Anda di halaman 1dari 21

SEMINAR HASIL PENELITIAN

IMPLEMENTASI LAYANAN APLIKASI PUSAKA (PUSAT


LAYANAN KEAGAMAAN) DI KANTOR KEMENTERIAN
AGAMA KABUPATEN MANGGARAI.

OLEH: SIMPLISIUS JEDAUT | NIM: 2003010185


Latar Belakang
● Teknologi merupakan suatu gebrakan di era digital yang mempermudah segala aspek dikehidupan,
semakin laju dan berkembang pesatnya teknologi menjadikan segala sesuatu tampak lebih mudah.
● Teknologi mendorong kemajuan suatu negara, maka tak jarang kita mendengar salah satu tolak ukur
kemajuan sebuah negara dapat dilihat dari majunya teknologi negara tersebut.
● Salah satu pemanfaatan terhadap teknologi informasi dan komunikasi pada bidang pemerintahan yaitu
berupa SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik). SPBE merupakan suatu sistem
penyelenggaraan pemerintahan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
● Salah satu bentuk inovasi pelayanan publik berbasis e-government yaitu yang dilaksanakan oleh
Kementerian Agama Republik Indonesia berupa Aplikasi PUSAKA (Pusat Layanan Keagamaan)
● Aplikasi ini mulai diperkenalkan pada Kementerian Agama Kabupaten Manggarai pada akhir tahun
2022 lalu dengan sosialisasi uji coba aplikasi PUSAKA yang menyajikan fitur-fiur layanan
Kementerian Agama secara komprehensif. Antara lain Layanan haji, pendaftaran nikah , sertifikasi
halal, informasi beasiswa dan lainnya yang dapat diakses oleh masyarakat luas.
Latar Belakang
Pengguna Layanan Publik Kementerian
Agama Kabupaten Manggarai Januari - Juli
2023
40
20
0
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

Pengguna Offline Pengguna Online (PUSAKA)

● Data pengguna layanan publik pada bulan januari – juli 2023 di Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Manggarai, menunjukan bahwa Selama periode tersebut, pengguna layanan publik offline
(langsung di kantor) lebih dominan dibandingkan dengan pengguna online (melalui aplikasi
PUSAKA). Hal ini terlihat dari angka yang lebih tinggi pada kolom "Pengguna Offline" dibandingkan
dengan "Pengguna Online" pada setiap bulan. Meskipun pada bulan Januari tidak terdapat pengguna
online, terjadi peningkatan yang signifikan pada bulan-bulan berikutnya. Ini dapat mencerminkan
adopsi dan kesadaran masyarakat terhadap layanan online, meskipun jumlahnya masih relatif rendah.
● Jumlah pengguna offline mengalami perubahan selama periode tersebut. Bulan Maret mencatat jumlah
pengguna offline tertinggi, sementara pada bulan Juli jumlahnya menurun secara signifikan. Meskipun
terdapat upaya untuk meningkatkan penggunaan layanan online (PUSAKA), masih terlihat bahwa
adopsi tersebut menghadapi beberapa tantangan. Jumlah pengguna online pada beberapa bulan masih
tergolong rendah.
Latar Belakang
● Oleh Karena itu , penelitian ini melihat permasalahan dengan berpijak pada teori Implementasi
menurut George Edward III (Edward III (1980:148) teori ini menjelaskan bahwa implementasi
kebijakan dipengaruhi oleh 4 Variabel yaitu: Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi atau sikap pelaksana,
dan Struktur Birokrasi.
Rumusan Manfaat
Tujuan Penelitian
Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka yang • Manfaat Teoritis
menjadi tujuan dari penelitian ini • Manfaat Praktis
Adapun tujuan penelitian ini
adalah : adalah untuk mengetahui
“Bagaimana proses implementasi proses implementasi Layanan
Layanan Aplikasi PUSAKA Aplikasi Pusaka (Pusat
(Pusat Layanan Keagamaan) di Layanan Keagamaan) di
Kantor Kementerian Agama Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Manggarai Kabupaten Manggarai
dilakukan?”
Tinjauan Pustaka

Penelitian
Teori Edward III Konsep
Terdahulu • Pengertian Pelayanan Publik
Menurut George C. Edward • Prinsip Pelayanan Publik.
• Aullia Salsabili (2021) • Standar Pelayanan Publik
III impelementasi kebijakan
• Putri Auliyaa , Rahmat Hidayat , • Pola Penyelenggara
dipengaruhi oleh empat
Rudyk Nababan (2021) Pelayanan Publik
variabel, yakni:
• Sugeng Budi Satriyo,Bambang • Biaya Pelayanan Publik
Kurniawan,R. Asti Aulia (2021) • Komunikasi • Tingkat Kepuasan
• Sumber Daya Masyarakat
• Fungsi Pelayan Publik
• Disposisi • Implementasi
• Struktur Birokrasi
Kerangka
Berpikir
Implementasi Layanan Aplikasi Pusaka (pusat
layanan keagamaan) di Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Manggarai

1. Komunikasi
2. Sumberdaya
3. Disposisi atau
sikap pelaksana
4. Struktur
Birokrasi
Metode Penelitian
Jenis Penelitian Fokus & Subfokus Penelitian

Pada bagian jenis penelitian ini, peneliti


mengambil penelitian kualitatif.

Lokasi & Objek Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kantor


Kementerian Agama Kabupaten
Manggarai
Metode Penelitian
Data Penelitian Informan Penelitian Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian
Data penelitian ini terdiri ● Kepala Kantor Kemenag
ini dilakukan melalui:
atas data primer dan data Kabupaten Manggarai (1 orang)
● Wawancara
sekunder. Teknik penentuan ● Petugas Pelayanan Aplikasi
● Observasi
informan dalam penelitian PUSAKA (4 orang)
● Dokumentasi
ini adalah accidental. ● Masyarakat Pengguna Layanan
Publik di Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Manggarai
Pengecekan Validitas
Analisis Data Jadwal Penelitian
Temuan
Teknik analisis data yang digunakan Pengembangan validasi data
dalam penelitian ini adalah penelitian ini dilakukan melalui:
menggunakan langkah-langkah seperti • Triangulasi Data Biaya Penelitian
yang dikemukakan oleh Burhan • Menggunakan Informan Kunci
Bungin (2003:70), yaitu : • Peer Review
Pengumpulan Data (Data Collection), • Memberikan Konteks yang Tepat
Reduksi Data (Data Reduction), dan
Display Data.
Hasil dan Pembahasan Penelitian
Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kantor Kementerian Agama Kabupaten


Kabupaten Manggarai Manggarai
A. Geografis 1. Sejarah
B. Demografi 2. Visi dan Misi
C. Topografi 3. Tujuan Strategi Misi
D. Kelompok Etnis 4. Struktur Organisasi
E. Sosial Budaya Asli
F. Komposis Umat Beragama Kabupaten
Manggarai
Analisis Implementasi Layanan Aplikasi PUSAKA (Pusat Layanan Keagamaan) di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Manggarai

Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan teori implementasi menurut Edward III. Empat indikator
implementasi kebijakan menurut Edward III, mencakup Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi atau
Sikap Pelaksana, dan Struktur Birokrasi. Keempat aspek ini digunakan peneliti dalam menganalisis
implementasi layanan aplikasi PUSAKA (Pusata Layanan Keagamaan) di Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Manggarai.
Komunikasi
Ada tiga sub fokus dari komunikasi dalam implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Edwards
III yaitu; dimensi penyampaian (transmission), dimensi kejelasan (clarity) dan dimensi konsistensi
(consistency).

a. Transmisi (Penyampaian)
Berdasarkan hasil wawancara peneliti bersama informan dapat disimpulkan bahwa Penyampaian informasi dalam
implementasi Layanan Aplikasi PUSAKA di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai telah berjalan baik secara
internal dan dalam beberapa wilayah eksternal diantaranya Kecamatan Langke Rembong , Kecamatan Wae RI’i ,
Kecamatan Reok dan Reok Barat, Kecamatan Ruteng, dan Kecamatan Satar Mese. Komunikasi internal antar staf dan
administrator aplikasi PUSAKA berjalan lancar, dengan pengelolaan pengurusan surat baik secara langsung maupun
online. Namun, sosialisasi masih belum sepenuhnya merata, sebagian masyarakat masih belum mengetahui keberadaan
Aplikasi PUSAKA, seperti yang diungkapkan oleh beberapa responden. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut
untuk membuat sosialisasi merata ke seluruh lapisan masyarakat, memastikan bahwa informasi terkait Aplikasi PUSAKA
dapat diakses oleh masyarakat luas
b. Dimensi Kejelasan
Berdasarkan hasil wawancara peneliti bersama informan, dapat disimpulkan bahwa upaya Kementerian Agama
Kabupaten Manggarai dalam meningkatkan kejelasan komunikasi terkait Aplikasi PUSAKA telah memberikan hasil yang
positif. Melalui rancangan panduan yang menggunakan bahasa sederhana, ilustrasi gambar, dan video tutorial, serta
penjelasan langsung dari admin aplikasi, kejelasan informasi tentang pengunduhan, pendaftaran, dan penggunaan fitur-fitur
utama Aplikasi PUSAKA dapat diakses dengan baik oleh pengguna. Respons positif dari pengguna layanan publik,
menandakan efektivitas dari pendekatan tersebut dalam memberikan panduan yang memadai dan dukungan langsung
kepada pengguna.

c. Konsistensi Komunikasi
Berdasarkan hasil wawancara peneliti bersama informan, dapat disimpulkan bahwa upaya konsistensi komunikasi telah
diterapkan secara serius di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai terkait implementasi Aplikasi PUSAKA.
Pelatihan reguler bagi pelaksana dan admin aplikasi, petunjuk yang jelas, dan protokol tertentu yang harus diikuti dalam
memberikan informasi kepada masyarakat menjadi landasan untuk memastikan konsistensi dalam penyampaian pesan.
Admin aplikasi secara rutin mengawasi agar setiap petugas memberikan informasi yang seragam dan akurat kepada
pengguna. Pengalaman pengguna layanan publik dalam wawancara menunjukkan bahwa petunjuk yang diberikan
konsisten dan memberikan jawaban yang seragam. Sehingga, konsistensi komunikasi di Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Manggarai tampak berhasil dalam memberikan arahan yang seragam dan jelas kepada masyarakat, baik melalui
petugas langsung maupun panduan yang disediakan oleh kantor.
Sumber Daya
Dalam konteks implementasi Layanan Aplikasi PUSAKA di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai,
jenis sumber daya yang harus dipenuhi yaitu Sumber daya manusia , Anggaran, dan Failitas.

a. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan hasil wawancara penelit peneliti bersama informan, dapat disumpulkan bahwa sumber daya
manusia (SDM) di Kementerian Agama Kabupaten Manggarai telah dilibatkan dengan baik dalam melayani melalui
aplikasi PUSAKA. Terdapat 4 staf admin yang telah terbiasa dengan teknologi dan telah mendapatkan pelatihan rutin dari
Kementerian Agama Pusat.Meskipun SDM, khususnya admin aplikasi PUSAKA, terlatih dan memahami teknologi dengan
baik, terdapat kendala dalam penerapan aplikasi ini di masyarakat. Kendala tersebut terutama berasal dari sisi pengguna,
beberapa masyarakat masih belum memiliki smartphone atau tidak terbiasa dengan teknologi, sehingga merasa lebih
nyaman dengan layanan manual seperti datang langsung ke kantor dan berurusan dengan petugas. Dengan demikian,
kendala terkait sumber daya manusia tidak hanya terletak pada kesiapan dan pemahaman petugas, tetapi juga pada adopsi
teknologi oleh pengguna.
b. Anggaran
Berdasarkan hasil wawancara peneliti bersama informan dapat disimpulkan bahwa anggaran khusus telah disiapkan untuk
mendukung implementasi layanan Aplikasi PUSAKA. Di setiap pelksanaan kegiatan sosialisasi, alokasi dana mencapai Rp.
8.000.000 , yang melibatkan sejumlah keperluan, seperti Transportasi, biaya pengadaan ,penyewaan tempat, dan Konsumsi.
Keberadaan anggaran ini masih dikatakan terbatas sehingga sosialisasi penggunaan aplikasi masih dilakukan dibeberapa
wilayah saja dikarenakan Keterbatasan anggaran tersebut.

c. Fasilitas
Berdasarkan hasil wawancara peneliti bersama informan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Kementerian Agama
Kabupaten Manggarai telah menyiapkan infrastruktur dan sarana yang memadai untuk mendukung operasional Aplikasi
PUSAKA, yang tercermin dari penyediaan komputer, koneksi Wi-Fi, dan penggunaan teknologi yang efisien oleh staf
admin aplikasi.
Disposisi atau Sikap Pelaksana
Berdasarkan wawancara peneliti bersama informan dapat disimpulkan bahwa bahwa sikap pelaksana, khususnya para
admin Aplikasi PUSAKA, memiliki fokus pada profesionalisme, ketelitian, dan responsif terhadap kebutuhan pengguna.
Meskipun terdapat kejadian kesalahan, langkah-langkah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan sudah
diimplementasikan. Respons positif dari pengguna layanan publik juga menunjukan upaya positif dalam memberikan
pelayanan yang ramah dan informatif.
Struktur Birokrasi
Terdapat 2 sub fokus dalam struktur birokrasi menurut Edward III yakni; SOP dan Fragmentasi

1. Standar Operating Prosedur (SOP)


Berdasarkan wawancara peneliti bersama informan dapat
disimpulkan bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP) telah
diterapkan dalam penggunaan aplikasi PUSAKA di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Manggarai. Kepala Kantor
KEMENAG Kabupaten Manggarai menyatakan bahwa SOP
mencakup tata cara mulai dari mengunduh hingga
menggunakan aplikasi tersebut. Pengguna juga mengungkapkan
bahwa dengan adanya SOP seperti video tutorial ataupun
panduan berupa gambar serta penjelasan langsung dari pegawai
kantor sudah memberikan kejelasan dan mempermudah proses
pengunduhan, pendaftaran, serta penggunaan fitur-fitur aplikasi.
Hal ini berarti SOP tidak hanya menjadi pedoman internal bagi
staf administratif, tetapi juga memberikan manfaat signifikan
bagi pengguna aplikasi, meminimalkan potensi kesalahan, dan
meningkatkan keterbukaan informasi.
2. Fragmentasi

Berdasarkan hasil wawancara peneliti bersama informan diatas dapat disimpulkan bahwa adanya
pembagian tanggung jawab yang jelas, di mana 4 petugas admin aplikasi ditempatkan sesuai
dengan unit kerja masing-masing. Koordinasi dan kerjasama di antara pegawai berjalan baik,
dengan saling membantu saat ada pegawai yang berhalangan, memastikan kelancaran proses
pelayanan tanpa hambatan. Pengguna layanan publik juga menyampaikan persepsi positif, merasa
dibantu dengan penjelasan dari pegawai terkait penggunaan aplikasi dan cara mengunggah
berkas. fragmentasi dalam pelaksanaan layanan Aplikasi PUSAKA di Kantor Kementerian Agama
Manggarai telah menciptakan efisiensi, dan pelayanan yang baik kepada masyarakat.
Kesimpulan
● Komunikasi
Implementasi Layanan Aplikasi PUSAKA di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai telah menunjukkan
keberhasilan dalam aspek komunikasi. Upaya penyampaian informasi, kejelasan, dan konsistensi dalam komunikasi telah
membantu masyarakat dalam memahami dan menggunakan aplikasi. Meskipun demikian, perlu adanya upaya
berkelanjutan untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat serta memastikan informasi merata di seluruh
wilayah.
● Sumber Daya

Implementasi Aplikasi PUSAKA di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai menunjukkan upaya serius dalam
mengelola sumberdaya manusia, anggaran, dan fasilitas. Penyesuaian tim pelayanan, alokasi anggaran khusus, serta
penyediaan fasilitas dasar seperti komputer dan Wi-Fi mencerminkan keseriusan dan komitmen dalam menjalankan
program pelayanan keagamaan dengan memanfaatkan teknologi. Meskipun demikian, tantangan aksesibilitas masih perlu
diperhatikan untuk memastikan layanan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk yang belum terbiasa
atau tidak memiliki akses terhadap teknologi.
Kesimpulan
● Disposisi atau sikap pelaksana
Disposisi atau sikap pelaksana, terutama admin Aplikasi PUSAKA, sangat penting dalam memastikan keberhasilan
implementasi layanan. Dedikasi, pemahaman kebijakan, respon positif terhadap perubahan, dan komitmen untuk
memberikan pelayanan yang optimal adalah faktor-faktor yang menonjol. Pengguna Aplikasi PUSAKA, di sisi lain,
menghadapi beberapa kendala yang dapat diatasi dengan peningkatan tutorial dan koordinasi yang lebih baik antar
pegawai. Dengan demikian, perbaikan pada aspek disposisi dan pemahaman dapat meningkatkan kualitas pelayanan
Aplikasi PUSAKA di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai.

● Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi dalam implementasi Layanan Aplikasi PUSAKA di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai
perlu terus diperkuat melalui optimalisasi SOP dan penanganan kendala teknis, sehingga program dapat berjalan dengan
lebih efisien dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.
SEKIAN & TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai