Anda di halaman 1dari 28

KONSEP DASAR BIROKRASI

Dr. Sri Juni Woro Astuti, M.Com


Dr. Arini Sulistyowati., SE., M.A.P.
BIROKRASI
Birokrasi Menurut Albrow

1) Birokrasi sebagai organisasi rasional


2) Birokrasi sebagai Inefesiensi Organisasi
3) Birokrasi sebagai kekuasaan yang dijalankan
oleh pejabat
4) Birokrasi sebagai administrasi negara (publik)
5) Birokrasi sebagai administrasi yang
dijalankan pejabat
6) Birokrasi sebagai suatu organisasi
7) Birokrasi sebagai masyarakat modern
Birokrasi Menurut Karl Marx

• Birokrasi merupakan Organisasi yang sifatnya Parasitik


dan Eksploitatif.
• Birokrasi merupakan Instrumen berkuasa untuk
mengekploitasi kelas sosial yang lain (yang dikuasai).
• Birokrasi berfungsi untuk mempertahankan privilage
dan status quo bagi kepentingan kelas kapitalis.
• Dalam pandangan Marx yang berbeda dengan Hegel,
birokrasi merupakan sistem yang diciptakan oleh
kalangan atas (the have) untuk memperdayai kalangan
bawah (the have not) demi mempertahankan dan
meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
• Dalam hal ini birokrasi menjadi kambing hitam bagi
kesalahan penguasa terhadap rakyatnya.
Birokrasi Menurut Hegel
• Birokrasi adalah institusi yang menduduki posisi organiik
yang netral di dalam struktur sosial dan berfungsi sebagai
penghubung antara negara yang memanifestasikan
kepentingan umum, dan masyarakat sipil yang mewakili
kepentingan khusus dalam masyarakat.
• Hegel melihat, bahwa birokrasi merupakan jembatan
yang dibuat untuk menghubungkan antara kepentingan
masyarakat dan kepentingan negara yang dalam saat-saat
tertentu berbeda.
• Peran birokrasi menjadi sangat strategis dalam rangka
menyatukan persepsi dan perspektif antara negara
(pemerintah) dan masyarakat sehingga tidak terjadi
kekacauan.
Birokrasi Menurut Blau dan Meyer
• Birokrasi adalah sesuatu yang penuh dengan
kekakuan (inflexibility) dan kemandegan
struktural (structural static), tata cara yang
berlebihan (ritualism) dan penyimpangan
sasaran (pervesion goals), sifat pengabaian
(alienation) serta otomatis (automatism) dan
menutup diri terhadap perbedaan pendapat
(constrain of dissent).
• Dengan demikian Blau dan Meyer melihat bahwa
birokrasi adalah sesuatu yang negatif yang hanya
akan menjadi masalah bagi masyarakat.
Birokrasi Menurut Max Weber
 Bapak Birokrasi dalam bukunya tentang Wirtschaft
(ekonomi) und Gesellschaft (masyarakat)
 Birokrasi menjadi elemen penting yang
menghubungkan ekonomi dan masyarakat.
a) Manusia Birokrasi tidak selalu ada (exist) hanya untuk
organisasi.
b) Birokrasi sendiri tidak peka terhadap perubahan sosial
c) Birokrasi dirancang untuk semua orang sehingga
menjadi lebih sulit
d) Dalam kehidupan sehari-hari manusia birokrasi berbeda
dalam kecerdasan, kekuatan, pengabdian dan
sebagainya, sehingga mereka tidak dapat saling
dipertukarkan untuk peran dan fungsinya dalam kinerja
organisasi birokrasi.
Karakteristik Birokrasi Menurut Weber
 Organisasi yang disusun secara hirarkis
 Setiap bagian memiliki wilayah kerja khusus.
 Pelayanan publik (civil sevants) terdiri atas orang-orang
yang diangkat, bukan dipilih, di mana pengangkatan
tersebut didasarkan kepada kualifikasi kemampuan,
jenjang pendidikan, atau pengujian (examination).
 Seorang pelayan publik menerima gaji pokok
berdasarkan posisi.
 Pekerjaan sekaligus merupakan jenjang karir.
 Para pejabat/pekerja tidak memiliki sendiri kantor
mereka.
 Setiap pekerja dikontrol dan harus disiplin.
 Promosi yang ada didasarkan atas penilaiaj atasan
(superior's judgments).
Etimologis Birokrasi

• Birokrasi adalah entitas penting suatu negara.


• Secara etimologis, birokrasi berasal dari kata Biro
(meja) dan Kratein (pemerintahan), yang jika
disintesakan berarti pemerintahan Meja.
• Pemerintahan Meja adalah Pemerintahan atau
pengaturan yang dilakukan dari meja ke meja secara
terpisah
Pemerintahan atau pengaturan yang dilakukan dari meja ke meja secara terpisah

• Maksud dilakukannya peraturan dan pengambilan


keputusan secara terpisah-pisah itu adalah untuk
menghindarkan terjadinya subjektivitas keputusan
dan pengawasan pada satu tangan. Demikian pula
dalam hal pengangkatan pejabatnya tidak didasarkan
kehendak penguasa, tetapi didasarkan persyaratan-
persyaratan yang objektif, seperti pendidikan,
keahlian, pengalaman, dan senioritas.
Kondisi Birokrasi
• Kondisi birokrasi Indonesia di era reformasi
saat ini bisa dikatakan belum menunjukan
arah perkembangan yang baik, karena masih
banyak ditemukan birokrat yang arogan dan
menganggap rakyatlah yang
membutuhkannya, praktik KKN yang masih
banyak terjadi, dan mentalitas birokrat yang
masih jauh dari harapan
Fungsi dan Peran birokrasi
pemerintah

Tujuan Birokrasi a) Melaksanakan pelayanan publik


b) Pelaksana pembangunan yang
a) Sejalan dengan tujuan profesional
pemerintahan
c) Perencana, pelaksanaan, dan
b) Melaksanakan kegiatan dan pengawas kebijakan
program demi tercapainya visi
(manajemen pemerintah)
dan misi pemerintah dan negara
d) Alat pemerintah untuk
c) Melayani masyarakat dan
melayani kepentingan (abdi)
melaksanakan pembangunan
masyarakat dan negara yang
dengan netral dan profesional
netral dan bukan bukan
d) Menjalankan manajemen
merupakan bagian dari
pemerintahan, mulai dari
kekuatan atau mesin politik
perencanaan, pengawasan,
(netral)
evaluasi, koordinasi, sinkronisasi
dan lain-lain.
Hasil Wajah birokrasi dari suatu penyelengaraan
negara Indonesia

• Berupa adanya standar pelayanan terhadap publik atau masyarakat


dalam rangka merasionalisasi birokrasi akan dapat terwujudnya
dengan adanya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak,
tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang
terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik, terdapat sistem
penyelenggaraan pelayanan publik yang layak dan sesuai dengan
asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik dengan
terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan
pengaturan dalam peraturan perundang-undangan dan
perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
memperoleh penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan pada
kepentingan umum serta adanya kepastian hukum dalam kesamaan
hak disamping keseimbangan hak dan kewajiban meliputi
keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak
diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, penyedian fasilitas dan
perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu,
kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan.
Fenomena Birokrasi

•Birokrasi tidak ada


manfaatnya karena banyak disalahgunakan oleh
pejabat pemerintah (birokratisme) yang
merugikan masyarakat
• Birokrasi di kebanyakan negara berkembang
termasuk Indonesia cenderung bersifat
patrimonialistik : tidak efesien, tidak efektif (over
consuming and under producing), tidak obyektif,
menjadi pemarah ketika berhadapan dengan kontrol
dan kritik, tidak mengabdi kepada kepentingan
umum, tidak lagi menjadi alat rakyat tetapi telah
menjadi instrumen penguasa dan sering tampil
sebagai penguasa yang sangat otoritatif dan represif.
• Birokrasi di kebanyakan negara berkembang
termasuk Indonesia cenderung bersifat
patrimonialistik : tidak efesien, tidak efektif (over
consuming and under producing), tidak obyektif,
menjadi pemarah ketika berhadapan dengan kontrol
dan kritik, tidak mengabdi kepada kepentingan
umum, tidak lagi menjadi alat rakyat tetapi telah
menjadi instrumen penguasa dan sering tampil
sebagai penguasa yang sangat otoritatif dan represif.
• Pelaksanaan birokrasi setiap negara berbeda-
beda tergantung dari sistem pemerintahan
yang dianut oleh setiap negara.
• Birokrasi di suatu negara tentu akan berbeda
dengan birokrasi di negara lain.
• Birokrasi yang diterapkan apakah sudah bagus
atau belum, dapat terlihat dari penyediaan
pelayanan publik oleh pemerintah kepada
masyarakatnya.
Birokrasi di Indonesia cenderung
berkembang kearah “parkinsonian”

• Terjadinya proses pertumbuhan jumlah


personil dan pemekaran struktur dalam
birokrasi secara tidak terkendali.
• Pemekaran yang terjadi bukan karena
tuntutan fungsi, tetapi semata-mata untuk
memenuhi tuntutan struktur.
Birokrasi di Indonesia cenderung berkembang
kearah “orwellian”

• Proses pertumbuhan kekuasaan birokrasi


atas masyarakat, sehingga kehidupan
masyarakat menjadi dikendalikan oleh
birokrasi.
Dampak Birokrasi Cenderung
“Parkinsonian dan Orwellian”

• Birokrasi Indonesia semakin membesar (big


bureaucracy) dan cenderung tidak efektif dan
tidak efisien.
• Pada kondisi yang demikian, akan sangat sulit
bagi birokrasi untuk siap dan mampu
melaksanakan kewenangannya secara optimal
Makna Birokrasi

• Kata Birokrasi digunakan pada awal abad ke 18 di


Eropa Barat bukan hanya untuk menunjuk pada meja
tulis saja, akan tetapi lebih pada kantor, semisal
tempat kerja dimana pegawai bekerja.
• Makna asli dari birokrasi berasal dari bahasa perancis
berarti pelapis meja. Kata birokrasi sendiri kemudian
digunakan segera setelah Revolusi Perancis tahun
1789, dan kemudian tersebar ke negara lain.
• Birokrasi bukanlah institusi sederhana yang tak perlu
diproblematisasikan lebih lanjut.
• Secara alami, sebagai institusi yang memiliki tugas
dan fungsi yang kompleks memberikan justifikasi
yang lebih dari cukup bahwa keberadaannya dilandasi
oleh suatu perencanaan yang rasional dan sistematis.
• Operasionalisasinya tak jarang birokrasi memberikan
pengaruh yang besar bagi aktor-aktor sosial yang ada
di luar birokrasi.
• Dalam aktivitas keilmuan, birokrasi juga dapat
berperan sebagai laboratorium ilmiah bagi penelitian
sosial.
Birokrasi di Indonesia sulit menghindar dari berbagai kritik

• Buruknya pelayanan publik


• Besarnya angka kebocoran anggaran negara
• Rendahnya profesionalisme dan kompetensi PNS
• Sulitnya pelaksanaan koordinasi antar instansi
• Masih banyaknya tumpang tindih kewenangan antar
instansi, aturan yang tidak sinergis dan tidak relevan dengan
perkembangan aktual, dan masalah-masalah lainya.
• Birokrasi juga dikenal enggan terhadap perubahan, eksklusif,
kaku dan terlalu dominan, sehingga hampir seluruh urusan
masyarakat membutuhkan sentuhan-sentuhan birokrasi
• Tingginya biaya yang dibebankan untuk pengurusan hal
tertentu baik yang berupalegal cost maupun illegal cost,
waktu tunggu yang lama, banyaknya pintu layanan yang
harus dilewati dan tidak berperspektif pelanggan.
Penyakit/Patologi Birokrasi
1) Tujuan telah ditetapkan, tetapi tidak dirumuskan secara rinci dan
jelas (tidak membumi);
2) Pembagian tugas tidak adil, tidak merata, tidak tuntas dan tidak
sesuai fungsinya;
3) Bawahan atau Anggota hanya mau bekerja sesuai dengan
perintah maupun tugasnya;
4) Merasa dirinya/unitnya yang paling penting, yang lain
tidak/kurang penting (sok penting);
5) Pemberian tanggung jawab yang tidak seimbang dengan
wewenang (zalim);
6) Terlalu banyak bawahan yang harus diawasi – kewalahan (rakus)
7) Seseorang bawahan mendapat perintah dari satu atasan
mengenai hal yang sama, tetapi perintahnya saling
bertentangan;
8) Sanksi pelanggaran tidak tegas (banyak pertimbangan).
Hubungan Konsep Birokrasi dengan Administrasi Publik

• Birokrasi berasal dari Administrasi. Digunakan


Administrasi Publik agar maknanya lebih
merakyat pada masyarakat.
• Dalam birokrasi terdapat 2 jenis Eksekutif yang
menjalankan fungsinya sebagai pelayan
masyarakat yaitu :
a) Eksekutif Politik (Pejabat Politik), yang terdiri
dari Presiden, anggota DPR, MPR, dan DPRD.
b) Eksekutif Administrasi (Pejabat Karier), yang
terdiri dari Sekda, Eselon I, II, III, dan Eselon IV.
BUDAYA BIROKRASI

• Budaya birokrasi dapat digambarkan sebagai sebuah


sistem atau seperangkat nilai yang memiliki simbol,
orientasi nilai, keyakinan, pengalaman kehidupan
• Budaya ini muncul sebagai dialektika antara individu-
individu dlm birokrasi dan lingkungan (politik-
ekonomi-sosial)
Budaya Birokrasi

• Paternalisme (kasta sosial)


(masa kerajaan dan kolonial)
• Nilai, Tradisi, Simbol Birokrasi
(pemimpin tidak pernah salah dan tidak mau
dipersalahkan, logo-logo dan hal yang berbau
kedinasan, bahasa-tingkah laku)
• Kultur pelayanan.
Kesan Terhadap Birokrasi

• Birokrasi merupakan pola kerja aparat ur sipil negara yang tidak


profesional yang sering berarti biaya tambahan yang mau tidak mau
harus dibebankan pada konsumen.
• Bagi masyarakat awam, birokrasi adalah penguasa yang sangat
menentukan nasib mereka yang hanya berstatus rakyat.
• Birokrasi adalah penggusuran, pungli, kolusi, korupsi dan berbagai
konotasi menyakitkan lainnya.
• Akibatnya birokrasi dipandang sebagai sosok yang selalu tampil
dengan wajah seram, yang membuat hidup tidak tentram.
• Agaknya masyarakat sudah mempunyai kesan tersendiri terhadap
birokrasi. Masyarakat sudah terkondisi mempersepsikan birokrasi
sebagai sesuatu yang negatif yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
• Birokrasi identik dengan peraturan yang berbelit-belit, lamban,
mempersulit, tidak efisien, tidak adaptif, memperhatikan dirinya
sendiri dan sebagainya. Ungkapan-ungkapan sinis seperti : “Kalau
dapat dipersulit kenapa harus dipermudah ?, Kalau dapat
diperlambat kenapa harus dipercepat ?, Kalau dapat
memperdayakan, kenapa harus memberdayakan ?”.

Anda mungkin juga menyukai