Anda di halaman 1dari 20

P2TPD

Prakarsa Pembaruan
Tata Pemerintahan Daerah

Implementasi dan Harapan


April 2, 2007

1
TUJUAN
 Meningkatkan praktik transparansi, partisipasi dan
akuntabilitas
 Mendorong reformasi dalam bidang pengelolaan
keuangan daerah dan pengadaan barang/jasa.

2
Background

SASARAN (GOAL)
 Mendorong dan memastikan bahwa proses desentralisasi
didukung oleh demokratisasi yang memberikan kesempatan
kepada masyarakat luas untuk dapat memperoleh informasi,
memantau, dan memberikan masukan kepada
pemerintahnya⎯eksekutif maupun legislatif ⎯sehingga terjadi
proses check and balance dan interaksi yang konstruktif
antara seluruh stakeholders kabupaten
 Membuat pelayanan publik menjadi semakin responsif terhadap
kebutuhan masyarakat miskin.
 Perencanaan pembangunan yang responsif kepada konstituen.

 Kabupaten partisipan P2TPD diharapkan dapat menjadi model


tata pemerintahan daerah yang baik, sehingga kabupaten/kota
lainnya dapat belajar dari sesama pemda, bukan dari pemerintah
pusat ataupun negara lain.
3
Background

RUANG LINGKUP
 Membantu pengembangan tata pemerintahan yang baik (good
governance) di tingkat kabupaten melalui bantuan teknis (technical
assistance), fasilitasi kabupaten secara umum, dan peningkatan
kapasitas untuk memperluas dan memperdalam inisiatif reformasi di
dalam bidang transparansi, partisipasi publik, manajemen keuangan,
dan pengadaan
 Menyediakan tambahan dana investasi untuk kabupaten yang telah
memenuhi serangkaian inisiatif reformasi tata pemerintahan yang
ditetapkan sebelumnya, sehingga elemen-elemen reformasi yang
dilaksanakan dapat diuji pelaksanaannya di tingkat kabupaten.
 Memantau pelaksanaan reformasi tata pemerintahan dan
mengevaluasi dampaknya pada tata pemerintahan kabupaten, dengan
memberikan pengakuan kepada kabupaten yang melaksanakan inisiatif
reformasi dan mendiseminasikan praktek tata pemerintahan yang baik
yang terjadi di satu kabupaten, sehingga terjadi pembelajaran di
kabupaten-kabupaten yang tidak berpartisipasi secara langsung dalam
P2TPD

4
Background

KERANGKA KERJA LOGIS

5
PEMANFAAT
Pengembangan tata pemerintahan yang baik
 aparat pemerintah daerah,
 anggota DPRD

 masyarakat sipil kabupaten

Investasi
 membangun/ merehabilitasi prasarana perdesaan, khususnya
yang dapat bermanfaat bagi pengurangan kemiskinan di
kabupaten.
Secara keseluruhan dampak dari program ini ditujukan kepada
seluruh stakeholders kabupaten

6
PRINSIP PROGRAM
 Transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas dalam proses
pelaksanaan
 Anti KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme)

 Kesetaraan Gender

 Pengamanan sosial dan lingkungan

7
LOKASI: 14 KABUPATEN di 9 PROPINSI
(Sumatera, Java and Sulawesi)

Tanah Datar Boalemo Bolaang


Mongondow
Solok

Cluster A Cluster E

Cluster F
Bandung Gowa Bulukumba
Cluster B Magelang Ngawi Takalar
Lebak

Kebumen Lamongan
Bantul
Cluster C
= PRSAP DISTRICT =

8
KOMPONEN PROGRAM
 Komponen A: Reformasi Tata Pemerintahan Daerah
kerangka kerja reformasi tata pemerintahan daerah dan
penyiapan Strategi dan Rencana Tindak Pengurangan
Kemiskinan (SRTPK)
 Komponen B: Investasi bagi Pengurangan Kemiskinan
Dana investasi P2TPD hanya dapat digunakan untuk membiayai
sebagian dari SRTPK⎯sisanya perlu dibiayai oleh APBD sendiri,
proyek yang dapat dibiayai adalah proyek yang bersifat ‘non-cost
recovery’
 Komponen C: Dukungan Pelaksanaan
fasilitasi secara umum dan bantuan teknis; peningkatan kapasitas
dan pelatihan; serta pemantauan, evaluasi, dan studi/survei.

9
Investasi P2TPD tidak dapat digunakan untuk
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

 Membiayai kegiatan militer atau paramiliter.


 Kegiatan yang terkait dengan barang-barang yang merusak lingkungan (termasuk
asbestos, perstisida dan herbisida), senjata atau obat-obatan/narkotika.
 Gaji pegawai Pemerintah.
 Produksi, pemrosesan, penanganan, penyimpanan dan penjualan tembakau atau
barang yang mengandung tembakau dan alkohol.
 Kegiatan yang berlokasi di wilayah perlindungan alam atau wilayah lain yang
ditetapkan Pemerintah sebagai wilayah pengelolaan dan/atau perlindungan alam.
 Kegiatan yang terkait dengan penambangan dan pengambilan terumbu karang.
 Kegiatan-kegiatan yang menurut kerangka kerja pengamanan (safeguard
framework) lingkungan dan sosial tidak bisa dibiayai investasi P2TPD.
 Penyediaan kredit mikro.
 Kegiatan yang bertentangan dengan peraturan perundangan Indonesia

10
TAHAPAN PELAKSANAAN
PROGRAM

11
STRUKTUR ORGANISASI
PROGRAM SECARA NASIONAL

12
STRUKTUR ORGANISASI PROGRAM
DI TINGKAT KABUPATEN

13
Process and Outputs

HASIL YANG TELAH DICAPAI


 14 Kabupaten telah menyelesaikan dan melegalisasi Perda TP dan SRTPK
 Tahun 2005 mulai proses implementasi, Perda TP dan SRTPK menjadi
referensi utama dalam proses dan substansi penganggaran dalam
pembangunan
 Terbentuk sruang yang memungkinkan pemangku kepentingan di luar
pemerintah untuk berinteraksi dengan eksekutif dan legoslatif dan lebih
penting dapat berperan dalam proses pengambilan keputusan
 Meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan daerah (terutama staf
pemerintah) dalam proses partisipasi. Di lain pihak, memberikan
kesempatan bagi masyarakat miskin (termasuk perempuan) untuk
berpartisipasi dalam formulasi kebijakan di daerah
 Ke 14 Kabupaten mendapat pengakuan dari Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Propinsi, Lembaga Donor dan stakeholder lainnya ( menjadi
narasumber untuk bertukar pengalaman pada berbagai kegiatan
lokakarya , pelatihan, promosi jabatan untuk staf Pemda, dan banyak yang
terpilih menjadi anggota DPR)
 Hasil implementasi SRTPK sebagai bagian dari Strategi Pengentasan
Kemiskinan Nasional

14
Process and Outputs

Pelibatan Sosial : Masyarakat Miskin dilibatkan


dalam Proses

“Pertama kali saya terlibat dalam


pertemuan , ini pertama kali saya
diundang untuk rapat. Saya belum
pernah diajak ikut pertemuan desa
lainnya” kata nelayan miskin dari
desa Bantaeng

15
Process and Outputs

Membuka Arena Publik untuk Debat dalam


Pengentasan Kemiskinan

Masyarakat dari berbagai kluster hadir dalam kegiatan konsultasi publik di


Kabupaten Gowa. Hasil kerja dan pendapat mereka ditampilkan dalam pertemuan ini.
Mereka berpartisipasi dalam diskusi kelompok dan berdebat dalam menyelaraskan
pendapat. Seseorang berpendapat biaya pendidikan mahal karena guru meminta murid
untuk sering membeli buku baru. Guru berargumen hal tersebut dilakukan karena gaji
mereka tidak mencukupi. Masyarakat memberi saran untuk peningkatan gaji guru tapi
dengan tidak menambah beban ke masyarakat miskin.
16
Process and Outputs

Perempuan Terlibat dalam Proses

“Kita terlibat dalam pertemuan, kita diminta Lia, anggota kelompok kerja analisis
menyampaikan pendapat kita, kita jadi kemiskinan menjelaskan rancangan SRTPK
senang.” demikian menurut seorang dihadapan 150 partisipan konsultasi publik
perempuan dari desa termiskin di Kabupaten di Kabupaten Gowa
Bulukumba.
17
`

Kebijakan Lokal: pandangan masyarakat miskin


mulai terakomodasi

 Pendidikan:
 Insentif tambahan bagi guru yang bekerja di wilayah yang terisolasi
(Bulukumba)
 Tata Ruang:
 Formulasi peraturan daerah yang partisipatif dalam tata ruang yang
melindungi kepentingan masyarakat (Bulukumba, Ngawi, Bolaang
Mongondow)
 Lingkungan:
 Formulasi peraturan daerahF dan penegakan hukum terhadap polusi
sungai (Bolaang Mongondow, Bandung)
 Formulasi peraturan daerah dalam manajemen hutan (Lamongan)

 Akses permodalan:
 Formulasi kebijakan untuk peningkatan akses masyarakat ke
permodalan (Bulukumba)

18
Lessons Learned

PEMBELAJARAN
 Pemangku kepentingan di daerah memiliki kapasitas untuk memformulasikan Perda
TP dan SRTPK secara partisipatif dan akan bekerja secara sukarela selama
mendapat fasilitasi dan dukungan yang memadai
 Proses formulasi Perda TP dan SRTPK memakan waktu hampir 2 tahun (!). Melalui
proses “trial and error”, dalam proses formulasi kebijakan yang partisipatif
memerlukan waktu yang cukup panjang.
 Penting untuk membuat prioritas (dan penyederhanaan) instrument dan metodologi
dalam pelaksanaan prinsip partisipasi dalam formulasi kebijakan
 Komitmen awal dari Bupati/Walikota dan Ketua DPRD sangat penting, bukan hanya
untuk memudahkan proses formulasi (staf yang terlibat dan penganggaran) tapi
yang lebih penting adalah untuk meimplementasikan SRTPK sesuai anggaran.
 Belajar dari pengalaman Kabupaten lain akan lebih efektif dan dibutuhkan fasilitator
teknis untuk penerapan proses partisipatif dan transparansi secara benar.
 Keberlanjutan implementasi SRTPK membutuhkan penerapan good governance
pada tingkatan minimum
 Penentuan waktu adalah hal yang penting: awal kepemimpinan Kepala Daerah dan
Ketua DPRD adalah waktu terbaik dalam formulasi

19
What’s next?

HARAPAN
 Penerapan proses GOOD GOVERNANCE seperti yang telah
diimplementasi kan dalam program ILGR di seluruh
Kabupaten/kota di Indonesia
 Meningkatkan praktik transparansi, partisipasi dan akuntabilitas
dalam perencanaan dan penganggaran
 Peningkatan akses publik terhadap dokumen publik dan
perbaikan pelayanan publik
 Terakomodasinya berbagai kepentingan pemangku
kepentingan di daerah

20

Anda mungkin juga menyukai