Prakarsa Pembaruan
Tata Pemerintahan Daerah
1
TUJUAN
Meningkatkan praktik transparansi, partisipasi dan
akuntabilitas
Mendorong reformasi dalam bidang pengelolaan
keuangan daerah dan pengadaan barang/jasa.
2
Background
SASARAN (GOAL)
Mendorong dan memastikan bahwa proses desentralisasi
didukung oleh demokratisasi yang memberikan kesempatan
kepada masyarakat luas untuk dapat memperoleh informasi,
memantau, dan memberikan masukan kepada
pemerintahnya⎯eksekutif maupun legislatif ⎯sehingga terjadi
proses check and balance dan interaksi yang konstruktif
antara seluruh stakeholders kabupaten
Membuat pelayanan publik menjadi semakin responsif terhadap
kebutuhan masyarakat miskin.
Perencanaan pembangunan yang responsif kepada konstituen.
RUANG LINGKUP
Membantu pengembangan tata pemerintahan yang baik (good
governance) di tingkat kabupaten melalui bantuan teknis (technical
assistance), fasilitasi kabupaten secara umum, dan peningkatan
kapasitas untuk memperluas dan memperdalam inisiatif reformasi di
dalam bidang transparansi, partisipasi publik, manajemen keuangan,
dan pengadaan
Menyediakan tambahan dana investasi untuk kabupaten yang telah
memenuhi serangkaian inisiatif reformasi tata pemerintahan yang
ditetapkan sebelumnya, sehingga elemen-elemen reformasi yang
dilaksanakan dapat diuji pelaksanaannya di tingkat kabupaten.
Memantau pelaksanaan reformasi tata pemerintahan dan
mengevaluasi dampaknya pada tata pemerintahan kabupaten, dengan
memberikan pengakuan kepada kabupaten yang melaksanakan inisiatif
reformasi dan mendiseminasikan praktek tata pemerintahan yang baik
yang terjadi di satu kabupaten, sehingga terjadi pembelajaran di
kabupaten-kabupaten yang tidak berpartisipasi secara langsung dalam
P2TPD
4
Background
5
PEMANFAAT
Pengembangan tata pemerintahan yang baik
aparat pemerintah daerah,
anggota DPRD
Investasi
membangun/ merehabilitasi prasarana perdesaan, khususnya
yang dapat bermanfaat bagi pengurangan kemiskinan di
kabupaten.
Secara keseluruhan dampak dari program ini ditujukan kepada
seluruh stakeholders kabupaten
6
PRINSIP PROGRAM
Transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas dalam proses
pelaksanaan
Anti KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme)
Kesetaraan Gender
7
LOKASI: 14 KABUPATEN di 9 PROPINSI
(Sumatera, Java and Sulawesi)
Cluster A Cluster E
Cluster F
Bandung Gowa Bulukumba
Cluster B Magelang Ngawi Takalar
Lebak
Kebumen Lamongan
Bantul
Cluster C
= PRSAP DISTRICT =
8
KOMPONEN PROGRAM
Komponen A: Reformasi Tata Pemerintahan Daerah
kerangka kerja reformasi tata pemerintahan daerah dan
penyiapan Strategi dan Rencana Tindak Pengurangan
Kemiskinan (SRTPK)
Komponen B: Investasi bagi Pengurangan Kemiskinan
Dana investasi P2TPD hanya dapat digunakan untuk membiayai
sebagian dari SRTPK⎯sisanya perlu dibiayai oleh APBD sendiri,
proyek yang dapat dibiayai adalah proyek yang bersifat ‘non-cost
recovery’
Komponen C: Dukungan Pelaksanaan
fasilitasi secara umum dan bantuan teknis; peningkatan kapasitas
dan pelatihan; serta pemantauan, evaluasi, dan studi/survei.
9
Investasi P2TPD tidak dapat digunakan untuk
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
10
TAHAPAN PELAKSANAAN
PROGRAM
11
STRUKTUR ORGANISASI
PROGRAM SECARA NASIONAL
12
STRUKTUR ORGANISASI PROGRAM
DI TINGKAT KABUPATEN
13
Process and Outputs
14
Process and Outputs
15
Process and Outputs
“Kita terlibat dalam pertemuan, kita diminta Lia, anggota kelompok kerja analisis
menyampaikan pendapat kita, kita jadi kemiskinan menjelaskan rancangan SRTPK
senang.” demikian menurut seorang dihadapan 150 partisipan konsultasi publik
perempuan dari desa termiskin di Kabupaten di Kabupaten Gowa
Bulukumba.
17
`
Pendidikan:
Insentif tambahan bagi guru yang bekerja di wilayah yang terisolasi
(Bulukumba)
Tata Ruang:
Formulasi peraturan daerah yang partisipatif dalam tata ruang yang
melindungi kepentingan masyarakat (Bulukumba, Ngawi, Bolaang
Mongondow)
Lingkungan:
Formulasi peraturan daerahF dan penegakan hukum terhadap polusi
sungai (Bolaang Mongondow, Bandung)
Formulasi peraturan daerah dalam manajemen hutan (Lamongan)
Akses permodalan:
Formulasi kebijakan untuk peningkatan akses masyarakat ke
permodalan (Bulukumba)
18
Lessons Learned
PEMBELAJARAN
Pemangku kepentingan di daerah memiliki kapasitas untuk memformulasikan Perda
TP dan SRTPK secara partisipatif dan akan bekerja secara sukarela selama
mendapat fasilitasi dan dukungan yang memadai
Proses formulasi Perda TP dan SRTPK memakan waktu hampir 2 tahun (!). Melalui
proses “trial and error”, dalam proses formulasi kebijakan yang partisipatif
memerlukan waktu yang cukup panjang.
Penting untuk membuat prioritas (dan penyederhanaan) instrument dan metodologi
dalam pelaksanaan prinsip partisipasi dalam formulasi kebijakan
Komitmen awal dari Bupati/Walikota dan Ketua DPRD sangat penting, bukan hanya
untuk memudahkan proses formulasi (staf yang terlibat dan penganggaran) tapi
yang lebih penting adalah untuk meimplementasikan SRTPK sesuai anggaran.
Belajar dari pengalaman Kabupaten lain akan lebih efektif dan dibutuhkan fasilitator
teknis untuk penerapan proses partisipatif dan transparansi secara benar.
Keberlanjutan implementasi SRTPK membutuhkan penerapan good governance
pada tingkatan minimum
Penentuan waktu adalah hal yang penting: awal kepemimpinan Kepala Daerah dan
Ketua DPRD adalah waktu terbaik dalam formulasi
19
What’s next?
HARAPAN
Penerapan proses GOOD GOVERNANCE seperti yang telah
diimplementasi kan dalam program ILGR di seluruh
Kabupaten/kota di Indonesia
Meningkatkan praktik transparansi, partisipasi dan akuntabilitas
dalam perencanaan dan penganggaran
Peningkatan akses publik terhadap dokumen publik dan
perbaikan pelayanan publik
Terakomodasinya berbagai kepentingan pemangku
kepentingan di daerah
20