Anda di halaman 1dari 44

Jenis-jenis Akad

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan


Masyarakat FoSSEI Jabodetabek
Akad adalah hubungan/keterkaitan antara ijab
dan qabul atas diskursus yang dibenarkan
oleh syara’ dan memiliki implikasi hukum
tertentu (Zuhaili, 1989, IV).

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
1. ‘Akid:pihak yang akan melakukan transaksi
Syarat: Ahliyah dan Wilayah
2. Maqud ‘alaih:obyek transaksi, sesuatu
dimana transaksi dilakukan di atasnya,
sehingga akan terdapat implikasi hukum
tertentu.
Syarat:Ada,dimiliki penuh,jelas, dan suci
3. Shigat/Ijab Qabul

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
 Jual beli (al-bai‘): Murabahah,Salam,
Istishna’
 Berserikat (Syirkah):Mudharabah,
Musyarakah,Muzaraah
 Kepercayaan: Kafalah,
Hawalah,Jualah,Qardh,Wadiah

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan
Masyarakat FoSSEI Jabodetabek
Murabahah adalah akad jual beli barang
dengan menyatakan tsaman (harga
perolehan) dan ribh (keuntungan/margin)
yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
 Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah
 Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang
ditetapkan
 Kontrak harus bebas dari riba
 Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi
cacat atas barang sesudah pembelian
 Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan
dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan
secara utang.
Secara prinsip, jika syarat dalam (1), (2), atau (5) tidak
dipenuhi, pembeli memiliki pilihan:
 Melanjutkan pembelian seperti apa adanya
 Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan
atas barang yang dijual
 Membatalkan kontrak(Antonio: 2009)

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Bank

Nasabah Supplier

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
bai’ as salam berarti pembelian barang yang
diserahkan di kemudian hari, sedangkan
pembayaran dilakukan di muka.
 Landasan syariah
 “Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya... (Al Baqarah 282)

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
 Muslam atau pembeli
 Muslamilaih atau penjual
 Modal atau utang
 Muslim fiihi atau barang
 Sighat (ijab qabul)

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
* Modal harus diketahui; barang yang akan
disuplai harus diketahui jenis, kualitas, dan
jumlahnya.
 Penerimaan pembiayaan salam; sebagian
besar ulama mengharuskan pembayaran
salam dilakukan di tempat kontrak. Hal
tersebut dimaksudkan agar pembayaran yang
diberikan oleh muslam (pembeli) tidak
dijadikan sebagai utang penjual.

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Bank
(Pembeli I dan Penjual II)

Petani/Pengrajin
Bulog
(Penjual I)
(Pembeli II)

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Istishna’ adalah akad jual beli dengan
ketentuan: shani’ (produsen) ditugaskan
untuk membuat suatu barang (pesanan) oleh
mustashni’ (pemesan), sedangkan bahan
baku/modal pembuatannya dari pihak
produsen dengan mengikuti cara-cara
tertentu. (Nor: 2008)

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Rukun Istishna’
 Seperti halnya akad salam, rukun-rukun
Istishna’ juga ada lima:
 Produsen/pembuat
 Pemesan/pembeli
 Barang yang dipesan
 Harga/modal yang dibayarkan
 Shighat (Ijab qabul)

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Ada beberapa syarat agar Istishna’ sah, yaitu:
a) jenis barang yang dipesan jelas,
b) macamnya jelas,
c) kadar/ukurannya jelas,
d) sifatnya juga jelas.

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Bank

Pemda
Kontraktor

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Secara linguistik, as sharf bermakna ziyadah
(tambahan). Hal ini berdasarkan hadits
Rasulullah yang menyebutkan ibadah nafilah
(sunnah, tambahan) dengan istilah sharf.
Secar istilah, sharf adalah perdagangan
valuta asing, baik dilakukan atas valuta yang
sejenis atau pun berbeda jenis, dan
dilakukan secara tunai (spot). (Zuhaili: 1989)

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
 Pertukaran tersebut harus dilakukan secara tunai
(spot), artinya masing-masing pihak harus
menerima/menyerahkan mata uang pada saat
yang bersamaan.
 Jika akad sharf dilakukan atas mata uang
sejenis, maka nilai yang dipertukarkan harus
sama (seimbang)
 Akad sharf dijalankan berdasarkan nilai yang
dipertukarkannya, tidak bersandar pada kondisi
fisik valuta
 Pertukaran valuta tidak boleh dilakukan dengan
forward transaction, namun harus dilakukan
secara spot transaction (Zuhaili: 1989)
Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI
Jabodetabek
Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan
Masyarakat FoSSEI Jabodetabek
Al Musyarakah adalah kerja sama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu
di mana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (atau amal/expertise)
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
risiko akan ditangguung bersama sesuai
dengan kesepakatan (Antonio:2009).

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
“Dan, sesungguhnya kebanyak dari orang-
orang yang berserikat itu sebagian mereka
berbuat zalim kepada sebagian yang lain
kecuali orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh.” (Shaad: 24)

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Menurut mayoritas ulama, rukun syirkah ada
tiga:
 Dua pihak yang berserikat
 Barang yang diakadi/modal
 Shigat (Ijab qabul)

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Ada dua jenis musyarakah:
 Musyarakah pemilikan. Musyarakah
pemilikan tercipta karena warisan, wasiat
atau kondisi lainnya yang memungkinkan
kepemilikan atas suatu aset oleh dua orang
atau lebih.
 Musyarakah akad. Musayarakah akad terjadi
atas dasar kesepakatan dua orang atau lebih
setuju untuk saling memberikan modal
musyarakah dan berbagi keuntungan.

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Musyarakah akad ada empat macam:
 Syirkah al-‘inan; adalah kontrak antara dua
orang atau lebih, setiap pihak memberikan suatu
porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi
dalam kerja. Keuntungan dan kerugian tidak
harus sama tetapi sesuai dengan kesepakatan
yang telah di sepakati.
 Syirkah mufawadhah; adalah kontrak kerjasama
antara dua orang atau lebih, setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana
dan berpartisipasi dalam kerja. Kerugian dan
keuntungan ditanggung bersama.
Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI
Jabodetabek
Lanjutan...
 Syirkah A’maal; adalah kontrak kerjasama dua
orang seprofesi untuk menerima pekerjaan
secara bersama dan berbagi keuntungan dari
pekerjaan itu.
 Syirkah wujuh; adalah kontrak antara dua orang
atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise
baik serta ahli dalam bisnis.
 Syirkah al-mudharabah adalah akad kerjasama
usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh(100%)
modal sedangkan pihak lainnya pengelola.
Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI
Jabodetabek
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti
memukul atau berjalan. Secara teknis, al
mudharabah adalah akad kerja sama usaha
antara dua pihak di mana pihak pertama
(shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak
(Antonio:2009).

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
 Akad mudharabah memiliki beberapa rukun
yang telah digariskan oleh ulama guna
menentukan sahnya akad tersebut, rukun
yang dimaksud adalah:
 Shahibul maal (pemilik dana)
 Mudharib (pengelola)
 Sighat (ijab kabul)
 Ra’sul maal (modal)
 Pekerja dan keuntungan.
Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI
Jabodetabek
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi
dua jenis: mudharabah muthlaqah dan
mudharabah muqayyadah.

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Mudharabah muthlaqah (unrestricted
investment), adalah akad kerjasama dimana
mudharib (pengelola) diberikan mengelola
penuh untuk mengelola modal usaha.

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Mudharabah muqayyadah (restricted
investment), adalah akad kerjasama dimana
shahibulmaal (pemilik dana) menetapkan
syarat tertentu yang harus dipatuhi mudharib
(pengelola) baik mengenai tempat usaha,
tujuan maupun jenis usahanya.

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Al Muzara’ah adalah kerja sama pengolahan
pertanian antar pemilik lahan dan
penggarap, di mana pemilik lahan
memberikan lahan pertanian kepada si
penggarap untuk ditanami dan dipelihara
dengan imbalan bagian tertentu (presentase)
dari hasil panen

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir yang
mengatakan bahwa bangsa Arab senantiasa
mengolah tanahnya secara muzara’ah, maka
Rasulullah pun bersabda: “Hendaklah
menanami atau menyerahkan untuk digarap.
Barangsiapa tidak melakukan salah satu dari
keduanya, tahanlah tanahnya.”

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Mukhobaroh: Tanah dari pemilik, bibit dari
pengelola
Musaqoh: Tanah dan bibit dari pemilik,
sementara pengelola hanya melakukan
perawatan

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan
Masyarakat FoSSEI Jabodetabek
Al Kafalah merupakan jaminan yang diberikan
oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau
yang ditanggung. Dalam pengertian lain,
kafalah juga berarti mengalihkan tanggung
jawab seseorang yang dijamin dengan
berpegang pada tanggung jawab orang lain
sebagai penjamin. (Antonio: 2009)

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
“Penyeru-penyeru itu berseru, “Kami
kehilangan piala raja dan barangsiapa yang
dapat mengembalikannya akan memperoleh
makanan (seberat) beban unta dan aku
menjamin terhadapnya” (Yusuf: 72)

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Rukun kafalah ada lima:
 Shighat (Ijab qabul)
 Obyek tanggungan
 Tertanggung
 Penerima hak tanggungan

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Kafalah bin-Nafs
 Kafalah bin-nafsmerupakan akad
memberikan jaminan atas diri (personal
guarantee).
Kafalah bil-Maal
 Kafalah bil-maal merupakan jaminan
pembayaran barang atau pelunasan utang.
Kafalah bil-Taslim
 Jenis kafalah ini biasa dilakukan untuk
menjamin pengembalian atas barang yang
disewa, pada waktu masa sewa berakhir.
Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI
Jabodetabek
Kafalah al-Munjazah
 Kafalah al-Munjazahadalah jaminan mutlak
yang tidak dibatasi oleh jangka waktu dan
untuk kepentingan/tujuan tertentu.
Kafalah al-Muallaqah
 Kafalah al-Muallaqah merupakan
penyederhanaan dari kafalah al munjazah,
baik oleh industri perbankan maupun
asuransi.

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
 Al hawalah adalah pengalihan hutang dari
orang yang berhutang kepada orang lain yang
wajib menanggungnya. Dalam istilah para
ulama, hal ini merupakan pemindahan beban
hutang dari muhil (orang yang berhutang)
menjadi tanggungan mu’hal ‘alaih atau
orang yang berkewajiban membayar hutang.

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW
bersabda;“Menunda pembayaran bagi orang
yang mampu adalah suatu kezaliman. Dan,
jika salah seorang dari kamu diikutkan
(dihawalah-kan) kepada orang yang
mampu/kaya, terimalah hawalah itu.”

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
 Muhil (orang yang berhutang kepada
muhal/orang yang mengalihkan hutangnya)
 Muhal (orang yang mempunyai piutang)
 Muhal ‘alaih (orang yang mempunyai
tanggungan hutang kepada muhil)
 Piutang muhtal yang ada pada muhil.
 Piutang muhil yang ada pada muhal ‘alaih
 Shigat (Ijab qabul)

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
 Muhil (orang yang berhutang kepada muhal) dan
muhal (orang yang mempunyai piutang kepada muhil)
sama-sama rela atas pengalihan hutang
 Hutang yang ada pada muhil dan muhal ‘alaih sudah
menjadi tanggungan yang tetap.
 Dapat dijadikan sebagai ‘iwadh (alat tukar menukar)
menurut syariat
 Hutang yang ada pada muhil dan muhal ‘alaih
diketahui kadar, sifat, dan jenisnya
 Hutang yang menjadi tanggungan muhil dan muhal
‘alaih harus sama (Nor: 2008).

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek
Akad Ju’alah identik dengan sayembara, yakni
menawarkan sebuah pekerjaan yang belum
pasti dapat terselesaikan.

Pusat Riset, Kajian, dan Pengembangan Masyarakat FoSSEI


Jabodetabek

Anda mungkin juga menyukai