Anda di halaman 1dari 35

Dampak Sosial-Budaya dan

Ekologi yang Ditimbulkan dari


Ekowisata

D r. Yo o c e Yu s t i a n a
S u s t a i n a b l e E c o t o u r i s m ( B P 6 11 4 )
Presentation
Outline

Dampak Sosial-Budaya
Dampak Ekologi
Daya Dukung (Carrying Capacity)
The Butler Sequence
Kerangka Perencanaan dan Manajemen
Kesimpulan
Sosial
Adanya keterlibatan dan perubahan gaya hidup
masyarakat lokal dalam industri wisata.

Ekowisata Ekologi
Adanya perubahan lanskap (bentang alam) secara
fisik.

Ekonomi
Adanya pemasukan/ pendapatan di sekitar area
wisata.
Sektor pariwisata menyumbang
pendapatan yang lebih besar bagi
masyarakat lokal dari waktu ke waktu
dibandingkan sektor usaha lain.

(Doxey, 1975)
4 Tahap Penilaian Masyarakat Lokal Terhadap
Industri Pariwisata

• Wisatawan disambut dengan baik. Sedikit


Euphoria kontrol dan perencanaan.

• Turis diterima begitu saja. Hubungan antara


kedua kelompok menjadi lebih formal atau
Apathy komersial. Perencanaan sebagian besar
berkaitan dengan pemasaran produk pariwisata.

• Industri pariwisata mulai jenuh. Infrastruktur


Annoyance pariwisata ditingkatkan tanpa membatasi
pertumbuhan wisatawan.

• Masyarakat lokal menyampaikan


ketidaksukaan pada wisatawan secara terbuka.
Antagonism Dilakukan perbaikan dan promosi untuk
mengembalikan reputasi destinasi wisata.
Kasus di Bermuda Jumlah wisatawan

10x
jumlah penduduk lokal (1980)
sehingga menyebabkan konflik
social.

“Tourism is whorism”
Efek Demonstrasi (Demonstration Effect)

Pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat lokal meniru pola wisatawan
yang dapat memengaruhi nilai-nilai tradisional (Britton, 1977).

Adanya komersialisasi dan modifikasi terhadap produk


lokal dan pengikisan nilai-nilai baik lokal.

“Cultural expressions are bastardized in order to be more comprehensible


and therefore saleable to mass tourism. As folk art becomes dilute, local
interest in it declines. Tourists’ preconceptions are satisfied when steel
bands obligingly perform Tony Orlando tunes (and every other day the
folklore show is narrated in German).”
Kasus Shenza, Tibet (Tang
Kasus Zanzibar, et al., 2012)
Tanzania (Gossling,
2002) Kekhawatiran penduduk lokal
terhadap pengembangan
ekowisata yang dapat merusak
Perilaku penduduk lokal
lingkungan dan mengganggu
mencerminkan perilaku
kebiasaan dan budaya setempat.
wisatawan.

Hedonisme dipandang lebih


penting daripada belajar dari
pengalaman ekowisata.
Fragmentasi Budaya

2. Musik Lokal 4. Erosi Bahasa

5. Arsitektur
3. Kriminalitas
1. Prostitusi

6. Pakaian 7. Makanan
8. Hubungan
Keluarga
Penduduk lokal dan wisatawan harus saling
memahami dan menghargai kebisaaan satu
sama lain agar budaya tradisional dapat
dipertahankan dan wisatawan tetap dapat
menikmati perjalanan wisatanya  terus-
menerus.
Dampak Ekologi

Budowski (1976) mengidentifikasi 3 bagian dalam hubungan pariwisata


dengan konservasi lingkungan: konflik, koeksistensi, dan simbiosis.

Perluasan pariwisata memberikan dampak bagi lingkungan.


↓↓↓
Koesistensi bergerak menuju konflik (dapat berlaku sebaliknya).

Perencanaan, penyebaran wisatawan, dan perkembangan wisata penting


dilakukan untuk meminimalkan dampak.
Dampak Ekologi

Krippendorf (1982)
“Pariwisata yang memanfaatkan sumber daya alam sebagai daya tarik utama,
jika tidak dimanfaatkan secara bijak akan menghilangkan nilai sumber daya alam
tersebut.”

Dampak lingkungan yang mungkin terjadi:


1. Polusi
2. Kemacetan
3. Kerusakan sumber daya alam
4. Kehilangan lahan/habitat
5. Terganggunya ekosistem
6. Hilangnya flora dan fauna
Perencanaan dan kebijakan adalah komponen
penting dari strategi pengembangan pariwisata
berbasis lingkungan. Seringkali dampak ekologis
dari kegiatan pariwisata dapat diantisipasi, tapi tidak
dikontrol (Fennel & Butler, 2003).

Sebagian besar studi tentang dampak ekologis


ekowisata fokus pada satwa liar (Weaver & Lawton,
2007).
↓↓↓
Jarak ekowisata dengan satwa liar adalah variabel
penting yang memengaruhi tingkat stres satwa liar.
Dampak Ekologi

Pariwisata massal  melibatkan • Dampak ekowisata dilihat dari emisi


perjalanan jarak jauh dan penggunaan CO2 dari wisatawan yang
bahan bakar fosil yang tinggi  berkunjung ke 3 hutan di UK.
hedonistik.
• Perkiraan emisi dilakukan dengan
Masalah lingkungan utama: mengestimasi) maximum allowable
1. Polusi udara visitor number (MAVN).
2. Kebisingan
3. Kemacetan • Jika jumlah wisatawan diluar MAVN,
4. Limbah maka ekowisata dianggap carbon-
intensive dan tidak berkelanjutan.
Kasus Kawasan
Konservasi Annapurna di
Kasus Scuba Diving
Nepal

Sumber masalah: Penduduk kawasan ekowisata


1. Fin (kaki renang) kurang merasakan dampak
positif/negatif daripada pariwisata
2. Kontak anggota tubuh tradisional  faktor ekonomi
dengan biota laut (tangan, kurang dimaksimalkan.

lutut, siku) Kawasan pariwisata tradisional


dirasa lebih sedikit menimbulkan
dampak negatif dan lebih banyak
Dibutuhkan edukasi untuk menghasilkan uang.
meminimalkan dampak
Penting untuk memahami dampak
lingkungan. psikologis dan perilaku dari
ekowisata.
Dampak ekowisata terhadap perilaku burung di New
Jersey (Burger et al., 1995).

Ekowisata tertarik pada pola breeding dan migrasi


burung yang berpotensi mengganggu aktivitas burung
seperti:
1) Inkubasi telur
2) Menakuti burung dewasa dan anak burung yang
tinggal di sarang
3) Mengganggu aktivitas mencari makan
4) Memaksa burung menjauh dari habitat (pantai, hutan,
ladang terbuka)
5) Menginjak vegetasi dan jalur migrasi

Ekowisata dan burung dapat coexistence asal ada


peraturan dan pemantauan yang cermat dari kegiatan
ekowisata tersebut.
Video: Is tourism destroying cities?

Collab Space Central Pitch Deck


Daya Dukung (Carrying Capacity)

Carrying capacity: jumlah maksimum individu yang dapat didukung


oleh sumber daya yang ada di dalam suatu ekosistem.

Adanya kekhawatiran dari para peneliti mengenai sulitnya mengakomodasi jumlah


wisatawan dan kebutuhan akan pengalaman wisata yang semakin bertambah.

Seiring waktu, diperlukan perencanaan dan pengembangan lahan pribadi maupun publik
secara baik untuk memastikan keamanan sumber daya tersebut.

4 unsur dalam konsep daya dukung: “ The study... was initiated with the view that the carrying
• Jumlah penggunaan sumber daya tertentu capacity of recreation lands could be determined primarily in
• Ketahanan lingkungan terms of ecology and the deterioration of the areas. However, it
• Waktu soon became obvious that the resource-oriented point of view
• Penggunan yang sesuai must be augmented by consideration of human values.” (Wagar,
1964)
Kasus Camping Site

Masalah utama: tingginya level penggunaan camping site


yang dapat berdampak pada kerusakan tanah, hilangnya
vegetasi, modifikasi habitat satwa, dan polusi air.

Dari sisi sosiologis, daya dukung menjadi lebih dinamis


dan sulit diukur (mempertimbangkan jumlah penggunaan
yang sesuai untuk sumber daya tertentu).
Carrying Capacity
Daya Dukung (Carrying Capacity)

Tujuan manajemen kawasan wisata adalah memenuhi kepuasan


konsumen (wisatawan) (Lucas & Stankey, 1974).

Shelby & Heberlin (1986) mengukur kepadatan dan kepuasan wisatawan (rafters, canoeist,
tubers, nelayan, pemburu rusa, dan pemburu angsa di USA) dari tingkat penggunaan
kawasan wisata  didapatkan hasil yang objektif  dievaluasi berapa banyak orang yang
menggunakan sumber daya di kawasan wisata tersebut.

Jika tingkat penggunaan meningkat, maka Jika tingkat penggunaan meningkat, maka
kepadatan yang dirasakan akan meningkat. kepuasan yang dirasakan akan menurun.

Wisatawan low-level-use merasakan kepuasan yang sama dengan wisatawan high-


level-use. Faktanya: wisatawan low-level-use kurang merasa puas dibandingkan
wisatawan high-level-use.
Daya Dukung (Carrying Capacity)
Hubungan yang lemah antara kepuasan dan
kepadatan terjadi karena sejumlah variabel:
Ketidakmampuan konsep daya dukung: 1) Self-selection
2) Product shift
1) Menilai dan meminimalkan dampak
3) Displacement
pengunjung
4) Multiple sources of satisfaction
2) Mempertimbangkan beberapa penyebab
5) Rationalising
dampak mendasar 6) Activity-specific influences
3) Memfasilitasi keputusan manajemen yang 7) Conceptualism and measurement of
berbeda satisfaction may be inadequate
4) Menghasilkan posisi/keputusan yang dapat
dipertahankan
5) Memisahkan informasi teknis dari penilaian
teknis Konsep daya dukung membutuhkan manajemen
6) Mendorong keterlibatan publik yang baik.
7) Menggabungkan penggunaan sumber daya 1) Site managment techniques  kawasan
lokal dan masalah manajemen 2) Overt management approaches  perilaku
3) Information and education programmes
Video: Ecological Carrying Capacity

Collab Space Central Pitch Deck


The Butler
Sequence
Tourist Area Life Cycle (TALC): siklus
hidup suatu pariwisata di daerah tertentu
 digunakan dalam pengembangan suatu
daerah wisata.

Tahapan TALC:
1. Exploration (penjajakan)
2. Involvement (pelibatan)
3. Development (pengembangan)
4. Consolidation
(konsolidasi/penggabungan)
5. Stagnation (stagnan)
6. Decline (kemunduran)/Rejuvenation
(peremajaan)
1. Exploration: identifikasi potensi pariwisata.

2. Involvement: masyarakat lokal berinisiatif untuk


menyediakan pelayanan jasa bagi wisatawan,
infrastruktur mulai dikembangkan secara terbatas.

3. Development: kunjungan wisatawan meningkat,


promosi besar-besaran, investor mulai
menanamkan modal.

4. Consolidation: adanya dominansi ekonomi dan


persaingan pasar, peranan pemerintah lokal mulai
berkurang.

5. Stagnation: angka kunjungan wisatawan tertinggi


sudah tercapai, pengelolaan destinasi telah
melampaui daya dukung.

6. Decline/rejuvenation: penurunan jumlah


wisatawan atau peremajaan destinasi wisata.
Studi Kasus: Galapags Island

• UNESCO World Heritage Site and Marine Park


1986.
• 1960-1980 pariwisata tumbuh stabil.
• Masalah:
1. Terdapat 2 sistem pemandu wisata yang
tidak efektif: naturalist & auxiliary.
2. Jumlah wisatawan meningkat 2x lipat setiap
5 tahun  menghasilkan 2 jenis wisata:
ekowisata dan wisata massal.
3. Tidak ada pembatasan pertumbuhan
wisatawan karena sektor pariwisata
menyumbang pendapatan yang besar.
4. Limbah plastik.
5. Tidak ada regulasi mengenai pariwisata.
The Butler Sequence
Kerangka Perencanaan dan
Manajemen
Model:
1. Recreation Opportunity Spectrum

Tujuan (ROS).
2. Limits of Acceptable Change
(LAC).
3. The Visitor Impact Management
Melindungi Sumber
Daya (VIM) process.
4. The Visitor Activity Management
Process (VAMP).
Memastikan
Wisatawan dapat
Menikmati
Perjalanan Rekreasi
Kerangka Perencanaan dan Manajemen

Recreation Opportunity Aksesibilitas, infrastruktur pariwisata, dan interaksi sosial


Spectrum (ROS) (Butler & Waldbrook, 1991).

Ecotourism Opportunity Aksesibilitas, kegiatan terkait sumber daya lainnya, atraksi


Spectrum (ECOS) wisata, infrastruktur, interaksi sosial, keterampilan, pengetahuan,
dan penerimaan dampak pengunjung.

Visitor Impact Management


(VIM) dan Limits of Dampak ekologis di negara berkembang (Harroun, 1994).
Acceptable Change (LAC)
Kerangka Perencanaan dan EBT menentukan pariwisata yang
kompatibel dengan lingkungan
Manajemen
melalui identifikasi:

Environmentally- 1. Fitur signifikan, termasuk atribut


Based Tourism lingkungan yang bernilai dan
(EBT)
fitur pariwisata.
2. Bidang-bidang kritis, dimana
Pengembangan Konservasi fitur lingkungan dan pariwisata
Pariwisata Lingkungan
dapat bersaing.
3. Kegiatan yang kompatibel,
Kerangka kerja perencanaan pariwisata berbasis mencakup kegiatan rekreasi di
lingkungan (EBT) oleh Dowling (1993) adalah model luar ruangan yang sesuai dengan
lain yang dikembangkan khusus untuk pariwisata. kondisi lingkungan dan sosial.
Tahapan dan Proses EBT
Kerangka Perencanaan dan Manajemen

Dibutuhkan Analisis Mengenai Dampak


Namun, AMDAL terkadang gagal
Lingkungan (AMDAL) untuk:
dilaksanakan karena:
1. Mengidentifikasi dampak. 1. Keterbatasan pengetahuan dasar
2. Efisiensi penggunaan sumber daya. peneliti.
3. Menghasilkan produk yang berkelanjutan. 2. Diabaikan sebagai proses yang
4. Mempertimbangkan kesejahteraan mencakup kebutuhan

masyarakat. masyarakat.
Studi Kasus: The Fate of Mexico’s Mayan Heartland

Utara(Cancún) Selatan (Mundo


Maya)
• Mendominasi sebagian • Baru akan mengembangkan
proyek besar pada 1970- pariwisata, termasuk pariwisata
an. arkeologi.
• Menarik 2 juta • Masyarakat tidak setuju.
wisatawan/tahun. • Masyarakat tidak dilibatkan
• Pantai dan laguna dalam proses pengembangan
tercemar berat. pariwisata.
• Kesenjangan ekonomi.
Kesimpulan

 Penelitian pariwisata telah berhasil mengidentifikasi sejumlah besar


masalah sosial dan ekologi yang disebabkan oleh industri pariwisata.

 Jumlah wisatawan perlu dibatasi dan diperlukan edukasi agar sumber daya
dapat tetap dijaga dan wisatawan tetap dapat menikmati perjalanan
wisatanya.

 Secara komersial promosi pariwisata sangat diperlukan untuk memajukan


pariwisata. Akan tetapi, hal tersebut tetap perlu memerhatikan aspek
ekonomi dan sosial masyarakat sekitar.
Thank You

Collab Space Central Pitch Deck

Anda mungkin juga menyukai