya.

• Infeksi

⚬ Kulit yang mengalami infeksi nekrosis seperti pada gangren: organisme infeksius produksi gas sebagai hasil dari
fermentasi → gas terperngkap dan menyebar di bawah kulit
Sullivan TP, Pierson DJ. Pneumomediastinum after freebase cocaine use. AJR Am J Roentgenol. 1997 Jan;168(1):84.
Patogenesis
Mekanisme dapat berupa:
• Cedera pada pleura parietal yang memungkinkan masuknya udara ke jaringan pleura dan
subkutan
• Udara dari alveolus menyebar ke dalam selubung endovaskular dan hilus paru ke dalam
fasia endotoraks
• Udara di mediastinum menyebar ke visera servikal dan jaringan ikat lain
• Udara yang berasal dari sumber external
• Pembentukan gas secara lokal oleh infeksi, khususnya infeksi nekrotikans

Abu-Omar Y, Catarino PA. Progressive subcutaneous emphysema and respiratory arrest. J R Soc Med. 2002 Feb;95(2):90-1.
Gambaran Klinis
• Tanda dan gejala → bervariasi tergantung pada penyebab dan lokasi terjadinya
• Gejala yang dapat terjadi: pembengkakan pada leher dan nyeri dada, dan terkadang juga terjadi nyeri tenggorokan,

nyeri leher, wheezing (mengi) dan kesulitan bernafas.


• Pada inspeksi tampak jaringan di sekitar emfisema subkutis membengkak → jika kebocoran sangat banyak, wajah

dapat bengkak sehingga kelopak mata tidak dapat dibuka.


• Emfisema subkutis di sekitar leher → perubahan suara pasien menjadi lebih tinggi,
• Pada palpasi teraba seperti gelembung yang berpindah dan timbul bunyi retakan “crack” → seperti kertas atau

krispies.

Abu-Omar Y, Catarino PA. Progressive subcutaneous emphysema and respiratory arrest. J R Soc Med. 2002 Feb;95(2):90-1.
Ahmed Z, Patel P, Singh S, Sharma RG, Somani P, Gouri AR, Singh S. High negative pressure subcutaneous suction drain for managing debilitating subcutaneous emphysema secondary to tube thoracostomy for an iatrogenic post computed
tomography guided transthoracic needle biopsy pneumothorax: Case report and review of literature. Int J Surg Case Rep. 2016;26:138-41.
Medeiros BJDC. Subcutaneous emphysema, a different way to diagnose. Rev Assoc Med Bras (1992). 2018 Feb;64(2):159-163.
Gambaran Radiologis
• Dengan X-ray dan CT Scan:
⚬ Pada X-ray: terdapat area radiolusensi yang menunjukkan batas luar dinding toraks atau

dinding perut. Pada X-ray dada bisa terdapat tanda daun ginkgo → lekukan gas di sepanjang
pektoralis mayor,
⚬ Pada CT Scan: menunjukkan kantong gelap di lapisan subkutan yang menandakan adanya gas.

Dapat mengidentifikasi sumber cedera yang tidak terlihat pada rontgen AP atau lateral.

• Emfisema subkutan servikal atau wajah akibat intubasi pasien:


⚬ Dianjurkan laringoskopi sebelum ekstubasi → mengevaluasi kemungkinan gangguan jalan napas atau emfisema faring.
⚬ Jika kecurigaan cedera saluran napas akibat intubasi → bronkoskopi dapat membantu mengidentifikasi lokasi cedera trakea.

Medeiros BJDC. Subcutaneous emphysema, a different way to diagnose. Rev Assoc Med Bras (1992). 2018 Feb;64(2):159-163.
Chien GL, Soifer BE. Pharyngeal emphysema with airway obstruction as a consequence of laparoscopic inguinal herniorrhaphy. Anesth Analg. 1995 Jan;80(1):201-3.
Husain LF, Hagopian L, Wayman D, Baker WE, Carmody KA. Sonographic diagnosis of pneumothorax. J Emerg Trauma Shock. 2012 Jan;5(1):76-81.
Tatalaksa
• Tatalaksana penyebab yang mendasari atau faktor pencetus dilakukan terlebih dahulu → biasanya menyebabkan resolusi secara bertahap.
• Kasus yang ringan: tidak membutuhkan penanganan khusus → udara diserap secara spontan dan terjadi penyembuhan dalam 3 atau 4 hari

bahkan sampai seminggu


• Pada kasus yang berat:
⚬ Kateter dapat dipasangkan di jaringan subkutan untuk mengeluarkan udara.
⚬ Irisan kecil atau lubang kecil dapat dibuat di permukaan kulit untuk mengeluarkan udara.
• Penggunaan obat-obatan penghilang rada nyeri, serta pemberian sejumlah oksigen.

Aghajanzadeh M, Dehnadi A, Ebrahimi H, Fallah Karkan M, Khajeh Jahromi S, Amir Maafi A, Aghajanzadeh G. Klasifikasi dan Penatalaksanaan Emfisema Subkutan: Pengalaman 10 Tahun. Bedah J India. Desember 2015; 77 (Tambahan
2):673-7.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai